Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diganti TPSR, Tungku Pembakaran Sampah di Semarang Dijadikan Monumen

Kompas.com - 03/04/2016, 18:32 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

UNGARAN, KOMPAS.com - Asap tipis keluar dari sebuah cerobong setinggi 6 meter di tengah areal persawahan Desa Bergas Kidul, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (3/4/2016) siang.

Hari itu merupakan hari terakhir tungku pembakaran sampah ini mengeluarkan asapnya sejak dioperasikan Februari 2015 lalu. Sebab, bersamaan hari itu, telah diresmikan tempat pengelolaan sampah sementara, Reduce, Reuse dan Recycle (TPS3R) di lokasi yang sama.

TPS3R tersebut dikelola masyarakat yang tergabung dalam Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Bergas Sehat Berseri (BSB). Hadir dalam peresmian itu, anggota Komisi IV DPR RI M Fadholi, Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Nurhadi, Kepala Bapermasdes Kabupaten Semarang Yoseph Bambang Trihardjono, Camat Bergas dan seluruh kades/lurah se-Kecamatan Bergas.

Setelah TPS3R ini beroperasi, warga sepakat akan menjadikan tungku pembakaran sampah ini menjadi sebuah monumen.

"Existing berupa tungku pembakaran ini rencananya untuk monumen. Sebagai pengingat embrio pengolahan sampah masyarakat," ujar Ketua KSM BSB, Abdul Aziz (37).

Menurut Azis, penanganan sampah di Desa Bergas Kidul awalnya hanya dikumpulkan di satu lokasi dengan pemilahan sederhana. Yakni memilah dan memanfaatkan sampah yang bernilai ekonomis, seperti kardus, botol beling yang masih utuh, dan kemasan air mineral.

Namun permasalahannya, sampah yang tidak terpakai menjadi semakin bertambah dan menumpuk. Bahkan, lantaran penanganan sampah yang masih bersifat open dumping ini, sering menimbukan protes dari para petani di sekeliling lokasi penimbunan sampah. Sebab, jika angin kencang, sampah masuk ke areal persawahan.

"Lalu disiasati dengan tungku pembakaran yang kami operasikan sejak Februari 2015. Saat itu juga kesadaran masyarakat tentang lingkungan masih rendah, banyak orang berangkat ke pabrik, bawa sampah dibuang ke sungai, parit, ke tanah yang kosong, terutama di samping Hotel Matahari itu," kata Azis.

Inovasi masyarakat Desa Bergas Kidul dalam mengatasi persampahan ini mendapat apresiasi pemerintah pusat. Maka pada Oktober 2015 melalui Satuan Kerja Pengelolaan Air Minum dan Sanitasi Provinsi Jawa Tengah, mereka mendapatkan dana Rp 500 juta untuk pengelolaan sampah domestik dengan metode reduce, reuse dan recycle (3R) ini.

Sebelum pembangunan fisik TPS3R ini, lanjut Azis, pihaknya membuat survei sederhana untuk mengetahui timbulan sampah di masayarakat. Survei dilakukan selama delapan hari berturut-turut terhadap 40 rumah tangga sebagai sampling.

Hasilnya, setiap orang di Desa Bergas Kidul ini tercatat menghasilkan sampah rata-rata orang 0,34 kilogram setiap hari.

Maka, sambung Azis, pengelolaan sampah dengan metode 3R berbasis masyarakat ini lebih menekankan dengan cara pengurangan sampah yang dibuang oleh individu, rumah atau kawasan.

Libatkan warga

TPS 3 R telah melibatkan warga setempat. Selain untuk menjaga lingkungan tetap bersih juga bisa menjadi sumber penghasilan tambahan dari hasil pengelolaan sampah.

"Yang sekiranya bisa diolah, kita olah menjadi kerajinan yang pada targetnya untuk mengurangi timbulan sampah dari sumbernya, yaitu dari rumah tangga," imbuhnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com