Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Saya Curiga Mereka Pakai Praktik Ilmu Sihir..."

Kompas.com - 26/02/2016, 13:44 WIB
Achmad Faizal

Penulis

SURABAYA, KOMPAS.com — Persekutuan Doa Oikumene Kasih Surabaya selain disebut beraliran sesat juga dituding menggunakan praktik sihir untuk memengaruhi pengikutnya. Ajaran dan aktivitasnya juga dianggap sudah masuk kategori penistaan agama Kristen.

Menurut Andreas Rahardjo, Pendeta Gereja Kristen Perjanjian Baru Masa Depan Cerah, pimpinan kelompok tersebut memanipulasi akal sehat jemaatnya. Oleh karenanya, anggota jemaat tersebut dibutakan dengan karisma pimpinannya yang seolah-olah pintar dan mendapatkan perintah dari Tuhan.

"Saya curiga, mereka pakai praktik ilmu sihir," katanya, Jumat (26/2/2016).

Dia mencontohkan, bentuk penyimpangan ajaran Alkitab yang dilakukan kelompok tersebut adalah memisahkan suami istri yang sudah diikat dengan perkawinan. Dalam Alkitab justru disebutkan, sesuatu yang sudah disatukan Tuhan tidak bisa dipisahkan.

"Kalau ada yang malah menyuruh untuk bercerai, itu kejahatan namanya," ujar Andreas.

Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Pendeta Budi Utomo dari Gereja Pantekosta Isa Almasih (GPIA) Saints Movement Community Curch (SMCC). Dia mengatakan, sudah seharusnya komunitas gereja mengambil sikap tegas terkait kasus penyesatan tersebut. 

"Di sini ada pembodohan yang sedang terjadi, apalagi pimpinannya selalu mengatasnamakan Tuhan dan mengabaikan Alkitab. Ini sebenarnya adalah modus keinginan pribadi yang mengatasnamakan Tuhan," ujarnya.

Atas hal tersebut, sejumlah pendeta di Surabaya sempat melapor ke Badan Musyawarah Antar Gereja (Bamag) Surabaya. Bamag juga menekankan bahwa kelompok tersebut menyimpang dari ajaran Alkitab.

Sementara itu, Pimpinan Oikumene Kasih, Debora Helmi, tetap menolak untuk memberikan penjelasan kepada media. Kompas.com beberapa kali mencoba menghubungi melalui ponselnya, tetapi tidak ada respons.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com