Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

11 Tahun Jadi Guru Honorer, Ini Batik PGRI Pertama Pak Slamet...

Kompas.com - 25/11/2015, 07:07 WIB
Kontributor Nunukan, Sukoco

Penulis

NUNUKAN, KOMPAS.com — Senyum di bibir pria berusia 63 tahun itu mengembang ketika kancing terakhir dari baju batik PGRI warna putih bercorak hitam itu terpasang.

Itu merupakan senyum kebanggaan karena sekarang dia juga bisa mengenakan batik PGRI meskipun batik tersebut pemberian dari Ketua PGRI Nunukan.

Seragam batik PGRI yang baru saja dikenakan itu merupakan seragam PGRI pertama yang dimilikinya sejak 11 tahun lalu menyandang predikat guru honor di SD 002 Seimenggaris, Kecamatan Sebuku, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.

"Mau beli seragam ratusan ribu bagaimana, gaji hanya guru honor," ujar Slamet.

Bersentuhan dengan dunia pendidikan sebagai pengajar di SD 002 Seimenggaris sebetulnya bukan pilihan bagi Slamet sewaktu berangkat dari tanah kelahiran di Bantul, Yogyakarta, tahun 2004.

Keberangkatannya ke wilayah perbatasan di Kalimantan Utara sebenarnya adalah untuk memperbaiki kehidupan bersama istri dan satu anaknya yang baru berusia lima bulan ketika itu sebagai warga transmigrasi.

Namun, ketika menemui kenyataan di lapangan bahwa ratusan anak-anak warga transmigrasi tidak bisa sekolah, bapak tiga anak ini membulatkan tekad untuk merintis sekolah pertama di permukiman transmigrasi.

Lulusan Institut Agama Islam Negeri IAIN Raden Fatah, Palembang, pada tahun 1993 itu akhirnya memberanikan diri membuka sekolah perintis di aula desa yang "disulap" menjadi ruang kelas.

Dengan peralatan seadanya, sekolah rintisan Slamet bersama istri dan enam rekan sesama warga transmigran tersebut mampu menampung 250 anak-anak warga transmigran.

"Ruangannya terbuka, dibagi saja untuk mengajar kelompok kelas I, kelas II, dan seterusnya," ujar Slamet.

Jangan tanya kurikulum apa yang dipakai untuk mengajar di SD 002 Seimenggaris. Dari kedelapan pengajar di sekolah rintisan tersebut tak satu pun dari mereka yang memiliki pengalaman mengajar.

Mereka hanya berpedoman kepada buku pelajaran pinjaman dari SD 08 Sei Fatimah, Nunukan, untuk mendidik anak-anak transmigran tersebut.

Buku yang dipinjam pun hanya satu buku untuk satu mata pelajaran sehingga untuk menggunakan buku paket, para guru sudah terbiasa bergiliran.

Meski baru didirikan pada tahun 2004, SD 002 Seimenggaris sudah mampu meluluskan enam siswa didiknya dengan mengikuti ujian akhir sekolah dengan cara menginduk di SD 008 Sei Fatimah, Nunukan.

Berutang

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com