Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Oksigen Habis Saat Operasi Pasien, Ini Penjelasan Dokter

Kompas.com - 15/08/2015, 09:51 WIB
Kontributor Kupang, Sigiranus Marutho Bere

Penulis

KEFAMENANU, KOMPAS.com - Pihak Rumah Sakit Umum (RSUD) Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT), akhirnya angkat bicara menyusul pemberitaan terkait habisnya oksigen saat proses operasi usus terhadap pasien yang bernama Metri Sasi (34), Warga Desa Fatusene, Kecamatan Miomafo Timur, TTU.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam RSUD Kefamenanu, Cristina Tarigan, Sabtu (15/8/2015) pagi, mengatakan, persediaan oksigen habis akibat proses operasi yang lama hingga delapan jam lantaran terjadi perlengketan pada sebagian besar usus pasien.

“Pasien yang dirujuk ke Rumah Sakit Umum (RSU) WZ Johannes itu (Metri Sasi), awalnya masuk ke bangsal penyakit dalam, keluarga bilang riwayat lambung, sehingga dikasih terapi, tetapi tidak ada perubahan, akhirnya saya lakukan USG. Dari hasil USG didapatkan perdarahan dalam rongga perut,sehingga dikonsultasikan ke dokter ahli bedah yang sudah ada di Kefamenanu sejak 3 tahun 5 bulan lalu,” ujar Cristina.

Pada malam hari, lanjutnya, sekitar pukul 19.00 Wita, pasien masuk ruang operasi, ternyata diketahui sudah lama perdarahan sehingga sudah terjadi perlengketan nyaris pada semua usus.

“Dokter ahli bedah yang bernama dokter Robby bekerja sampai pukul 03.00 Wita subuh (8 jam). Wajar saja sampai persedian oksigen di ruang operasi habis. Setelah selesai operasi, pasien masuk ICU, sampai hari ke-3, namun tidak bisa buang angin. Mungkin penyebabnya karena elektrolit yang memang tidak ada alat pemeriksaannya di RSU kefamenanu, atau karena perlekatan yang masih banyak, walaupun sudah dikerjakan selama 8 jam, jadi dirujuklah ke RSU WZ Johannes Kupang,” kata Cristina.

“Operasi kan biasanya cuma 1 sampai 3 jam saja, Mungkin mereka pikir cukup dengan tabung yang ada di ruang operasi sudah bisa dilakukan operasi. Penggunaan satu tabung oksigen, tergantung kebutuhan oksigen pasien. Kalaau agak sesak, perlu sampai 4 liter per menit, tetapi kalau untuk kasus biasa, operasinya dibutuhkan oksigen mungkin cuma 1 liter per menit,” sambungnya.

Menurut Cristina, setelah dilakukan operasi, dokter bedah sempat mengatakan kepadanya, bahwa operasi sampai pagi, karena perlengketan yang sudah hampir di seluruh usus. Hal ini juga lanjut Tarigan, yang menyebabkan gejala usus buntunya tidak terlalu spesifik lagi saat masuk rumah sakit.

“Ini termasuk operasi yang sulit, karena pasti pertama dibuka dengan sayatan yang kecil, tapi karena sudah pecah dan sudah perlengketan, pasti akhirnya semua usus harus dikeluarkan dan dibersihkan sedikit-sedikit, lalu dicuci lagi bagian dalam rongga perutnya. Ini yang sebabkan bentuk operasinya seperti hewan. Masa sih ada dokter yang ingin pasiennya jelek. tidak mungkin lah. Kalau saya jadi keluarga pasien, saya akan bilang terima kasih, karena dokter sudah mau bekerja dengan apa adanya di RS Kefa. Kalau dokternya tidak berfikir untuk keselamatan pasien, dari awal tentu dirujuk saja,” kata Cristina.

Sebelumnya diberitakan, seorang pasien di Rumah Sakit Umum Kefamenanu merasa kecewa atas pelayanan rumah sakit milik pemerintah daerah setempat tersebut. Pasalnya, saat operasi berlangsung, oksigen tiba-tiba habis sehingga membuat keluarga pasien panik. Peristiwa itu dialami oleh Metri Sasi (35), guru honorer di SD Negeri Fatusene, Kecamatan Miomafo Timur, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT), yang menjalani operasi usus di RSU Kefamenanu, TTU (baca juga: Oksigen Habis Saat Operasi Pasien, Keluarga Kecewa terhadap RSU).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com