Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batu Besar Sulit Didapat, Perajin Cobek Cirebon Pakai Semen dan Pasir

Kompas.com - 21/03/2015, 14:33 WIB
Kontributor KompasTV, Muhamad Syahri Romdhon

Penulis

CIREBON, KOMPAS.com – Para perajin cobek di Kampung Cobek, Desa Sinarancang, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, mengakali sulitnya mendapatkan batu dan memahat cobek dengan memanfaatkan semen dan pasir.

Di Kampung Cobek terdapat sekitar 200 perajin cobek batu. Kemampuan itu berlangsung turun temurun. Kini mereka bahkan bisa mengirim cobek hingga ke luar Pulau Jawa.

Pada Sabtu (21/3/2015) pagi, Kompas.com menyambangi Andika, salah seorang perajin cobek di kampung itu. Dia memulai aktivitasnya di pagi hari. Awalnya dia membuat adonan pasir bercampur semen, sebagai bahan dasar membuat cobek. Seorang pekerja menambahkan semen lebih banyak daripada pasir, agar menghasilkan adonan yang sangat kuat dan kokoh.

Sambil proses membuat adonan, Andika membuat cetakan cobek dari tumpukan pasir. Setelah adonan sudah siap, pekerjanya memasukan satu persatu adonan ke dalam cetakan yang sudah dibentuk di atas pasir tadi. Ia memasukan adonan, mengaduk, dan mencetaknya hingga rapi.

Andika menuturkan dulu batu besar merupakan bahan baku cobek, tetapi kini batu berukuran besar sulit ditemukan. Kalaupun ada, mengangkutnya pun cukup sulit dan proses pembuatannya pun berat.

Ia sudah hampir sepuluh tahun, menerusi pekerjaan kedua orangtuanya dahulu. Andika mencoba berkreasi, membuat cobek, dengan menggunakan adonan pasir dan semen.

“Pembuatan dengan pasir dan semen pun tidak sembarang, bahkan membutuhkan proses berhari-hari,” jelas Andika.

Setelah didiamkan sekitar satu jam dan cukup mengering, adonan dalam cetakan itu diberi cekungan. Setelah dijemur selama 3 hingga 4 hari, cobek yang sudah jadi, direndam di dalam air beberapa jam. Proses perendaman dilakukan agar cobek memiliki kualitas baik, dan sangat kuat seperti halnya cobek batu.

Kepala Desa Kampung Cobek Gandi mengakui pembuatan cobek sudah berlangsung sejak tahun 90-an. Jumlah perajin terus bertambah, hingga kini menjadi 200 pengrajin. Dalam satu minggu, tiap perajin dapat menghasilkan sekitar 150-200 cobek serta ulekan.

“Berdasarkan data tahun 2011, perajin cobek dan ulekan berjumlah sekitar 100 orang. kini, tahun 2015, sudah menambah lebih dari 200 orang. Pekerjaan yang sudah turun temurun ini, menjadi mata pencarian untuk menghidupi keluarga mereka,” ujar dia.

Gandi mengatakan, cobek dari semen dan pasir juga kuat, bahkan lebih kokoh ketimbang batu.

Cobek dan ulekan ini, memiliki ukuran berfariatif, kecil sedang hingga besar, dengan harga kisaran 25.000 hingga sekitar 60.000. Alat dapur tradisional ini dipasarkan ke dalam dan luar Pulau Jawa, Bandung, Jakarta, Tanggerang, hingga Kalimantan dan Sulawesi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com