Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Protes, Warga di NTT Gelar Misa di Lokasi Tambang

Kompas.com - 03/03/2015, 21:48 WIB
Kontributor Kupang, Sigiranus Marutho Bere

Penulis

KEFAMENANU, KOMPAS.com - Aksi penolakan tambang mangan PT Elgary Resources Indonesia di Desa Oenbit, Kecamatan Insana, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT) terus berlanjut.

Kali ini aksi dilakukan dengan perayaan misa di lokasi pertambangan yang dipimpin oleh Pater Kopong MSF dan diikuti oleh umat yang berasal dari masyarakat Suku Naikofi, Ataupah dan Suku Taesbenu, bersama aktivis Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) Kefamenanu. Massa ini menamakan diri Aliansi Rakyat Peduli Lingkungan (Arapel).

Dalam khotbahnya, Pater Kopong mengatakan, pihaknya harus yakin bahwa perjuangan warga harus menderita akibat pemimpin yang telah dipilih.

“Kita hadir sebagai satu keluarga yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk lestarikan lingkungan ini. Lebih baik kita jadi pelayan daripada pemimpin, karena beban apapun harus diperjuangkan untuk harga diri kita. Hadirnya mangan membawa penderitaan bukan kesejahteraan, hadirkan konflik masyarakat dengan masyarakat, sehingga kita harus hentikan. Kita makan jagung dan ubi, bukan makan mangan. Hari ini mereka keruk semua, apakah besok kita makan mangan,” kata Pater Kopong, Selasa (3/3/2015) sore.

Sebagai pelaksana sabda Tuhan, lanjut Pater Kopong, umat harus berani hadapi siapapun. Senjata umat adalah kebersamaan, keluarga, dan itu tidak bisa dikalahkan oleh siapapun.

”Sebagai martir-martir Kristus, kita jangan jadi orang Farisi yang munafik. Kita takut akan Tuhan dan alam kita karena dirusak oleh manusia rakus. Kita tidak punya senjata karena kita punya Alkitab dan tubuh Kristus. Semangat kita untuk mengolah, maka apapun yang terjadi, mau malam sampai besok ini, tetap tanah kita. Hari ini tanggal 3 Maret, di sinilah gereja kita demi alam semesta, bukan ciptaan bupati, PT Elgary Resources Indonesia dan DPRD. Ketika mereka merusak tanah kita, maka mereka setan-setan dan iblis. Mereka bukan orang Katolik,” tegas Pater Kopong.

Misa tersebut berlangsung sekitar 32 menit itu dan dilanjutkan dengan dialog antara pengunjuk rasa dengan pimpinan PT Elgary Resource Indonesia yang dimediasi oleh Wakil Kepala Kepolisian Resor TTU Komisaris Polisi Dede Rochmana. Dalam dialog, pengunjuk rasa meminta agar perusahaan segera menghentikan aktivitas pertambangan.

Sementara itu, pimpinan PT Elgary Resource Indonesia, Daniel Castillo mengatakan, pihaknya akan menghentikan aktivitas tambang sampai hari Senin (9/3/2015) mendatang. Namun kegiatan administrasi di kantor PT Elgary Resource Indonesia akan berjalan seperti biasa.

“Kami akan melanjutkan aktivitas setelah ada pertemuan dengan instansi-instansi terkait,” jelasnya.

Ritual adat

Sebelum menggelar misa, massa Arapel yang berjumlah puluhan orang itu menggelar aksi unjuk rasa menolak tambang mangan PT Elgary Resources Indonesia. Dalam aksi tersebut, massa membawa sejumlah spanduk protes, beberapa di antaranya adalah “Tangkap dan Adili Mafia Tambang”, “Jangan Rampas Tanah Kami” dan “Kami Juga Butuh Sejahtera.

Setelah berorasi, mereka kemudian bergerak menuju puncak tambang mangan (gunung Besin) untuk melaksanakan ritual adat. Kegiatan ritual adat Natoni dilakukan dengan menyembelih satu ekor ayam jantan merah dan satu ekor ayam jantan hitam oleh salah seorang perwakilan massa, Andreas Ataupah. Ritual adat tersebut diartikan sebagai pemberitahuan kepada leluhur bahwa adanya tambang mangan mengakibatkan kerusakan alam dan meminta restu untuk berjuang kembali guna mengembalikan kelestarian alam.

Seusai melaksanakan ritual adat, massa lantas membongkar tenda jaga di lokasi tambang mangan PT Elgary, serta mencabut papan plang pemberitahuan lokasi tambang. Selanjutnya massa berjalan menuju kantor PT Elgary. Saat tiba di depan kantor PT Elgary, massa langsung merobohkan pagar pintu masuk perusahaan tersebut, lalu merangsek masuk ke stock file dan membentangkan spanduk bertuliskan "Lokasi Ini disegel oleh Masyarakat Adat".

 
 
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com