Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ribuan Ikan di Sungai Ini Mati Mendadak

Kompas.com - 09/11/2014, 22:30 WIB

PANGKEP, KOMPAS.com - Dua hari terakhir, sejak Sabtu (8/11/2014) hingga Minggu (9/11/2014), warga di bantaran Sungai Pangkajene, Kabupaten Pangkajene, Kepulauan, Sulawesi Selatan, dihebohkan dengan kejadian alam langka.

Ikan, udang, kepiting, belut, dan makhluk yang ada di Sungai utama yang membelah Kota kabupaten yang berjarak 56 km utara Makassar, ibu kota provinsi Sulsel ini, mengapung dan mati di permukaan air.

Di muara sungai, fenomena alam laiknya ikan diracun ini terjadi sabtu sekitar pukul 13.00 wita. "Pas air bonang (pasang)" kata Endang (35), ibu rumah tangga di kampung Toli-toli, Tekonglabbua, Pangkajene, Pangkep Sabtu (9/11/2014).

Sementara itu, Bachtiar yang tinggal di kampung Mattoangaing sekitar 3 km dari muara sungai Pangkajene, melihat dengan mata kepala kejadian itu pada Sabtu sekitar pukul 17.20 wita. "Pas habis hujan, udang udang naik semua, loncat ke pinggir," katanya.

Hingga minggu pagi, Sungai Pangkajene tak ubahnya tambak yang lagi panen ikan. Ikan yang biasanya ditangkap dengan pancing, jaring, atau jala sejak kemarin siang, cukup ditangkap dengan ember, tangan, atau sarung yang dibentang.

"Saya sudah 60 tahun lahir dan besar di kampung Solo, tapi baru kali ini ikan naik semua, seperti minta ditangkap," kata Zainuddi, warga Dusun Solo, Desa Bucinri, Bungoro, di ujung barat muara sungai pangkajene, Minggu (9/11/2014) pagi.

Zain yang bekerja sebagai nelayan di muara sungai ini, sejak Sabtu kemarin, tak melaut. Dia dan puluhan tetangganya, cukup menyediakan jaring sederhana untuk menangkap udang windu, kepiting bakau, ikan kerapu, baramundi, dan ikan muara lainnya.

Dia mengaku fenomena alam ini menguntungkannya, namun dia khawatir, setelah bencana ini, dia akan kehilangan mata pencabariannya untuk waktu yang panjang. "Kalau ikan yang besar saja yang mengapung, ini berkah, tapi ini bayi ikan pun dan ambari (ebi) juga mati semua," katanya.

Kekahawatiran serupa juga dialami nelayan Hasan (54) dan Amir (42). Warga kampung Tolo-toli, desa Tekolabbua, kecamatan pangkajene, pangkep ini juga sejak 30 tahun terakhir menggantungkan hidup dari hasil tangkapan ikan di sungai.

"Mungkin orang kota yg tinggal di Mattoanging, Tumampua, dan Jagong senang, karena mereka pegawai dan pedagang, tapi kami ini nelayan hidup dari ikan di sungai," kata Hasan, pemilik bagang udang di belakang rumahnya. (Thamzil Thahir)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com