Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasang Surut Jumlah PSK Dolly

Kompas.com - 18/06/2014, 08:29 WIB
Kontributor Semarang, Puji Utami

Penulis


KOMPAS.com - Lokalisasi Dolly berada di Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Kota Surabaya. Di kiri kanan jalan sepanjang kurang lebih 150 meter dengan lebar sekitar 5 meter ini banyak berdiri wisma-wisma, klub malam dan tempat karaoke.

Wilayah lokalisasi prostitusi yang beraktivitas mulai sekitar tahun 1960-an ini mencakup 5 RW dan berada di kawasan padat penduduk. Sebagian besar penduduk sekitar juga memanfaatkan keberadaan wisma-wisma itu dengan berjualan kopi, rokok ataupun makanan. Ditempat rumah-rumah itulah pada pekerja seks komersial dan juga mucikari tinggal.

Jumlah PSK di kawasan Dolly tidak pasti, kadang naik terkadang juga berkurang. Menurut Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, sebagian besar PSK yang ada di kawasan itu bukanlah warga Kota Surabaya. Sejak lama, dia juga telah mewanti-wanti agar jumlah PSK tidak bertambah. Bahkan pihak pemkot maupun pemprov terus berupaya memulangkan para PSK ke daerah asal.   

Berdasarkan data Dinas Sosial Kota Surabaya beberapa hari sebelum dilakukan penutupan, jumlah PSK sebanyak 1.449 dengan mucikari sekitar 311 orang. Jumlah ini memang meningkat dari data akhir 2013 yang hanya sebanyak 1.181 orang.

Jumlah inilah yang diusulkan untuk mendapatkan uang saku dari Kementerian Sosial. Hal ini terkait dengan rencana penutupan Dolly pada 18 Juni 2014. Penambahan jumlah PSK ini terlihat setelah dihembuskan rencana penutupan Dolly.

Berdasarkan data, 90 persen PSK berasal dari luar Kota Surabaya bahkan luar Provinsi Jawa Timur. Sedang 10 persennya berasal dari Kota Surabaya. Seperti Kabupaten Kudus, Batang, Ciamis dan Bandung. Sedangkan yang dari Jawa Timur antara lain berasal dari Kabupaten Madiun, Malang, Gresik, Blitar, Mojokerto, Pasuruan, Magetan, Jember, Bojonegoro, Sidoarjo, Nganjuk, Tuban, Trenggalek dan Jombang.

Konon, jumlah PSK di kawasan Dolly sempat mencapai 5.000 orang. Inilah yang menjadikan Dolly sangat terkenal. Bahkan banyak yang mengatakan belum ke Surabaya jika belum ke Dolly.

Selain itu, Dolly biasanya akan mendapatkan PSK-PSK baru setelah usai libur lebaran. Sebab biasanya PSK lama akan membawa orang-orang dari kampungnya untuk ikut bekerja di Dolly.

Hal ini pulalah yang menjadikan alas an penutupan Dolly dilakukan sebelum puasa. Dan adanya penambahan PSK itu juga membuat Pemkot semakin tegas untuk melakukan penutupan, meski penolakan terus saja terjadi.

Sebagian besar PSK dan mucikari Dolly memang mengaku tidak setuju dengan rencana penutupan tersebut. Alasannya yakni karena bisnis esek-esek yang dijalankan sudah terlanjur makmur. Puluhan juta rupiah bisa diperoleh setiap bulannya dari satu wisma.

Setiap PSK bisa mengantongi uang sekitar Rp 13 juta hingga Rp 15 juta per bulan. Sedangkan sang mucikari tentu jauh lebih banyak yakni bisa mencapai Rp 60 juta per bulan. Geliat ekonomi ini bukan hanya dirasakan PSK dan mucikari, namun juga warga sekitar seperti pedagang kaki lima (PKL), pengayuh becak, tukang cuci pakaian PSK, hingga warga sekitar yang bekerja sebagai makelar PSK.

Hal inilah yang menjadi alasan mereka untuk tetap mempertahankan keberadaan Dolly. Pendapatan uang dalam jumlah besar yang bisa diperoleh dengan mudah. Hal ini pulalah yang membuat PSK Dolly selalu bertambah dan hanya sebagian kecil yang mau beralih profesi dan dipulangkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com