Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asap Pabrik Batu Bata Sebabkan Sesak Napas, Warga Protes

Kompas.com - 12/05/2014, 18:37 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis


UNGARAN, KOMPAS.com — Aktivitas sebuah kerajinan batu bata tradisional di Dusun Kretek RT 6 RW 8, Desa Lerep Ungaran Barat, dikeluhkan oleh warga Perumnas Mapagan Desa Lerep, Ungaran Barat. Warga protes karena asap dari pabrik bata milik Kaswanto (54) tersebut dinilai telah membuat warga mengalami sesak napas.

Sejumlah warga meminta Pemerintah Kabupaten Semarang bertindak tegas menghentikan aktivitas pabrik bata tersebut, apalagi pemilik pabrik tidak mengantongi perizinan.

"Semestinya mengurus perizinan dulu sehingga nantinya tahu apakah layak untuk produksi. Jangan sampai, belum ada izin, tapi berjalan sebab rawan pencemaran lingkungan. Warga menjadi sesak napas karena asapnya sangat pekat," kata Winarno (55), salah seorang warga Perumnas Mapagan, saat ditemui di lokasi pembakaran bata tersebut, Senin (12/5/2014) siang.

Ketua RT 7 RW 9, Perumnas Mapagan, Riwanto (56), mengakui bahwa banyak warga utamanya anak-anak dan bayi tidak bisa tidur karena sesak napas saat ada proses pembakaran bata.  Warga menyampaikan keluhan tersebut pada pertemuan RT agar segera dilakukan tindakan sehingga tidak lagi terjadi polusi udara yang menganggu aktivitas warga.

"Warga berharap tidak lagi terganggu polusi asap dari produksi bata. Paling tidak pelaku usaha melakukan langkah pengelolaan dengan baik," ujar Riwanto.

Sementara itu, saat dikonfirmasi, pemilik pabrik bata, Kaswanto, mengatakan, pihaknya sudah meminta izin Kades Lerep dan diizinkan asal tidak selamanya membuat bata di sana. Kaswanto mengatakan, pembuatan bata itu dilakukan hanya untuk meratakan tanah yang bentuknya perengan (tebing).

"Saya sudah diizinkan sama Pak Kades. Pembuatan bata di sini hanya sementara. Cuma untuk menghabiskan tanah di lahan saya agar rata. Daripada dibuang, tanah itu dibuat bata. Diperkirakan tanah ini baru bisa habis sekitar dua tahun," katanya.

Kaswanto menyadari pembuatan bata itu akan menuai protes warga sehingga pihaknya langsung melakukan penanganan dengan memasang terpal dan membuka atap untuk mencegah asap menyebar ke rumah penduduk.

"Sekarang sudah saya pasangi terpal. Rencana atap akan saya buka sehingga asap tidak menyebar ke penduduk, tapi ke atas, di udara bebas," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com