Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hotel di Semarang Diimbau Sediakan Kotak Khusus Kondom Bekas

Kompas.com - 14/04/2014, 16:23 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis


SEMARANG, KOMPAS.com -- Bupati Semarang Mundjirin akan menggelar rapat khusus membahas penanganan limbah kondom bekas pakai yang menjadi polemik di tiga lokasi hotspot di Kabupaten Semarang.

Menurut Bupati, temuan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) soal 13.000 kondom bekas pakai yang dibuang sembarangan hingga masuk ke wilayah permukiman warga adalah persoalan serius.

"Pak Jarot (Bagian Umum) tolong ini dicatat, nanti saya rapatkan khusus. Ini serius, wong 13.000 (kondom bekas) satu bulan. Itu kalau infeksius bener, ada kumannya, susah itu. Harus dimusnahkan, harus dibakar itu," kata Bupati saat dikonfirmasi wartawan di ruang kerjanya, Senin (14/4/2014) siang.

Menurut Bupati yang juga seorang dokter ini, limbah kondom bekas pakai termasuk kategori sampah medis yang tidak boleh dibuang sembarangan. Sebagaimana sampah-sampah medis di rumah sakit ataupun puskesmas, limbah kondom seharusnya dihancurkan menggunakan incinerator atau mesin penghancur sampah medis.

"Kita tidak berpikir bahwa sampah kondom ini masuk sampah medis. Lha, ini jadi problem baru. Ada sampah medis di lokasi nonmedis. Ini harusnya dimusnahkan, dibakar di incinerator, tidak dibuang di tempat sampah yang lain," papar Mundjirin.

Menurut Bupati, sejumlah fasilitas medis milik Pemkab Semarang, yakni RSU Ungaran, RSU Ambarawa, dan sejumlah puskesmas, sudah memiliki fasilitas incinerator yang bisa dimanfaatkan. Ia mengatakan, salah satu pemikiran untuk menangani sampah kondom bekas pakai adalah menyiapkan sebuah kotak khusus di lokasi yang sampah kondom bekasnya cukup banyak, seperti di Tegalpanas, Gembol, dan Bandungan. Hal itu agar kondom bekas pakai dibuang di kotak tersebut terlebih dulu sebelum dimusnahkan.

"Tolong hotel-hotel di Bandungan menyiapkan tempat sampah khusus itu (kondom bekas pakai). Kalau perlu, puskesmas jemput bola, datang ke situ setiap minggu atau sebulan sekali," tandasnya.

Sementara itu, disinggung mengenai tuntutan terhadap produsen kondom untuk ikut bertanggung jawab terhadap limbah kondom bekas tersebut, Bupati menyatakan tidak setuju. Pasalnya, jika produsen mengumpulkan kembali limbah kondom bekas tersebut, dikhawatirkan alat kontrasepsi berbahan lateks itu akan didaur ulang.

"Saya tidak setuju itu. Pengumpulan oleh produsen takutnya nanti didaur ulang. Kalau cuma 13.000, incinerator kita masih cukup," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com