Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Produsen Diminta Bertanggung Jawab Atasi Kondom Bekas Pakai

Kompas.com - 13/04/2014, 11:04 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis


SEMARANG, KOMPAS.com - Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Kabupaten Semarang akan menuntut tanggung jawab produsen kondom guna menangani limbah kondom bekas pakai di sejumlah lokalisasi di Kabupaten semarang.

KPA meminta produsen membuat instalasi pengolahan limbah kondom agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan dan persoalan sosial lainnya.

"Informasi dari teman-teman yang mendampingi perusahaan, itu memang ada Undang-undang yang mengatur bahwa setiap limbah produksi sampai dengan limbah pasca-penggunaan itu seharusnya menjadi tanggung jawab perusahaan untuk mengolahnya," kata Divisi Program KPA Kabupaten Semarang, Taufik Kurniawan, Sabtu (13/4/2014).

Persoalan limbah kondom bekas pakai ini, kata Taufiq, mengemuka dalam sebuah lokakarya yang digelar KPA bersama guru-guru di Kabupaten Semarang. Para guru sangat mengkhawatirkan perilaku anak didik mereka lantaran ligkungan yang tidak kondusif, yakni di antaranya seringkali anak-anak menjumpai limbah kondom bekas di berbagai tempat.

"Ada kejadian dimana seorang murid yang ditugasi membuat makalah. Pihak sekolah terkejut karena isu yang diangkat anak ini adalah persoalan sampah kondom di lingkungan Tegalpanas. Kemarin kita diskusi dengan guru di sana, intinya mereka menyampaikan bahwa limbah kondom ini menjadi masalah bagi lingkungan. Yang kedua ini karena ini menjadi daya tarik bagi anak-anak yang belum waktunya," ungkap Taufiq.

Menanggapi hal itu, KPA Kabupaten Semarang berjanji akan mendesak KPA nasional untuk menekan pihak produsen bertanggung jawab terhadap limbah kondom bekas pakai yang selama ini tidak tertangani dengan baik. KPA juga akan membawa isu kondom bekas ini untuk dibicarakan dalam forum resmi KPA nasional.

"Kalau kita ngomong (kondom) Sutra, kita akan minta (produsen) Sutra dalam pengolahan limbahnya. Permasalahannya justru kondom yang pengadaannya oleh KPA nasional, sehingga kita akan meminta KPA mendorong pemenang tender memikirkan masalah limbah ini," ungkap Taufiq.

Sementara itu, menjawab kekhawatiran bahwa limbah kondom bekas pakai bisa menularkan penyakit, Taufiq memastikan, satu-satunya masalah bagian dari dampak pembuangan limbah kondom bekas pakai sembarangan ini hanyalah kelestarian lingkungan karena lateks, bahan baku kondom ini tidak bisa terurai bakteri tanah.

"Pengelola harus memikirkan bagaimana pembuangannya. Intinya jangan buang kondom di satu lokasi. Syukur-syukur di lokasi itu bisa kita burning (bakar)," pungkasnya.

Untuk diketahui, berdasarkan catatan KPA Kabupaten Semarang, sedikitnya 13.000 kondom bekas pakai setiap bulannya disumbang dari tiga kawasan yang mereka sebut sebagai "hotspot", yakni lokalisasi prostitusi Tegalpanas, Gembol dan kawasan wisata Bandungan.

Ketiadaan tempat pembuangan khusus dan pengelohan limbah kondom bekas pakai ini membuat khawatir banyak pihak karena akan mencemari lingkungan dan menimbulkan persoalan sosial.

"Tiga lokasi hotspot seperti GP (Tegal Panas) itu 3.500 kondom, Bandungan 6.000 dan Gembol oleh kurang lebih sama dengan GP," jelas Taufik, Sabtu (13/4/2014).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com