Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Abu yang Keluar dari Merapi, Sisa Erupsi 2010

Kompas.com - 27/03/2014, 16:17 WIB
Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma

Penulis


YOGYAKARTA, KOMPAS.com
- Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Subandriyo menegaskan, aktivitas Merapi pada Kamis (27/03/2014) pukul 13.12 WIB bukanlah erupsi, karena tidak disertai keluarnya magma ke permukaan.

"Saya kira belum mengarah ke erupsi yang sebenarnya, sekali lagi ini pelepasan gas saja. Beda dengan erupsi," jelas Subandriyo, Kamis (27/03/2014).

Subandriyo menuturkan, jika Merapi erupsi, maka akan disertai penyemburan material magma yang baru. Sebab, kata dia, erupsi sendiri merupakan proses keluarnya magma ke permukaan bumi. Sampai saat ini belum ada magma yang keluar ke permukaan.

"Hujan abu dan kerikil yang tadi terjadi, merupakan material lama. Sisa dari erupsi 2010," tandasnya.

Selain itu, lanjutnya, jika Merapi erupsi, maka akan terjadi aktivitas gempa vulkanik ratusan kali. Namun untuk aktivitas embusan yang terjadi pada Kamis pukul 13.12 WIB tadi, hanya single event.

"Gempa vulkanik dalam satu kali itu terjadi tiga hari lalu. Tadi hanya single event, paling hanya satu gempa susulan saja," ucapnya.

Menurutnya, pasca-erupsi 2010, perut Gunung Merapi kaya akan gas, sehingga sering terjadi embusan. Rata-rata embusan Merapi pasca 2010 tanpa disertai tanda-tanda.

"Pelepasan gas biasanya dipicu oleh faktor dari luar, seperti air hujan atau gempa tektonik," imbuhnya.

Subandriyo mengungkapkan, pasca-embusan, aktivitas Gunung Merapi kembali normal. Tidak ada perubahan peningkatan aktivitas yang signifikan.

"Status Gunung Merapi tetap aktif normal," pungkasnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Gunung Merapi pada Kamis (27/03/2014) pukul 13.12 WIB kembali mengeluarkan embusan yang disertai dengan suara gemuruh. Akibat embusan selama 5 menit ini, beberapa wilayah di sekitar Gunung Merapi radius 7 km mengalami hujan abu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com