Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awan Panas Sinabung Makin Dekati Perumahan

Kompas.com - 12/11/2013, 18:14 WIB

KOMPAS.com - Letusan Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, sampai Senin (11/11/2013) belum juga berhenti. Belakangan ini, letusan Sinabung bukan sekadar mengeluarkan abu yang selama ini tidak mengganggu masyarakat di sekitarnya. Sinabung dalam seminggu terakhir mengeluarkan awan panas.

Luncuran awan panas sangat membahayakan keselamatan penduduk. Jarak tempuh luncuran awan panas makin mendekati perumahan penduduk. Sebelumnya, luncuran awan panas sekitar 1.000 meter dan letusan yang terakhir sudah mencapai 1.500 meter.

Selain ancaman awan panas, abu vulkanik yang dikeluarkan gunung api dengan ketinggian 2.460 meter ini semakin tebal menimpa rumah, halaman, tanaman, dan jalan di desa-desa sekitarnya. Suara gemuruh turut meneror kenyamanan penduduk. Jumlah pengungsi meningkat dari sebelumnya 1.800 orang kini sudah menjadi 4.845 orang.

Gunung Sinabung sebenarnya termasuk gunung api yang tenang, berbeda misalnya dengan Merapi di Jawa Tengah yang sangat sering meletus dan mengeluarkan awan panas. Letusan besar terakhir Sinabung pada tahun 1600. Akan tetapi, pada tahun 2010, Sinabung mulai aktif mengeluarkan abu vulkanik lagi.

Bulan Agustus 2010, Sinabung meletus sehingga 12.000 warga harus dievakuasi. Berikutnya, September pada tahun yang sama, Sinabung mengeluarkan letusan dengan dentuman yang terdengar sampai jarak 8 kilometer. Abu vulkanik tersembur hingga 5.000 meter.

Tahun ini, tiga tahun kemudian, Sinabung meletus lagi. Kembali terjadi pengungsian, bahkan ada rencana sejumlah desa harus direlokasi. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah tentu sudah mempunyai pengalaman menangani dampak letusan Sinabung.

Karena itu, cukup mengherankan mengapa penanganan pemerintah terhadap korban meletusnya Gunung Sinabung terkesan lamban. Bahkan, di Kabupaten Karo, sampai saat ini belum ada lembaga yang khusus menangani korban bencana, seperti badan penanggulangan bencana daerah. Penanganan korban letusan tidak bisa dilakukan secara cepat karena masalah birokrasi, persoalan lama yang tak kunjung usai di era otonomi daerah.

Sudah menjadi pengetahuan bersama, bangsa Indonesia hidup berdampingan dengan ancaman bahaya letusan gunung api, gempa bumi, dan tsunami. Selayaknya bekal pengetahuan ini menjadi landasan awal untuk merumuskan kebijakan pemerintah pusat dan daerah. Masyarakat sebaiknya selalu diberi pengetahuan dan siasat dalam menghadapi bencana yang setiap kali mengancam.

Relokasi penduduk hanya salah satu problem yang muncul saat letusan gunung api terjadi. Problem ekonomi lain yang selalu mengikuti, bagaimana masa depan anak-anak yang tinggal di sekitar gunung. Misalnya, bagaimana mereka harus melanjutkan pendidikan kala orangtua mereka tak lagi mampu bertani karena lahannya tertutup abu vulkanik.

Kesadaran bahwa kita hidup di bawah ancaman bencana alam yang akan semakin sering terjadi jangan sampai membuat kita menjadi pesimistis. Namun, akan jauh lebih baik jika kita mempunyai sikap yang selalu siap menghadapi bencana. (Bambang Sigap Sumantri)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com