Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karena Sinabung, Anak Petani Karo Terancam Putus Sekolah

Kompas.com - 11/11/2013, 18:20 WIB

KARO, KOMPAS.com - Anak-anak petani di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, yang tanamannya hancur terkena abu vulkanik Gunung Sinabung terancam putus sekolah. Orangtua mereka tak sanggup membiayai sekolah setelah tanaman mengalami puso dan terlilit utang modal bertanam.

Tangkep Sembiring Pelawi (58), petani di Desa Kebayaken, Kecamatan Namanteran, Kabupaten Karo, mengaku masih berutang sekitar Rp 10 juta untuk modal bertanam 2.000 batang kentang dan 5.000 batang cabai yang puso.

”Itu biaya bibit, pupuk, obat yang saya ambil di grosir, baru dibayar kalau panen,” kata Tangkep yang memiliki delapan anak.

Satu anaknya kuliah di STMIK Gunadharma Medan, satu di SMA Kabanjahe, dan satu di SMA Tanjungpura, Langkat. Biaya sekolah dan indekos tiga anak itu sekitar Rp 3 juta per bulan.

”Dari mana kami dapat uangnya, sementara tanaman kami puso? Kalau bisa tolong beri keringanan pada biaya pendidikan anak kami,” kata Tangkep.

Dibandingkan letusan tahun 2010 dan letusan September, abu vulkanik letusan Gunung Sinabung, November ini, lebih tebal. Selain itu, arah angin berubah-ubah sehingga jatuhnya abu vulkanik merata di desa-desa sekeliling Gunung Sinabung. Abu turun disertai guyuran hujan menyebabkan tanaman seperti dicelup dalam adonan semen.

Baktiar Sitepu (50), tokoh warga Kutagugung, Kecamatan Namanteran, mengatakan, ada ratusan anak petani yang terancam putus pendidikannya akibat kerusakan lahan pertanian orangtuanya.

”Harus ada langkah pemerintah untuk menyelamatkan pendidikan anak-anak ini,” tutur Baktiar.

Robinson Sembiring, dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, yang juga penasihat mahasiswa Karo di Fisip USU, mengatakan, ada sekitar 200 mahasiswa Karo di Fisip USU.

Separuhnya adalah anak petani. Namun, pihaknya belum mengetahui berapa anak petani yang terdampak letusan Sinabung.

Didata

Sekretaris Ikatan Mahasiswa Karo (Imka) Fisip USU Joppy Lingga mengatakan, sejauh ini baru empat mahasiswa anggota Imka Fisip USU yang melaporkan kebunnya terkena abu vulkanik Sinabung.

Pihaknya masih akan mendata kembali berapa yang terdampak letusan dan parah. ”Setiap fakultas dan universitas punya Imka sendiri-sendiri. Kami akan data anggota yang membutuhkan bantuan,” tutur Joppy.

Diperkirakan, ada ratusan mahasiswa di Medan yang terancam putus sekolah tersebar di sejumlah universitas karena kebun sayur orangtuanya puso terkena semburan abu vulkanik Sinabung.

Bupati Karo Kena Ukur Karo Jambi Surbakti mengatakan sudah memikirkan hal itu. ”Letusan membuat anak-anak petani terancam putus sekolah karena tanaman orangtuanya hancur,” tutur Bupati.

Pihaknya tengah memikirkan langkah-langkah yang akan ditempuh saat tanggap darurat selesai dan masa rehabilitasi dan rekonstruksi berjalan.

Sementara itu, banyak warga desa di luar tiga desa yang dinyatakan harus dikosongkan mengungsi secara mandiri. Mereka trauma dengan bunyi getaran dan semburan abu terutama pada malam hari. Warga Desa Kebayaken dan Sigarang-garang, misalnya, mengungsi ke Desa Kutarakyat yang bersih dari abu.

Warga mengungsi pada malam hari seperti di Masjid Kutarakyat atau di rumah-rumah penduduk di Kutarakyat. Namun, pada siang hari mereka beraktivitas di desanya. (Aufrida Wismi Warastri)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com