KUDUS, KOMPAS.com - Ribuan orang berkerumun di Alun-alun Simpang Tujuh, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Mereka berkumpul untuk menyaksikan pentas kolosal visualisasi puncak tradisi Dandangan, Jumat (26/5/2017).
Sejak siang, warga terlihat bersuka-cita berdatangan ke pusat Kota Kretek itu. Para pedagang dari berbagai daerah pun memanfaatkan momen tradisi dandangan dengan menggelar lapak di kawasan itu lebih dari sepekan ini.
Bupati Kudus, Musthofa mengatakan, tradisi dandangan telah mengakar kuat bagi masyarakat Kudus sejak ratusan tahun lalu. Tradisi dandangan ini merupakan warisan Sunan Kudus atau Syeh Jafar Shodiq untuk menyambut bulan suci Ramadhan.
"Toleransi antar umat beragama terlihat jelas di Kudus. Semua berkumpul jadi satu di sini, menyambut bulan Ramadhan," tutur Mustofa yang menandai awal Ramadhan dengan pemukulan bedug sore itu.
(Baca juga: Sambut Ramadhan, Warga Demak Gelar Tradisi Megengan)
Visualisasi pentas kolosal tradisi dandangan mengejawantahkan pesan toleransi antar umat beragama. Di antaranya melalui teater maupun sendra tari yang melibatkan berbagai macam etnis termasuk Tionghoa.
Tema yang diusung yakni 'Menggali Tradisi, Meneguhkan Kudus Religius'. Menggambarkan kondisi masyarakat Kudus di masa lalu hingga peran Sunan Kudus mengajak masyarakat bersuka-cita menyambut Ramadhan.
(Baca juga: Tradisi Unduh-unduh Ikan Menjelang Ramadhan di Gunungkidul)
"Mari kita sambut bulan Ramadhan dengan penuh suka cita. Selamat berpuasa bagi umat muslim," kata warga setempat, Alan Gili Lomi (35).