“Tahapan legislasinya yang harus kami lengkapi sesuai ketentuan Undang-Undang Cagar Budaya,” jelasnya.
Wisatawan lokal maupun mancanegara menyebut batu berukuran besar itu dengan situs batu penggores atau batu tulis.
Pasalnya, di permukaan batu ini terdapat beberapa goresan dengan kedalaman sekitar 2 cm berbentuk lambang kuno dan beberapa lambang senjata, binatang, manusia, alat masak seperti sendok dan piring.
Di batu ini juga terdapat beberapa tanda panah seperti menunjukkan arah sesuatu.
Menurut kepala Desa Tepal, Sudirman, situs Batu Tulis ini erat kaitannya dengan sejarah terbentuknya desa ketika masa Datuk Macani yaitu orang yang sangat berpengaruh di Desa Tepal.
Baca juga: 52 Museum dan Cagar Budaya Ditransformasi Jadi Lebih Dinamis
Situs ini diperkirakan ada sejak zaman batu peak (lunak) yaitu saat batu belum keras seperti sekarang ini. Batu ini tetap dirawat oleh pemerintah desa dan pemerintah Kabupaten Sumbawa menjadi situs sejarah.
"Ada sandi yang harus dipecahkan di situs Batu Tulis dan ada tulisan satera jontal aksara Samawa," katanya.
Sampai sekarang ini belum ada yang bisa menerjemahkan sandi atau apa arti dari tulisan di batu tulis tersebut.
“Hanya tetua adat yang ada di desa Tepal saja yang mengerti, namun masih dirahasiakan karena berkaitan dengan adat,” ujar Sudirman.
Muntaka (62), pemangku adat dan mantan kepala dusun mencoba menuliskan asal usul nama Desa Tepal dalam buku tulis.
Desa Tepal berasal dari kata kepal yang artinya bersatu. Sebutan dari Tepal itu akronim dari Tau Kepal (orang yang bersatu, ada juga pendapat mengatakan orang sakti).
Menurutnya, nenek moyang orang Desa Tepal tadinya tinggal berpencar hingga ada yang bermimpi untuk bersatu tinggal di sebuah tempat yang sekarang menjadi pusat desa.
Desa Tepal terletak pada ketinggian 847 meter di atas permukaan laut.
"Berdasarkan cerita turun temurun, masyarakat tertua di Kabupaten Sumbawa adalah Desa Tepal," sebut Muntaka.
Ada jejak perkampungan di atas situs Batu Tulis, dan ada kuburan dari batu yang berukuran besar. Hal itu menjadi bukti ada peradaban saat zaman batu hingga masuk zaman besi di desa Tepal.
Baca juga: Omah UGM, Cagar Budaya di Kotagede Yogyakarta Bisa untuk Spot Foto