Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gotong Royong Merawat Sejarah Lokal dari Cagar Budaya di Kota Metro

Kompas.com - 10/06/2024, 14:21 WIB
Tri Purna Jaya,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

LAMPUNG, KOMPAS.com - Masyarakat segala lapisan di Kota Metro, Lampung, bergerak merawat cagar budaya di kota mereka. Pemerintah mendukung dengan menerbitkan Perda tentang cagar budaya tersebut.

Kota Metro, Lampung memiliki sejarah sebagai pusat kolonisasi pada zaman penjajahan Belanda. Pembangunan gedung dan sistem kesehatan menjadi bagian yang tidak dilupakan.

Wali Kota Metro, Wahdi Sirajuddin mengatakan, berkembangnya kota ini tidak lepas dari sejarah yang membentuknya.

"Pelestarian budaya merupakan upaya Kota Metro menjadikan kota ini kota yang berbudaya dengan mengaktualisasi nilai-nilai budaya dan sejarah," kata dia saat dihubungi, Senin (10/6/2024).

Karena itu, pelestarian dan perawatan sejarah terkait terbentuknya Kota Metro perlu dilakukan agar warga kota tetap berpegangan pada nilai-nilai yang ada di dalamnya.

Baca juga: 5 Cagar Budaya di Metro Lampung, Wisata untuk Pencinta Sejarah

"Bersama-sama kita jadikan warna budaya dan sejarah sebagai cerita yang terus abadi untuk generasi selanjutnya," kata Wahdi.

Pada usia ke 87, Kota Metro kini menjadi kota pertama di Provinsi Lampung yang memiliki Tim Ahli Cagar Budaya (TACB).

Juga menjadi kota pertama yang menerbitkan Perda dan Perwali terkait pelestarian cagar budaya.

Upaya "merawat" sejarah ini pun diimplementasikan pada sektor pendidikan, yakni dengan memasukkannya sebagai kurikulum lokal di sekolah.

Pembelajaran kurikulum ini dilakukan secara langsung dengan mengunjungi beberapa cagar budaya yang ada di kota tersebut.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Metro, Suwandi mengatakan, kurikulum tersebut mulai berjalan sejak tahun ajaran baru 2023 kemarin.

Suwandi mengatakan, adanya beberapa cagar budaya di Kota Metro membuat pengaplikasian kurikulum sejarah lokal ini bisa terlaksana dengan baik.

"Kami mengenalkan sejarah lokal dengan mengunjungi cagar budaya yang ada di Kota Metro," kata Suwandi.

Beberapa bangunan yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya di antaranya, Rumah Dokter (dokterswoning), klinik St Maria, hingga Rumah Asisten Wedana.

"Misalnya, anak sekolah bisa belajar bagaimana sejarah kedokteran dan pelayanan masyarakat dari terbentuknya Klinik St Maria," kata dia.

Baca juga: 5 Tempat Wisata Dekat Taman Sejarah Bandung, Ada Jalan Braga

Lewat kebijakan ini kunjungan ke cagar budaya meningkat drastis dan harapannya ke depan akan menarik wisatawan dari luar Kota Metro.

Anggota TACB Kota Metro, Herie S Widarto mengatakan, dengan perkembangan dan geliat dan cagar budaya yang ada saat ini maka sudah saatnya Metro memiliki roadmap menuju Kota Pusaka.

“Potensi cagar-cagar budaya Metro yang berada di satu kawasan dan berdekatan tentunya menjadi daya tarik tersendiri."

"Terlebih, Metro tak memiliki wisata alam seperti daerah lainnya, maka kekuatan sejarah dan cagar budaya dapat menjadi opsi untuk dikembangkan seperti di kota-kota besar lain di Indonesia," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PPDB SMA/SMK Dibuka Malam Ini, Pj Gubernur Banten Ultimatum Tak Ada Titip Menitip Siswa

PPDB SMA/SMK Dibuka Malam Ini, Pj Gubernur Banten Ultimatum Tak Ada Titip Menitip Siswa

Regional
Kasus Ayah Bunuh Anak di Serang, Warga Lihat Pelaku Kabur Bawa Golok dengan Bercak Darah

Kasus Ayah Bunuh Anak di Serang, Warga Lihat Pelaku Kabur Bawa Golok dengan Bercak Darah

Regional
4 Orang Tewas Ditabrak Mobil Elf di Aceh Timur, Ini Kronologinya

4 Orang Tewas Ditabrak Mobil Elf di Aceh Timur, Ini Kronologinya

Regional
Pilkada Salatiga Rawan Politik Uang, Gerindra Sebut Elektabilitas Tinggi Tak Jaminan Terpilih

Pilkada Salatiga Rawan Politik Uang, Gerindra Sebut Elektabilitas Tinggi Tak Jaminan Terpilih

Regional
Sebelum Bunuh Anaknya, Pria di Serang Banten Sempat Minta Dibunuh

Sebelum Bunuh Anaknya, Pria di Serang Banten Sempat Minta Dibunuh

Regional
Berantas Judi Online, Ponsel Aparat di Polres Bengkulu Utara Diperiksa

Berantas Judi Online, Ponsel Aparat di Polres Bengkulu Utara Diperiksa

Regional
KAI Tanjungkarang Tutup Perlintasan Sebidang Liar di Martapura

KAI Tanjungkarang Tutup Perlintasan Sebidang Liar di Martapura

Regional
Ayah di Serang Bunuh Balitanya yang Tidur Pulas, Ada Sang Ibu dan Kakak di TKP

Ayah di Serang Bunuh Balitanya yang Tidur Pulas, Ada Sang Ibu dan Kakak di TKP

Regional
Butuh Uang untuk Judi Online, Remaja 14 Tahun Curi Sepeda Motor

Butuh Uang untuk Judi Online, Remaja 14 Tahun Curi Sepeda Motor

Regional
Mengintip Persiapan Warga Kalibeji Semarang untuk Sambut Jokowi, Lembur Kerja Bakti Selama 4 Hari

Mengintip Persiapan Warga Kalibeji Semarang untuk Sambut Jokowi, Lembur Kerja Bakti Selama 4 Hari

Regional
Santri Tewas Terseret Arus Sungai Saat Bersihkan Alat Potong Hewan

Santri Tewas Terseret Arus Sungai Saat Bersihkan Alat Potong Hewan

Regional
'Long Weekend', Kunjungan Wisatawan di Magelang Naik 5 Kali Lipat

"Long Weekend", Kunjungan Wisatawan di Magelang Naik 5 Kali Lipat

Regional
Soal Pilkada Solo, Gusti Bhre: Masih Fokus Pura Mangkunegaran

Soal Pilkada Solo, Gusti Bhre: Masih Fokus Pura Mangkunegaran

Regional
Ayah yang Bunuh Anaknya di Banten Dikenal Sayang Keluarga

Ayah yang Bunuh Anaknya di Banten Dikenal Sayang Keluarga

Regional
ODGJ di Bima Kejar Polisi dengan Parang

ODGJ di Bima Kejar Polisi dengan Parang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com