Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Situs Batu Tulis, Jejak Purbakala di Desa Tepal Sumbawa

Kompas.com - 25/06/2024, 07:28 WIB
Susi Gustiana,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tak mudah menuju situs Batu Tulis di Desa Tepal, Kecamatan Batulanteh, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Perjalanan menanjak, berliku dan berbatu membuat pengendara tak nyaman duduk di atas sepeda motor selama 30 menit.

Semakin menanjak, medan tak mulus sehingga pengunjung harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki selama kurang lebih 30 menit ke puncak Pegunungan Batulanteh.

Bukti peradaban Tepal sejak masa prasejarah ada di situs Batu Tulis. Batu ini terletak di sebelah selatan Desa Tepal yang berjarak sekitar 4 km dari pusat desa.

Baca juga: Gotong Royong Merawat Sejarah Lokal dari Cagar Budaya di Kota Metro

Perjalanan menuju situs dapat ditempuh menggunakan kuda, naik motor trail ataupun berjalan kaki melalui jalan setapak.

Di desa ini, cuaca dingin bersuhu 20 derajat langsung menyentuh kulit. Bahkan pada pagi hari bisa tembus suhu 19 derajat.

Kontras sekali dengan suhu di Sumbawa mencapai 29 derajat celcius saat siang hari.

Sepanjang jalan menuju situs Batu Tulis, kita akan menyusuri hutan belantara. Suasana dingin yang sunyi akan menambah syahdu perjalanan menuju situs ini.

Berada di ketinggian 1.225 mdpl, situs batu tulis kini diteliti kembali oleh tim ahli cagar budaya dari Lembaga Adat Tana Samawa (LATS) Kabupaten Sumbawa.

“Iya benar. Kami teliti kembali situs batu tulis untuk diusulkan masuk ke dalam daftar cagar budaya Sumbawa,” kata tim ahli cagar budaya LATS, Aminuddin Selasa (25/6/2024).

Menurutnya, saat ini status masih disebut objek diduga cagar budaya (ODCB).

Berdasarkan data-data yang ada, nanti akan dikompilasi dan didalami sebelum diajukan secara utuh ke tim ahli cagar budaya (TACB) di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Sumbawa. Selanjutnya akan diproses penetapan sebagai cagar budaya.

Baca juga: Luncurkan Indonesia Heritage Agency, Nadiem: Jadikan Museum dan Cagar Budaya Tujuan Wisata Edukasi

Ia berharap, proses pendataan lengkap bisa dipercepat oleh tim pendata cagar budaya agar dapat diagendakan pembahasannya oleh TACB.

“Potensi untuk ditetapkan sebagai cagar budaya sangat besar,” ucap sosok yang akrab disapa Ami.

Ia menjelaskan, penetapan situs menjadi cagar budaya melalui Surat Keputusan (SK) Bupati.

“Tahapan legislasinya yang harus kami lengkapi sesuai ketentuan Undang-Undang Cagar Budaya,” jelasnya.

Situs Batu Tulis

Wisatawan lokal maupun mancanegara menyebut batu berukuran besar itu dengan situs batu penggores atau batu tulis.

Pasalnya, di permukaan batu ini terdapat beberapa goresan dengan kedalaman sekitar 2 cm berbentuk lambang kuno dan beberapa lambang senjata, binatang, manusia, alat masak seperti sendok dan piring.

Di batu ini juga terdapat beberapa tanda panah seperti menunjukkan arah sesuatu.

Menurut kepala Desa Tepal, Sudirman, situs Batu Tulis ini erat kaitannya dengan sejarah terbentuknya desa ketika masa Datuk Macani yaitu orang yang sangat berpengaruh di Desa Tepal.

Baca juga: 52 Museum dan Cagar Budaya Ditransformasi Jadi Lebih Dinamis

Situs ini diperkirakan ada sejak zaman batu peak (lunak) yaitu saat batu belum keras seperti sekarang ini. Batu ini tetap dirawat oleh pemerintah desa dan pemerintah Kabupaten Sumbawa menjadi situs sejarah.

"Ada sandi yang harus dipecahkan di situs Batu Tulis dan ada tulisan satera jontal aksara Samawa," katanya.

Sampai sekarang ini belum ada yang bisa menerjemahkan sandi atau apa arti dari tulisan di batu tulis tersebut.

“Hanya tetua adat yang ada di desa Tepal saja yang mengerti, namun masih dirahasiakan karena berkaitan dengan adat,” ujar Sudirman.

Muntaka (62), pemangku adat dan mantan kepala dusun mencoba menuliskan asal usul nama Desa Tepal dalam buku tulis.

Desa Tepal berasal dari kata kepal yang artinya bersatu. Sebutan dari Tepal itu akronim dari Tau Kepal (orang yang bersatu, ada juga pendapat mengatakan orang sakti).

Menurutnya, nenek moyang orang Desa Tepal tadinya tinggal berpencar hingga ada yang bermimpi untuk bersatu tinggal di sebuah tempat yang sekarang menjadi pusat desa.

Desa Tepal terletak pada ketinggian 847 meter di atas permukaan laut.

"Berdasarkan cerita turun temurun, masyarakat tertua di Kabupaten Sumbawa adalah Desa Tepal," sebut Muntaka.

Ada jejak perkampungan di atas situs Batu Tulis, dan ada kuburan dari batu yang berukuran besar. Hal itu menjadi bukti ada peradaban saat zaman batu hingga masuk zaman besi di desa Tepal.

Baca juga: Omah UGM, Cagar Budaya di Kotagede Yogyakarta Bisa untuk Spot Foto

"Situs ini menjadi bukti peradaban Tepal tertua di Sumbawa," ujarnya.

Ia menjelaskan, ada jejak peradaban di situs Batu Tulis di mana ada simbol lingkaran yang disebut 4 kelompok mule kamuya yaitu Malengke, Pedesa, Malempe, dan Tebas yang mendiami wilayah Desa Tepal yang letaknya tidak terlalu jauh antara satu dengan lain.

“Jejak 4 kelompok ini masih bisa ditemui di situs Batu Tulis dan makam keramat,” kata Muntaka.

Pada masa Kesultanan Sumbawa orang Kepal sering dimintai nasihat oleh Sultan.

“Orang Kepal atau Tepal sangat dihormati oleh kaum bangsawan di Kesultanan Sumbawa,” ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

15 Kuliner Lontong Khas Nusantara yang Menggugah Selera

15 Kuliner Lontong Khas Nusantara yang Menggugah Selera

Regional
Menangkal Potensi Zoonosis Tuberkulosis pada Orang Rimba

Menangkal Potensi Zoonosis Tuberkulosis pada Orang Rimba

Regional
Komunitas Pemalang Bergerak Sulap Sampah Jadi 'Paving Block'

Komunitas Pemalang Bergerak Sulap Sampah Jadi "Paving Block"

Regional
Seorang Pria Ditemukan Tewas di Pondok Kebun Sawit Bangka Barat, Ada Luka Lebam

Seorang Pria Ditemukan Tewas di Pondok Kebun Sawit Bangka Barat, Ada Luka Lebam

Regional
Pembunuh Terapis di Grobogan Ternyata Sempat Nyabu Sebelum Beraksi

Pembunuh Terapis di Grobogan Ternyata Sempat Nyabu Sebelum Beraksi

Regional
SPBU di Karanganyar Terbakar, Awalnya Muncul Percikan Api dari Mobil

SPBU di Karanganyar Terbakar, Awalnya Muncul Percikan Api dari Mobil

Regional
Pengurus Yayasan Rehabilitasi Narkoba di Sambas Ditangkap Jualan Sabu

Pengurus Yayasan Rehabilitasi Narkoba di Sambas Ditangkap Jualan Sabu

Regional
Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Minggu 30 Juni 2024, dan Besok : Siang ini Berawan

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Minggu 30 Juni 2024, dan Besok : Siang ini Berawan

Regional
Pengakuan Tahanan di Mataram yang Kabur Usai Sidang, Tak Diborgol dan Rindu Anak

Pengakuan Tahanan di Mataram yang Kabur Usai Sidang, Tak Diborgol dan Rindu Anak

Regional
Nekat Bunuh Terapis Pijat Demi Utang Judi, 2 Pria Grobogan Terancam Hukuman Mati

Nekat Bunuh Terapis Pijat Demi Utang Judi, 2 Pria Grobogan Terancam Hukuman Mati

Regional
Ratusan TKI di Malaysia Datang ke Sebatik untuk Coklit, demi Hak Pilih di Pilkada 2024

Ratusan TKI di Malaysia Datang ke Sebatik untuk Coklit, demi Hak Pilih di Pilkada 2024

Regional
Jasad Penagih Utang Dicor, Karyawati Ini Berjaga Saat Bos Distro Bunuh Korban

Jasad Penagih Utang Dicor, Karyawati Ini Berjaga Saat Bos Distro Bunuh Korban

Regional
Kasus Tewasnya Bocah SMP di Padang Ditutup, Penyebab Kematian Bukan Dianiaya tapi Patah Tulang

Kasus Tewasnya Bocah SMP di Padang Ditutup, Penyebab Kematian Bukan Dianiaya tapi Patah Tulang

Regional
Kapal Mati Mesin, 12 Dewasa dan Seorang Anak Terombang-ambing di Laut Bangka

Kapal Mati Mesin, 12 Dewasa dan Seorang Anak Terombang-ambing di Laut Bangka

Regional
Tren Pernikahan Anak Turun, Kemenag dan PPA Diminta Perhatikan Angka Perceraian yang Naik

Tren Pernikahan Anak Turun, Kemenag dan PPA Diminta Perhatikan Angka Perceraian yang Naik

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com