"Karena itu, selain upaya pencarian dan pertolongan, tim gabungan pada hari ini juga berupaya melakukan pembersihan ruas jalan Batusangkar-Padang Panjang yang terdampak endapan lumpur," kata Abdul pada Minggu (12/5).
Di sisi lain, banjir melanda Kecamatan Padang Panjang Barat dan Kecamatan Padang Panjang Timur di Kota Padang Panjang.
Dua rumah di pinggir Sungai Sangkua disebut "hanyut", sementara tiga orang sempat hilang "terbawa arus" di Kota Padang Panjang.
Satu dari tiga orang itu telah berhasil ditemukan dan diselamatkan.
Baca juga: Duka Korban Bencana Banjir Lahar Dingin di Sumbar: Ibu Saya Tak Bisa Diselamatkan...
Berliana Reskyka, warga Jorong Galuang di Nagari Sungai Pua, Kabupaten Agam, mendadak dibangunkan ibunya pada Sabtu malam (11/5).
"Ada galodo," ujar ibunya, menyebut kata di bahasa Minang untuk banjir bandang.
Hujan yang turun sejak magrib ternyata telah memicu banjir yang menggenangi rumah-rumah di Jorong Galuang.
Rumah Nana - sapaan akrab Berliana - terletak di daerah yang cukup tinggi, sehingga terhindar dari banjir.
Namun, warga yang tinggal di daerah bawah langsung terdampak.
Baca juga: Banjir Lahar di Sumbar, Korban Tewas Jadi 43 Orang
Warga yang rumahnya bertingkat, mereka mengungsi ke lantai dua. Lainnya berusaha lari ke daerah tinggi. Namun, sebagian dari mereka hanyut terbawa banjir.
Selewat tengah malam, Nana memutuskan keluar rumah.
Sehari-hari, ia adalah staf pelayanan kesehatan di Palang Merah Indonesia (PMI) cabang Bukittinggi. Karena itu, ia tergerak untuk menyambangi warga di daerah bawah dan "bantu-bantu".
"Awalnya pas mau datang takut juga kan airnya segede apa," kata Nana, 23 tahun.
"Tapi karena nagari sendiri kan, wilayah sendiri, ya sudahlah inisiatif saja turun."
Ternyata setibanya di sana, banjir telah surut.
Baca juga: Kisah Liza Mencari 5 Anggota Keluarganya yang Hilang Usai Galodo Sumbar Menerjang
Nana lantas berkoordinasi dengan petugas setempat. Tak lama, ada kenalan melihatnya dan segera berteriak, "Nana! Tolong!"
Ada dua perempuan berusia 20-an tahun yang terluka karena banjir. Mereka digendong masuk ambulans, dan Nana pun mengikuti.
Ambulans membawa mereka ke RSUD Dr. Achmad Mochtar (RSAM) Bukittinggi. Sepanjang perjalanan, Nana mencoba membersihkan luka dua perempuan itu dan memberikan pertolongan pertama.
"Ada luka lecet, terus ada kupingnya robek," kata Nana.
Sekembalinya dari RS, Nana terus membantu memberikan pertolongan pertama pada warga sekitar hingga kira-kira pukul 4 pagi. Setelahnya, ia kembali ke rumah dan beristirahat.
Pukul 7.30 pagi, ia kembali ke lokasi. Setelah berkoordinasi dengan tim SAR, ia membantu membuka posko bencana.
Baca juga: Galodo Sumbar Tewaskan 41 Orang, Unand Izinkan Kuliah Daring
Sejumlah warga yang telah dipulangkan dari RS karena lukanya tak parah lantas lanjut dirawat di posko itu.
Nana lalu seharian merawat warga di sana sembari mendengarkan kisah-kisah mereka.
"Ada yang nangis-nangis, histeris, karena kan keluarga masih ada yang belum ketemu. Ada juga yang sudah ketahuan sudah meninggal dunia," kata Nana.
Hingga Minggu sore (12/5), 10 warga Jorong Galuang tercatat meninggal dunia karena bencana ini.
Dalam enam bulan terakhir, banjir bandang dan lahar telah terjadi berulang kali di sejumlah daerah di sekitar Gunung Marapi, Sumatera Barat.
Pada 5 Desember 2023, dua hari setelah erupsi Gunung Marapi yang menewaskan 24 orang, banjir bandang dan lahar melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Tanah Datar.
Saat itu, banjir lahar sempat menghantam pemandian air panas di Nagari Pariangan, masjid dan rumah warga di Nagari Batubasa, dan membuat sebuah jembatan rusak di Nagari Baringin.