Selama bekerja di Korea sejak 23 Desember 2017, Adi tinggal di Kota Gyeongju, bertugas sebagai operator produksi untuk perusahaan pembuat sparepart mesin cuci LG.
"Dengan gaji perbulan estimasi Rp 30 sampai Rp 35 juta," kata dia.
Tak hanya bekerja, Adi juga membangun relasi dengan menempuh pendidikan sarjana di Universitas Terbuka yang bekerja sama dengan salah satu universitas di Korea Selatan.
"Waktu itu kampusnya di Yeungnam University, setiap hari Minggu kuliah ke sana, bukan hal mudah karena saya kerja dua shift, yaitu malam dan siang, dan itu rolling seminggu sekali, dan jam kerja wajib itu 12 jam," kata dia.
"Jadi, yang paling berat itu adalah ketika masuk kerja malam Minggu jam 8 malam berangkat jam 8 pagi pulang, kemudian kita langsung ke kampus. Nah, itu proses yang saya alami selama belajar di Korea Selatan sampai lulus, kemudian saya lulus tahun 2022," imbuh dia.
Baca juga: Perampok Bersenjata Api yang Gasak Toko Emas di Blora Masih Buron
Selama kuliah, pria kelahiran 25 April 1997 itu aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas Terbuka (UKM UT), hingga menjadi ketua Pengurus Cabang Istimewa Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PCI IPNU) Korea Selatan.
"Kemudian karier terakhir saya di sana sebagai marbot masjid, ketua takmir masjid di sana, dan alhamdulillah diberi kesempatan untuk bisa memindahkan masjid yang semula di basemen kemudian bisa naik ke lantai dua, nah itu proses akhir 2021 sampai awal 2022," ujar dia.
Selama berada di Korea, Adi juga sudah mampu beribadah haji menggunakan kuota dari Korea Selatan, tanpa menunggu waktu bertahun-tahun lamanya.
"Kalau haji dari Korea itu relatif lebih cepat, karena kuotanya lebih banyak daripada yang daftar, termasuk saya daftar dua minggu sebelum berangkat, enggak harus menunggu bertahun-tahun," terang dia.
Setelah modal usaha didapat, gelar sarjana diperoleh, ibadah haji telah ditunaikan, Adi mengaku tidak ada alasan lagi untuk tetap berada di Korea.
Baca juga: Dibutakan Dendam, Suami Siri di Semarang Tusuk Istri di Rumah Majikan
"Jadi, saya sudah kehabisan alasan untuk tetap bertahan di Korea, selain hanya mempertahankan ketakutan saya, jadi ketakutan saya bagaimana nanti kalau saya gagal di Indonesia, pada akhirnya selama proses haji itulah saya memohon petunjuk yang pada akhirnya saya dituntun dan saya mantapkan diri untuk memutuskan 'oke, saya pulang ke Indonesia'," ujar dia.
Dirinya kemudian pulang ke Indonesia pada 22 Juli 2023 untuk kemudian menggeluti dunia pertanian hidroponik dengan modal keseluruhan sekitar Rp 900 juta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.