Bancakan adalah hidangan selamatan yang disediakan untuk dibagikan kepada anak-anak.
Dia menilai tradisi ini perlu terus dijaga agar anak-anak serta warga setempat terus bersilaturahim saat momen lebaran dan saling mengenal satu sama lain.
Sementara seiring berkembangnya tradisi, bagi warga yang ingin bersedekah tapi tak sempat memasak ketupat, maka mereka dapat berbagi uang saja kepada anak-anak.
"Harapannya secara kemasyarakatan kita saling mengenal, berbagi rasa, yang ada rejeki akan memberi sedekah. Rumah ke rumah menyapkan 40-100 ketupat, sesuai kemampuan," lanjutnya.
Terlihat sekitar pukul 05.30 WIB anak-anak yang sudah mendapatkan ketupat dan uang sedekah dari depan rumah Wasidarono langsung bergegas berkunjung ke rumah warga lainnya yang membuka pintu bagi tamu-tamu itu.
Sebagian di antaranya berkeliling membawa kantong platik dengan mengenakan seragam sekolah.
Dengan senyum di wajahnya, mereka memamerkan ketupat dan uang yang diperoleh dari bersilaturahim kepada wartawan.
Beberapa anak yang masih balita juga diantarkan oleh orangtua atau kakek neneknya berkeliling ke rumah tetangga.
"Rame setiap syawwalan, ini mengajak cucu biar senang, kumpul sama teman-temannya, mengenalkan tradisi. Ini udah dapat dua ketupat, uangnya belum dihitung," ujar Fatimah yang berkeliling bersama cucunya.
Baca juga: Tradisi Lebaran Ketupat: Sejarah, Filosofi, dan Perbedaan dengan Hari Raya Idul Fitri
Lebih lanjut, Munawir menjelaskan, sejarah tradisi ini berawal sejak sekitar 1950 usai perang dunia kedua.
Saat itu warga kembali dari pengungsian di Mranggen, Kabupaten Demak dan Gubug, Kabupaten Purwodadi.
Tradisi Syawalan itu sengaja diadakan untuk memeriahkan perayaan lebaran khususnya bagi anak-anak setempat.
"Semua dadi sini ngungsi semua ke arah Mranggaen, Gubug dan daerah sebelah timur. Karena kesederhanaan saat itu, ketupat yang dibelah diberi tauge dan sambal kelapa. Jadi waktu pertama kali itu, menurut Mbah Haji Samin kakek saya, itu ketupat hanya sambal kelapa dan tauge," jelasnya.
Munawir menambahkan awalnya tradisi dimulai di Kampung Jaten Cilik dan sekitarnya. Namun setelah tahun 1950-an terus berkembang di sekitar Kecamatan Pedurungan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.