Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berburu Ketupat Unik dalam Tradisi Syawalan di Pedurungan Kota Semarang

Kompas.com - 17/04/2024, 15:06 WIB
Titis Anis Fauziyah,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

 

SEMARANG, KOMPAS.com - Selepas subuh, puluhan anak-anak berbaris di depan rumah Ketua RW 01 Pedurungan Tengah, Wasidarono untuk mengantri berebut berkah dari ketupat dengan bentuk unik dan sedekah uang.

Ini merupakan tradisi turun temurun yang sudah dilakukan warga Pedurungan, Kota Semarang, Jawa Tengah sejak 1950-an.

Dengan dibagikannya ketupat ini untuk anak-anak dalam tradisi syawalan di pekan kedua bulan Syawwal, tanda perayaan Idul Fitri berakhir.

Menurut Imam Masjid Roudhotul Muttaqin, Munawir, tradisi ini adalah tanda berakhirnya puasa sunah di awal Syawwal selama 6 hari, lalu dilanjutkan tradisi syawalan.

Baca juga: Ajang Silaturahmi, Pacuan Kuda Jadi Tradisi Warga Kebumen Saat Lebaran

"Tradisi syawalan ini disebut juga lebaran anak-anak untuk kampung sini, karena lebaran sudah berakhir," tutur Munawir yang memimpin trdisi di Jaten Cilik Jalan Taman Tlogo Mulyo I Kelurahan Pedurungan Tengah, Kecamatan Pedurungan.

Selepas subuh sekitar pukul 05.00 WIB, puluhan anak-anak telah bersiap rapi di masjid atau mushola di kawasan itu dengan membawa kantong plastik atau tas.

Tradisi syawalan dibuka dengan doa.

Setelah itu, mereka mulai berbaris mengular untuk mendapat ketupat unik tersebut dan uang sedekah lebaran mulai dari masjid, kemudian berkeliling rumah warga yang melakukan open house.

Warga mengenalnya dengan nama ketupat jembut. Ketupat ini sebenarnya sama seperti ketupat pada umumnya.

Hanya saja, kata Munawir, di dalam ketupat diisi berbagai sayuran seperti tauge, kubis, hingga parutan kelapa yang sudah dibumbui atau urap.

Ketupat ini pun bisa langsung disantap karena dilengkapi sayuran.

"Lalu sebagai tanda kita sudah saling memaafkan, melepaskan jabatan tangan dengan ditandai dibelahnya ketupat di tengahnya. Karena ketupat itu sebagai simbol jabatan tangan dan dibelah di tengahnya itu sebagai tanda berakhirnya hari raya Idul Fitri," jelas Munawir di lokasi.

Meski namanya cukup nyeleneh, makanan ini memiliki makna mendalam, yaitu perjuangan untuk saling memaafkan antar sesama dan terus menjaga silaturahmi.

Menurut Ketua RW 01 Pedurungan Tengah, Wasidarono, penamaan ketupat ini dipilih pendahulu agar mudah diingat oleh masyarakat setempat tanpa maksud tertentu.

"Peninggalan budaya orang tua enggak boleh ditinggalkan. Dulu bancakannya cuma sedikit, 5-10 rumah. Tahunya orang tua menyiapkan bancakan buat anak-anak kecil. Tradisi ini dipertahankan turun temurun beberapa generasi," kata Wasidarono usai membagikan ketupat di depan rumahnya.

Puluhan anak-anak warga Pedurungan Kota Semarang merayakan tradisi Syawalan dengan berburu ketupat jembut di rumah tetangga, Rabu (17/4/2024) pagi.KOMPAS.COM/Titis Anis Fauziyah Puluhan anak-anak warga Pedurungan Kota Semarang merayakan tradisi Syawalan dengan berburu ketupat jembut di rumah tetangga, Rabu (17/4/2024) pagi.

Bancakan adalah hidangan selamatan yang disediakan untuk dibagikan kepada anak-anak.

 Dia menilai tradisi ini perlu terus dijaga agar anak-anak serta warga setempat terus bersilaturahim saat momen lebaran dan saling mengenal satu sama lain.

Sementara seiring berkembangnya tradisi, bagi warga yang ingin bersedekah tapi tak sempat memasak ketupat, maka mereka dapat berbagi uang saja kepada anak-anak.

"Harapannya secara kemasyarakatan kita saling mengenal, berbagi rasa, yang ada rejeki akan memberi sedekah. Rumah ke rumah menyapkan 40-100 ketupat, sesuai kemampuan," lanjutnya.

Terlihat sekitar pukul 05.30 WIB anak-anak yang sudah mendapatkan ketupat dan uang sedekah dari depan rumah Wasidarono langsung bergegas berkunjung ke rumah warga lainnya yang membuka pintu bagi tamu-tamu itu.

Sebagian di antaranya berkeliling membawa kantong platik dengan mengenakan seragam sekolah.

Dengan senyum di wajahnya, mereka memamerkan ketupat dan uang yang diperoleh dari bersilaturahim kepada wartawan.

Puluhan anak-anak warga Pedurungan Kota Semarang merayakan tradisi Syawalan dengan berburu ketupat jembut di rumah tetangga, Rabu (17/4/2024) pagi.KOMPAS.COM/Titis Anis Fauziyah Puluhan anak-anak warga Pedurungan Kota Semarang merayakan tradisi Syawalan dengan berburu ketupat jembut di rumah tetangga, Rabu (17/4/2024) pagi.

 

Beberapa anak yang masih balita juga diantarkan oleh orangtua atau kakek neneknya berkeliling ke rumah tetangga.

"Rame setiap syawwalan, ini mengajak cucu biar senang, kumpul sama teman-temannya, mengenalkan tradisi. Ini udah dapat dua ketupat, uangnya belum dihitung," ujar Fatimah yang berkeliling bersama cucunya.

Baca juga: Tradisi Lebaran Ketupat: Sejarah, Filosofi, dan Perbedaan dengan Hari Raya Idul Fitri

Lebih lanjut, Munawir menjelaskan, sejarah tradisi ini berawal sejak sekitar 1950 usai perang dunia kedua.

Saat itu warga kembali dari pengungsian di Mranggen, Kabupaten Demak dan Gubug, Kabupaten Purwodadi.

Tradisi Syawalan itu sengaja diadakan untuk memeriahkan perayaan lebaran khususnya bagi anak-anak setempat.

"Semua dadi sini ngungsi semua ke arah Mranggaen, Gubug dan daerah sebelah timur. Karena kesederhanaan saat itu, ketupat yang dibelah diberi tauge dan sambal kelapa. Jadi waktu pertama kali itu, menurut Mbah Haji Samin kakek saya, itu ketupat hanya sambal kelapa dan tauge," jelasnya.

Munawir menambahkan awalnya tradisi dimulai di Kampung Jaten Cilik dan sekitarnya. Namun setelah tahun 1950-an terus berkembang di sekitar Kecamatan Pedurungan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kebakaran Rumah di Bantaran Rel Kereta Api Solo, 25 Warga Mengungsi

Kebakaran Rumah di Bantaran Rel Kereta Api Solo, 25 Warga Mengungsi

Regional
Maju Pilkada Solo, Caleg Terpilih Kevin Fabiano Daftar Cawalkot di PDI-P

Maju Pilkada Solo, Caleg Terpilih Kevin Fabiano Daftar Cawalkot di PDI-P

Regional
Sedihnya Hasanuddin, Tabungan Rp 5 Juta Hasil Jualan Angkringan Ikut Terbakar Bersama Rumahnya

Sedihnya Hasanuddin, Tabungan Rp 5 Juta Hasil Jualan Angkringan Ikut Terbakar Bersama Rumahnya

Regional
Maju Lagi di Pilkada, Mantan Wali Kota Tegal Dedy Yon Daftar Penjaringan ke PKS

Maju Lagi di Pilkada, Mantan Wali Kota Tegal Dedy Yon Daftar Penjaringan ke PKS

Regional
Dua Caleg Terpilih di Blora Mundur, Salah Satunya Digantikan Anak Sendiri

Dua Caleg Terpilih di Blora Mundur, Salah Satunya Digantikan Anak Sendiri

Regional
Perajin Payung Hias di Magelang Banjir Pesanan Jelang Waisak, Cuan Rp 30 Juta

Perajin Payung Hias di Magelang Banjir Pesanan Jelang Waisak, Cuan Rp 30 Juta

Regional
9 Rumah di Bantaran Rel Kereta Kota Solo Terbakar

9 Rumah di Bantaran Rel Kereta Kota Solo Terbakar

Regional
Pimpin Aksi Jumat Bersih, Bupati HST Minta Masyarakat Jadi Teladan bagi Sesama

Pimpin Aksi Jumat Bersih, Bupati HST Minta Masyarakat Jadi Teladan bagi Sesama

Regional
Harga Tiket dan Jadwal Travel Semarang-Banjarnegara PP

Harga Tiket dan Jadwal Travel Semarang-Banjarnegara PP

Regional
Sempat Ditutup karena Longsor di Sitinjau Lauik, Jalur Padang-Solok Dibuka Lagi

Sempat Ditutup karena Longsor di Sitinjau Lauik, Jalur Padang-Solok Dibuka Lagi

Regional
Dugaan Korupsi Pengadaan Bandwidth Internet, Plt Kepala Dinas Kominfo Dumai Ditahan

Dugaan Korupsi Pengadaan Bandwidth Internet, Plt Kepala Dinas Kominfo Dumai Ditahan

Regional
KY Tanggapi soal Status Tahanan Kota 2 Terpidana Korupsi di NTB

KY Tanggapi soal Status Tahanan Kota 2 Terpidana Korupsi di NTB

Regional
Pemilik Pajero Pasang Senapan Mesin di Kap, Mengaku Hanya untuk Konten Medsos

Pemilik Pajero Pasang Senapan Mesin di Kap, Mengaku Hanya untuk Konten Medsos

Regional
Update Bencana Sumbar, BPBD Sebut 61 Korban Tewas, 14 Orang Hilang

Update Bencana Sumbar, BPBD Sebut 61 Korban Tewas, 14 Orang Hilang

Regional
Resmi Usung Gus Yusuf Maju Pilgub Jateng, PKB Seleksi Partai Potensial untuk Berkoalisi

Resmi Usung Gus Yusuf Maju Pilgub Jateng, PKB Seleksi Partai Potensial untuk Berkoalisi

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com