Setelah menyelesaikan rute Semarang-Denpasar, misalnya, kata Doni, dia bisa beristirahat dari pukul tiga subuh hingga jam 10 pagi.
Saat mengemudi, Doni melajukan busnya hingga 100 kilometer per jam saat melintas di tol. Kecepatan ini disebutnya “biasa saja” dan “tidak bisa disebut mengebut”. Di luar tol, Doni berkendara hingga 70 kilometer per jam.
Layanan bus dan perilaku sopirnya menjadi perbincangan usai bus Rosalia Indah mengalami kecelakaan di kilometer 370 Tol Semarang-Batang, Kamis (11/04). Bus itu, kata kepolisian, melaju kencang saat masuk ke parit dan kemudian terguling.
Dari 34 orang yang berada di bus tersebut, 7 di antaranya meninggal. Sopir bus tersebut, yang berinisial JW, kini berstatus tersangka dan ditahan oleh kepolisian.
Menurut Irjen Aan Suhanan, pihaknya tidak menemukan jejak rem di area kecelakaan.
Berdasarkan investigasi sementara Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), JW kelelahan dan sempat tertidur sesaat sebelum kecelakaan.
Kelelahan sang sopir diduga kuat dipicu prosedur penugasan pengemudi yang dilakukan PO Bus Rosalia Indah dalam tiga bulan terakhir, kata Ahmad Wildan, Investigator Senior KNKT. Ahmad menuturkan itu kepada pers di Batang, Jawa Tengah, Jumat sore.
Baca juga: Kakorlantas Minta PO Bus Sediakan Sopir Cadangan, Jam Kerja Tak Lebih dari 8 Jam
KNKT, kata Ahmad, hingga saat ini belum menemukan persoalan teknis pada bus tersebut.
Sebelum kecelakaan Rosalia Indah pekan ini, bus milik PO Sumber Selamat mengalami kecelakaan di Ngawi. Bus itu, menurut kepolisian, tengah mendahului kendaraan di depannya saat menabrak sepeda motor. Dua orang yang berada di motor itu tewas.
Di media sosial X (dulu Twitter), warganet meluapkan keluhan mereka terhadap perilaku pengendara bus. Kegundahan mereka berpusat pada kebiasaan mengebut dan pola istirahat sopir sebelum berkendara.
Tak seperti tuduhan sebagian kalangan, agen PO Bus Pandawa 87 di Kabupaten Pamekasan, Jamiatus Solehah, menyebut pihaknya mengutamakan keselamatan penumpang pada setiap perjalanan, termasuk pada musim mudik.
Dalam setiap perjalanan bus, kata Jamiatus, perusahaannya menerjunkan dua sopir dan satu kernet.
Baca juga: Video Helikopter Mendarat di Tol Batang-Semarang, Evakuasi Kecelakaan Bus Rosalia Indah
“Sopir bekerja bergantian, saat yang satu istirahat, yang satu bekerja. Biasanya yang dari Pamekasan, begitu sampai rumah makan di Ngawi, mereka bergantian,“ ujarnya.
”Yang penting bukan bus sampai ke tujuan dengan cepat, tapi keselamatan penumpang,” kata Jamiatus.
Jamiatus membuat klaim, untuk menekan risiko kecelakaan, perusahaannya juga selalu memeriksa kondisi bus.
Sejumlah warganet menyatakan hal itu tak lama setelah bus milik PO Primajasa terlibat dalam kecelakaan dengan sebuah mobil di Tol Cikampek, pekan ini.
Stefanus Atyanto, warga Jakarta yang mudik ke Yogyakarta, rutin menjadi penumpang bus antarkota antarprovinsi (AKAP) selama bertahun-tahun. Selain karena titik jemput dan titik antar yang dekat dengan tempat tinggalnya, Stefanus menilai perjalanan di atas bus “sangat nyaman“.
“Bus sekarang bagus-bagus. Yang jenis non-sleeper juga tempat duduknya bagus,” ujarnya.
Baca juga: Sopir Bus Rosalia Jadi Tersangka Kasus Kecelakaan yang Tewaskan 7 Orang, Mengaku Mengantuk