KOMPAS.com - Lebaran tahun ini menjadi momen yang menyedihkan dan diselimuti rasa kesepian bagi sekelompok istri dari para korban sindikat penipuan online yang kini 'disandera' di Myanmar.
Saat umat Islam merayakan Idulfitri dan berkumpul dengan keluarga besar, Selviana malah mendengar keluh suaminya yang dipukuli.
“Terakhir komunikasi tadi pagi. Suami cerita dia dipukuli saat malam takbiran,” kata Selviana yang tinggal di Singkawang, Kalimantan Barat, kepada wartawan BBC News Indonesia, Kamis (11/04).
Selviana pun mengaku menangis melihat hidangan lontong sayur saat Lebaran. ”Ini makanan yang disukai suami.”
Baca juga: Thailand Nyatakan Siap Tampung 100.000 Orang yang Melarikan Diri dari Myanmar
Hal yang sama juga dialami oleh Yuli Yasmi di Indramayu, Jawa Barat. ”Tadi malam, suami cerita katanya kondisi di sana semakin buruk, banyak siksaan,” katanya.
”Sampai anak yang paling kecil bilang, ‘Ibu kalau aku punya uang Rp50 juta, aku kasih biar ayah pulang Ibu’. Saking kangennya sama ayahnya,” kata Yuli dengan isak tangis.
Setidaknya terdapat lima Warga Negara Indonesia yang diduga menjadi korban penipuan online yang kini terperangkap di Hpa Lu, wilayah konflik bersenjata antara militer Myanmar dan kelompok etnis bersenjata.
Mereka dipekerjakan secara paksa untuk menipu orang secara daring. Menurut catatan Kemlu, terdapat 30 WNI yang kini berada di wilayah perbatasan Myanmar-Thailand.
Pemerintah Indonesia menyatakan telah dan terus melakukan beragam upaya untuk menyelamatkan WNI itu, mulai dari penyampaian nota diplomatik hingga pertemuan dengan berbagai otoritas terkait.
Baca juga: Kemenlu Tengah Selamatkan 5 WNI yang Terjerat Bisnis Online Scam di Myanmar
Namun, proses evakuasi WNI yang berada di perbatasan Myanmar dan Thailand itu hingga kini belum dapat dilakukan.
Di wilayah itu, otoritas penegak hukum dan militer Myanmar tidak memiliki kontrol penuh karena dikuasai banyak kelompok etnis bersenjata.
Kota terdekat dari Hpu Lu, yaitu Myawaddy, bahkan kini telah dikuasai oleh kelompok pemberontak etnis Karen yang bersekutu dengan pasukan anti-kudeta lainnya.
Dari pagi hingga siang hari, Selviana bekerja mencuci dan menyetrika baju. Sorenya, dia menjaga toko. Cicilan pinjaman dari bank harus ditanggung olehnya seorang diri.
“Dulu suami marah jika saya kerja. Sekarang saya harus kerja demi semuanya, siang malam,” kata Selviana.
Suami Selviana bersama beberapa WNI lainnya kini tengah terperangkap di Myanmar karena menjadi korban penipuan online.
Dia bercerita, suaminya meninggalkan rumah pada 29 April 2023, tepat sebelum Lebaran tahun lalu.
Baca juga: WNI Korban Sindikat Penipuan di Myanmar Diancam Dibunuh jika Tak Ada Uang Tebusan
Sesampainya di Thailand, kata Selviana, suaminya dibawa masuk Myanmar dengan jalur ilegal.
Di sana, ujar Selviana, suaminya dipaksa bekerja untuk melakukan penipuan online. Jika tidak memenuhi target, suaminya menerima beragam jenis siksaan.
“Penipu di sana minta tebusan Rp80 juta jika ingin suami bebas, tapi bagaimana disiapkan buat makan saja susah.”
Perbincangan terakhir Selviana dengan suami terjadi pada Kamis pagi (11/04), hari kedua Lebaran.
Bukannya saling berbagi kebahagiaan, Selviana malah mendengar kekerasan yang diterima suaminya.
“Saat takbiran, dia cerita dihukum karena menolak kerja menipu orang. Dipukul pakai besi balok,” ujarnya, sambil menambahkan bahwa suaminya juga pernah disetrum.
Baca juga: 2 Orang Tewas akibat Berdesakan Saat Mengantre di Kantor Paspor Myanmar
“Lebaran ini, tanpa ada suami, sedih sekali. Apalagi lihat makanan kesukaan lontong sayur.”
“Lalu, biasanya Lebaran kumpul sama keluarga, bawa anak jalan-jalan, tapi sekarang di rumah saja. Mau ke mana pun rasanya kurang.”
Selviana pun mengaku kesulitan menjawab ketika anak-anaknya menanyakan kapan ayah pulang.
“Saya bilang ke mereka, 'Bapak kerja saya bilang, cari duit, bapak kerja buat kamu sekolah'. Anak saya kemudian bertanya balik, 'Tapi lama sekali bapak balik?'. Saya hanya bisa berkata, 'Sabar ya, kita doakan bapak cepat balik',” paparnya, menirukan percakapan dengan anak-anaknya, sambil terisak-isak.
Selviana pun berharap kepada pemerintah untuk segera memulangkan suaminya.
Baca juga: Usai Diumumkan Wajib Militer, Ribuan Pemuda Antre Visa untuk Tinggalkan Myanmar