Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Saat Takbiran Suami Saya Dipukuli"

Kompas.com - 13/04/2024, 06:07 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Lebaran tahun ini menjadi momen yang menyedihkan dan diselimuti rasa kesepian bagi sekelompok istri dari para korban sindikat penipuan online yang kini 'disandera' di Myanmar.

Saat umat Islam merayakan Idulfitri dan berkumpul dengan keluarga besar, Selviana malah mendengar keluh suaminya yang dipukuli.

“Terakhir komunikasi tadi pagi. Suami cerita dia dipukuli saat malam takbiran,” kata Selviana yang tinggal di Singkawang, Kalimantan Barat, kepada wartawan BBC News Indonesia, Kamis (11/04).

Selviana pun mengaku menangis melihat hidangan lontong sayur saat Lebaran. ”Ini makanan yang disukai suami.”

Baca juga: Thailand Nyatakan Siap Tampung 100.000 Orang yang Melarikan Diri dari Myanmar

Hal yang sama juga dialami oleh Yuli Yasmi di Indramayu, Jawa Barat. ”Tadi malam, suami cerita katanya kondisi di sana semakin buruk, banyak siksaan,” katanya.

”Sampai anak yang paling kecil bilang, ‘Ibu kalau aku punya uang Rp50 juta, aku kasih biar ayah pulang Ibu’. Saking kangennya sama ayahnya,” kata Yuli dengan isak tangis.

Setidaknya terdapat lima Warga Negara Indonesia yang diduga menjadi korban penipuan online yang kini terperangkap di Hpa Lu, wilayah konflik bersenjata antara militer Myanmar dan kelompok etnis bersenjata.

Mereka dipekerjakan secara paksa untuk menipu orang secara daring. Menurut catatan Kemlu, terdapat 30 WNI yang kini berada di wilayah perbatasan Myanmar-Thailand.

Pemerintah Indonesia menyatakan telah dan terus melakukan beragam upaya untuk menyelamatkan WNI itu, mulai dari penyampaian nota diplomatik hingga pertemuan dengan berbagai otoritas terkait.

Baca juga: Kemenlu Tengah Selamatkan 5 WNI yang Terjerat Bisnis Online Scam di Myanmar

Namun, proses evakuasi WNI yang berada di perbatasan Myanmar dan Thailand itu hingga kini belum dapat dilakukan.

Di wilayah itu, otoritas penegak hukum dan militer Myanmar tidak memiliki kontrol penuh karena dikuasai banyak kelompok etnis bersenjata.

Kota terdekat dari Hpu Lu, yaitu Myawaddy, bahkan kini telah dikuasai oleh kelompok pemberontak etnis Karen yang bersekutu dengan pasukan anti-kudeta lainnya.

"Saat takbiran suami saya dipukuli"

Tangkapan layar video amatir yang dikirim WNI korban sindikat penipuan online di Myanmar. Mereka dicambuk, disetrum, dan dipukul jika tidak mencapai 'target' pemasukan dari menipu orang secara daring.@JERATKERJAPAKSA via BBC NEWS INDONESIA Tangkapan layar video amatir yang dikirim WNI korban sindikat penipuan online di Myanmar. Mereka dicambuk, disetrum, dan dipukul jika tidak mencapai 'target' pemasukan dari menipu orang secara daring.
Selviana kini berjuang seorang diri untuk memenuhi kebutuhan hidup hingga mengurus kedua anaknya yang masih kecil.

Dari pagi hingga siang hari, Selviana bekerja mencuci dan menyetrika baju. Sorenya, dia menjaga toko. Cicilan pinjaman dari bank harus ditanggung olehnya seorang diri.

“Dulu suami marah jika saya kerja. Sekarang saya harus kerja demi semuanya, siang malam,” kata Selviana.

Suami Selviana bersama beberapa WNI lainnya kini tengah terperangkap di Myanmar karena menjadi korban penipuan online.

Dia bercerita, suaminya meninggalkan rumah pada 29 April 2023, tepat sebelum Lebaran tahun lalu.

Baca juga: WNI Korban Sindikat Penipuan di Myanmar Diancam Dibunuh jika Tak Ada Uang Tebusan

Sesampainya di Thailand, kata Selviana, suaminya dibawa masuk Myanmar dengan jalur ilegal.

Di sana, ujar Selviana, suaminya dipaksa bekerja untuk melakukan penipuan online. Jika tidak memenuhi target, suaminya menerima beragam jenis siksaan.

“Penipu di sana minta tebusan Rp80 juta jika ingin suami bebas, tapi bagaimana disiapkan buat makan saja susah.”

Perbincangan terakhir Selviana dengan suami terjadi pada Kamis pagi (11/04), hari kedua Lebaran.

Bukannya saling berbagi kebahagiaan, Selviana malah mendengar kekerasan yang diterima suaminya.

“Saat takbiran, dia cerita dihukum karena menolak kerja menipu orang. Dipukul pakai besi balok,” ujarnya, sambil menambahkan bahwa suaminya juga pernah disetrum.

Baca juga: 2 Orang Tewas akibat Berdesakan Saat Mengantre di Kantor Paspor Myanmar

“Lebaran ini, tanpa ada suami, sedih sekali. Apalagi lihat makanan kesukaan lontong sayur.”

“Lalu, biasanya Lebaran kumpul sama keluarga, bawa anak jalan-jalan, tapi sekarang di rumah saja. Mau ke mana pun rasanya kurang.”

Selviana pun mengaku kesulitan menjawab ketika anak-anaknya menanyakan kapan ayah pulang.

“Saya bilang ke mereka, 'Bapak kerja saya bilang, cari duit, bapak kerja buat kamu sekolah'. Anak saya kemudian bertanya balik, 'Tapi lama sekali bapak balik?'. Saya hanya bisa berkata, 'Sabar ya, kita doakan bapak cepat balik',” paparnya, menirukan percakapan dengan anak-anaknya, sambil terisak-isak.

Selviana pun berharap kepada pemerintah untuk segera memulangkan suaminya.

Baca juga: Usai Diumumkan Wajib Militer, Ribuan Pemuda Antre Visa untuk Tinggalkan Myanmar

 

"Kalau punya uang Rp 50 juta, aku kasih biar ayah pulang"

ASD, salah satu tersangka TPPO WNI ke Myanmar digiring Petugas Bareskrim Polri menuju konferensi pers pada Selasa (16/5/2023) di Mabes Polri, Jakarta. VOA INDONESIA ASD, salah satu tersangka TPPO WNI ke Myanmar digiring Petugas Bareskrim Polri menuju konferensi pers pada Selasa (16/5/2023) di Mabes Polri, Jakarta.
Lebaran tahun ini Yuli Yasmi bersama ketiga anaknya mengunjungi keluarga besar tanpa didampingi suami.

Kebersamaan yang dijalani Yuli pada Lebaran tahun ini diselimuti kesedihan.

Pasalnya, sang suami kini 'disandera' di Myanmar dan menjadi korban penipuan online sejak September 2023 lalu.

“Sesenyum-senyumnya saya pas kumpul dengan keluarga besar tetap saja hati tidak lapang. Tidak akan lapang sampai suami pulang ke Indonesia dengan selamat,” kata Yuli.

Di saat Lebaran, kata Yuli, suaminya adalah sosok yang dirindukan keluarga besar karena selalu melayangkan candaan yang membuat ketawa.

Baca juga: Myanmar Berlakukan Wajib Militer, Ribuan Pemuda Berusaha Tinggalkan Negara

“Biasa juga pas Lebaran, dia masak simpel karena sudah bosan masakan Lebaran. Dia masak mi instan yang enak, diracik dengan ciri khas dia,” kenang Yuli.

Namun semua kenangan indah itu kini sirna.

Yuli hanya bisa melihat dan mendengar suami melalui panggilan telepon. Dan, kabar-kabar buruk yang dia terima.

“Tadi malam [Rabu] suami saya cerita kondisi di sana semakin banyak siksaan. Suami juga tanya kapan pemerintah bisa jemput."

"Sehari di sana itu sangat berat, kerja tanpa henti, belum lagi ada target yang dibayangi ancaman hukuman,“ kata Yuli.

Dia bercerita terdapat dua cara suaminya dapat pulang, yaitu dijemput pemerintah atau membayar uang tebusan sebesar Rp50 juta.

Baca juga: Kisah Wildan Jadi Korban TPPO di Myanmar, Dijanjikan Kerja di Korea, Keluarga Dimintai Uang Rp 150 Juta

”Sampai anak yang paling kecil bilang, ‘Ibu kalau aku punya uang Rp50 juta, aku kasih biar ayah pulang Ibu’. Saking kangennya sama ayahnya,” kata Yuli disambut isak tangis.

Yuli menambahkan, dia dan istri korban lainnya telah berkomunikasi dengan Kementerian Luar Negeri Indonesia mengenai masalah yang dihadapi.

“Kemlu ada tanggapan, katanya masih dalam pergerakan. Tapi jangkauan dari dua hingga tiga bulan ini memang belum terlihat hasilnya. Hanya itu per hari ini dari Kemlu,“ ujarnya.

Bagaimana upaya pemerintah?

Ilustrasi perdagangan manusiaHANDINING Ilustrasi perdagangan manusia
Direktur Perlindungan WNI Kemenlu, Judha Nugraha, mengatakan berbagai upaya telah dan terus dilakukan untuk menyelamatkan WNI yang terjerat bisnis penipuan online di wilayah Hpa Lu, Myanmar.

“Melalui penyampaian nota diplomatik ke Kemlu Myanmar, mengadakan pertemuan dengan otoritas terkait seperti kepolisian dan imigrasi Myanmar, serta kerja sama dengan masyarakat sipil,” kata Judha.

“Koordinasi juga dilakukan dengan perwakilan negara asing di Myanmar yang menghadapi kasus serupa antara lain Sri Lanka, RRT, Filipina, Vietnam, Thailand, Nepal, dan India,” tambahnya.

Selain itu, Judha menambahkan, Kemlu juga menjalin komunikasi dengan kelima keluarga korban.

Baca juga: Pakar Pendidikan Nilai Kampus Sebenarnya Bisa Antisipasi TPPO Modus Ferienjob

“Komunikasi intensif dan rutin dilakukan baik melalui pertemuan daring maupun melalui Whatsapp grup untuk menyampaikan update berbagai upaya yang dilakukan Pemri untuk membebaskan anggota keluarganya,” tambahnya.

Diplomat Muda Direktorat Pelindungan Warga Negara Indonesia, Rina Komaria, menambahkan Kemlu juga telah mengunjungi salah satu keluarga korban untuk menyampaikan secara langsung perkembangan kasus dan membesarkan hati mereka.

“Kami sangat memahami dan mengerti perasaan keluarga. Kami juga sangat mengharapkan para WNI dapat segera keluar dari sana dan kita upayakan semuanya,“ kata Rina.

Selain itu, lanjutnya, Kemlu juga sudah berkoordinasi dengan kementerian terkait dan juga pemerintah daerah untuk memberikan atensi bagi para keluarga korban, terutama untuk menjaga kondisi psikologis mereka.

Sejak tahun 2020 pemerintah Indonesia telah menangani dan menyelesaikan lebih dari 3.700 kasus WNI yang terjerat penipuan online di delapan negara, termasuk Myanmar.

Baca juga: Salah Satu Tersangka Kasus TPPO di Jerman Guru Besar Universitas Jambi

Mengapa proses penyelamatan sulit?

Korban lainnya, TM, bercerita kepada sahabatnya, Dita Putri, bahwa ia diminta menandatangani kontrak kerja berbahasa China. Getty Images via BBC Indonesia Korban lainnya, TM, bercerita kepada sahabatnya, Dita Putri, bahwa ia diminta menandatangani kontrak kerja berbahasa China.
Hpa Lu adalah wilayah konflik bersenjata antara Tatmadaw (militer Myanmar) dan kelompok etnis bersenjata.

Di wilayah-wilayah konflik tersebut, kata Judha selaku Kemlu, Tatmadaw maupun otoritas penegak hukum Myanmar tidak memiliki kontrol penuh.

Wilayah tersebut juga dikuasai banyak kelompok etnis bersenjata yang memiliki kepentingan masing-masing.

“Hal ini yang menyebabkan proses penyelamatan para WNI menghadapi kesulitan yang sangat kompleks,” kata Judha.

Selain itu, menurut peneliti ASEAN, Adriana Elisabeth, hambatan lain dalam menyelamatkan WNI di Myanmar karena adanya kekosongan kesepakatan di wilayah Asia Tenggara dalam menangani kejahatan lintas negara yang melibatkan kelompok pemberontak.

Baca juga: Polri: 3 Tersangka Kasus TPPO Magang ke Jerman Tidak Ditahan

“Prinsip ASEAN itu kalau pemberontakan domestik, tidak ada negara lain yang intervensi. Namun, ini korbannya WNI, dan melibatkan kejahatan dan transaksi ilegal lintas negara."

"Secara hukum bagaimana penyelesaiannya? Ini problematiknya. Belum ada rumusan yang jelas di ASEAN tentang ini,” kata Adriana.

Untuk itu, menurutnya, perlu ada forum khusus di ASEAN untuk membahas permasalah tersebut, yang berfokus pada dampak dari kejahatan yang lintas negara.

“Efek yang sifatnya lintas negara itu yang menurut saya harus disepakati, bagaimana penanganannya. Itu kan harus ada kerjasama antara Indonesia dengan Myanmar, yang minimal yang di-back up oleh ASEAN secara komitmen,” kata Adriana.

Pengamat hubungan internasional dari Universitas Pelita Harapan Edwin Martua Bangun Tambunan melihat Indonesia kini dihadapkan pada dua situasi yang luar biasa dalam mengevakuasi WNI di Myanmar.

Baca juga: Polisi Duga 30 Kg Sabu yang Hendak Diedarkan ke Jakarta Diproduksi di Myanmar

“Pertama, karena WNI yang akan dibebaskan adalah korban TPPO, yang dalam situasi normal saja membutuhkan koordinasi ekstra dengan pejabat keamanan Myanmar dan Thailand beserta jejaring lokal di kedua negara untuk membebaskannya,” kata Edwin yang mencontohkan pembebasan 20 WNI dari Myanmar tahun lalu.

Situasi selanjutnya, tambahnya, adalah upaya pembebasan dihadapkan pada konflik yang sedang berkecamuk antara pasukan pemberontak melawan aparat keamanan yang terdesak di Myanmar.

“Dengan demikian, koordinasi dan jejaring yang yang dimanfaatkan dulu kemungkinan sudah tidak efektif sehubungan dengan hadirnya pihak baru, yaitu kelompok pemberontak,” katanya.

Baca juga: Asal-usul Etnis Rohingya dan Kenapa Mengungsi dari Myanmar dan Bangladesh?

 

Upaya apa yang bisa dilakukan pemerintah?

Ilustrasi perdagangan orangTATSIANA VOLKAVA VIA GETTY IMAGES via BBC Indonesia Ilustrasi perdagangan orang
Untuk itu, menurut Edwin, langkah yang perlu segera dilakukan pemerintah adalah dengan membentuk pusat krisis lintas sektoral hingga NGO dalam menangani para WNI di Myanmar.

Setelah itu, Indonesia harus segera memetakan situasi di lapangan berdasarkan informasi dari pejabat diplomatik, intelijen, dan jejaring NGO Indonesia di Myanmar.

“Lalu segera berkoordinasi dengan berbagai pihak di lapangan untuk mulai merancang skenario penyelamatan. Syukur-syukur jejaring lokal tahun lalu masih bisa efektif dimanfaatkan,” katanya.

“Hal lain yang perlu dipastikan adalah bagaimana membuka akses kepada kelompok pemberontak. Indonesia punya modalitas untuk ini sebagai negara ASEAN yang paling vokal terhadap rejim militer di Myanmar.”

Baca juga: Diduga Selundupkan Pengungsi Rohingya ke Aceh, WN Myanmar dan Bangladesh Ditangkap

Edwin menambahkan Indonesia juga perlu waspada dan mempersiapkan langkah alternatif apabila perusahaan pelaku TPPO terafiliasi dengan pemerintah atau kelompok pemberontak. “Kemungkinan akses untuk evakuasi akan lebih rumit apabila situasi seperti ini terjadi,” katanya.

Selain itu, tambahnya, Indonesia juga harus memastikan koordinasi yang terukur dengan pemerintah Myanmar dan Thailand untuk melakukan evakuasi sesuai dengan jalur aman yang dipandu oleh jejaring lokal dan NGO di Myawaddy.

Terlepas dari upaya itu, menurut Edwin status ilegal WNI yang masuk sebagai pekerja ke Myanmar tidak menjadi hambatan untuk mengevakuasi mereka.

“Kemungkinan besar tidak murni inisiatif dari para korban [masuk Myanmar], tetapi ada kontribusi keterlibatan sindikasi perusahaan yang mempekerjakan mereka."

"Perusahaan itu boleh jadi legal di Myanmar, tetapi apabila cara mereka merekrut pekerja atau membiarkan pekerja masuk tanpa izin melalui penipuan maka itu adalah praktik-praktik ilegal,” katanya.

Baca juga: Apakah Rohingya Diusir dari Myanmar?

Ditambah lagi, menurutnya, Myanmar telah menandatangani Protokol Palermo yang mewajibkan negara untuk mencegah, menekan, dan menghukum perdagangan manusia.

"Apabila status dari para WNI ini memenuhi pengertian dalam Pasal 3a Palermo Protocol, maka Myanmar harus melepaskan mereka,” ujarnya.

Mengapa berada di perbatasan Myanmar-Thailand?

Pemulangan 9 WNI korban TPPO di Myawaddy, Myanmar, atas kerja bersama antara KBRI Bangkok dan KBRI Yangon, dengan dukungan dari Pemerintah Thailand dan IOM pada Senin (26/6/2023). KOMPAS.com/Fika Nurul Ulya Pemulangan 9 WNI korban TPPO di Myawaddy, Myanmar, atas kerja bersama antara KBRI Bangkok dan KBRI Yangon, dengan dukungan dari Pemerintah Thailand dan IOM pada Senin (26/6/2023).
Peneliti dan Resilience's fellow dari Global Initiative Against Transnational Organized Crime (GI-TOC) Kelana Wisnu menceritakan bahwa pada awalnya wilayah perbatasan Myanmar dan Thailand itu ingin dijadikan sebagai megaproyek kota baru.

Kota ini direncanakan menjadi pusat kasino, karaoke, dan hiburan lainnya.

Investor besar taipan China pun diberi izin oleh BGF (Border Guard Forces), kelompok etnis bersenjata yang dulunya bernama Democratic Karen Buddhist Army, untuk membangun wilayah itu.

“Awalnya proposal bisnis di Shwe Kokko dan Myawaddy adalah sebuah megaproyek kota baru yang digadang-gadang seperti Sillicon Valley. Namun pada akhir 2019 ada kecurigaan dari pemerintah Aung San Suu Kyi dan melakukan investigasi lalu menghentikan proyek itu sementara,” kata Kelana.

Kemudian kursi Aung San Suu Kyi dikudeta.

Baca juga: Kemenlu Selamatkan 1 WNI Pekerja Judi Online dari Wilayah Konflik Myanmar

Aktivitas megaproyek itu kembali berjalan usai militer mengambil alih kekuasaan politik.

“Wilayah ini berubah menjadi pusat penipuan karena pandemi. Tempat ini merupakan hub kejahatan lintas negara dalam bentuk apapun, seperti kejahatan siber, prostitusi, narkoba, perdagangan senjata, dan lainnya.”

“Adanya kolusi antara etnis bersenjata lokal bernama BGF dengan pengusaha China kemudian mendorong wilayah ini menjadi surga kejahatan lintas negara,” ujarnya.

Lalu mengapa kejahatan di sana sulit dihentikan?

Salah satu alasannya kata Kelana adalah karena beberapa wilayah di sana ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus.

Artinya, otoritas berwajib di sana tidak punya kewenangan penuh menghentikan perusahaan atau mengambil tindakan apa pun terkait bisnis yang berjalan di area itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Selasa 21 Mei 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Selasa 21 Mei 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Selasa 21 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Selasa 21 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Selasa 21 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Selasa 21 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Petir

Regional
Sebar Hoaks Soal Peredaran Beras Plastik di Media Sosial, Pria di Kalsel Ditangkap

Sebar Hoaks Soal Peredaran Beras Plastik di Media Sosial, Pria di Kalsel Ditangkap

Regional
Soal Pengantin Perempuan Ternyata Lelaki, Sekda Halsel Sempat Panggil Kades

Soal Pengantin Perempuan Ternyata Lelaki, Sekda Halsel Sempat Panggil Kades

Regional
[POPULER NUSANTARA] Cerita Keluarga Korban Pesawat Jatuh di BSD | Wanita Tampar Polisi di Makassar Ditahan

[POPULER NUSANTARA] Cerita Keluarga Korban Pesawat Jatuh di BSD | Wanita Tampar Polisi di Makassar Ditahan

Regional
3 Kurir Bawa 3 Kg Sabu Ditangkap di Semarang, Diminta Kirim Narkoba dari Medsos

3 Kurir Bawa 3 Kg Sabu Ditangkap di Semarang, Diminta Kirim Narkoba dari Medsos

Regional
Saat Markas OPM di Maybrat Dikuasai TNI, Sempat Terjadi Baku Tembak

Saat Markas OPM di Maybrat Dikuasai TNI, Sempat Terjadi Baku Tembak

Regional
Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada ke PSI, Sekda Kota Semarang Ungkap Alasannya

Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada ke PSI, Sekda Kota Semarang Ungkap Alasannya

Regional
Umat Buddha di Candi Borobudur Lantunkan Doa Perdamaian Dunia, Termasuk untuk Palestina

Umat Buddha di Candi Borobudur Lantunkan Doa Perdamaian Dunia, Termasuk untuk Palestina

Regional
Pasangan Sesama Jenis Menikah di Halmahera Selatan Ditangkap, Polisi: Antisipasi Amukan Warga

Pasangan Sesama Jenis Menikah di Halmahera Selatan Ditangkap, Polisi: Antisipasi Amukan Warga

Regional
Bentrokan Warga di Kupang, 3 Rumah Rusak, 2 Sepeda Motor Rusak dan Sejumlah Orang Luka

Bentrokan Warga di Kupang, 3 Rumah Rusak, 2 Sepeda Motor Rusak dan Sejumlah Orang Luka

Regional
Deklarasi Maju Pilkada Lombok Barat, Farin-Khairatun Naik Jeep Era Perang Dunia II

Deklarasi Maju Pilkada Lombok Barat, Farin-Khairatun Naik Jeep Era Perang Dunia II

Regional
Begal Meresahkan di Semarang Dibekuk, Uangnya untuk Persiapan Pernikahan

Begal Meresahkan di Semarang Dibekuk, Uangnya untuk Persiapan Pernikahan

Regional
Resmikan Co-working Space BRIN Semarang, Mbak Ita Sebut Fasilitas Ini Akan Bantu Pemda

Resmikan Co-working Space BRIN Semarang, Mbak Ita Sebut Fasilitas Ini Akan Bantu Pemda

Kilas Daerah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com