Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mereka yang Pergi dan Datang di Balik Kemegahan IKN

Kompas.com - 29/03/2024, 15:25 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Gencarnya pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) , yang diklaim sebagai kota “inklusif”, justru membuat masyarakat asli “merasa diusir dan disingkirkan” dari tanah mereka. Meskipun di sisi lain, IKN juga menjadi "magnet ekonomi baru" bagi mereka yang ingin mengadu nasib.

BBC News Indonesia mengunjungi IKN pada pertengahan Februari lalu dan berbincang dengan warga sekitar soal bagaimana megaproyek ambisi Presiden Joko Widodo ini telah berdampak bagi kehidupan mereka.

“Di sini mau jadi kota, kalau kami mau diusir sama saja. Ndak melihat kami kota itu,” kata Sukini, salah satu warga Desa Bumi Harapan, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara.

Baca juga: Menuju Daerah Khusus, IKN Akan Menjadi Tandem Jakarta

Perempuan berusia 50 tahun itu mengaku tidak turut merasakan suka cita atas pembangunan IKN.

Desa tempat dia tinggal berhimpitan dengan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP). Selama ini, Desa Bumi Harapan dihuni oleh masyarakat keturunan Suku Balik, Suku Paser, serta transmigran.

Suara senada diutarakan oleh Syarariyah, 48, warga keturunan Suku Paser yang keluarganya telah tinggal turun temurun di wilayah itu.

Ketika kabar bahwa ibu kota negara akan pindah ke Penajam Paser Utara, Syarariyah dan suaminya termasuk yang turut menyambutnya. Namun perasaan itu telah berganti menjadi kekhawatiran karena disingkirkan.

“Katanya nanti di IKN ini ada teknologi canggihnya, pakai motor listrik, kami ingin lihatlah itu IKN bagaimana nantinya,” kata Syarariyah ketika ditemui BBC News Indonesia, Februari silam.

Baca juga: Keren, KTP Warga Argo Mulyo Sepaku Bakal Berubah Jadi KTP IKN

Rumah kosong yang ditinggalkan warga Desa Bumi Harapan setelah menerima uang ganti rugi pembebasan lahan dari pemerintah. Lokasi rumah ini berjarak sekitar empat kilometer dari Istana PresidenBBC/NICKY AULIA WIDADIO Rumah kosong yang ditinggalkan warga Desa Bumi Harapan setelah menerima uang ganti rugi pembebasan lahan dari pemerintah. Lokasi rumah ini berjarak sekitar empat kilometer dari Istana Presiden
Satu per satu warga di Desa Bumi Harapan sudah digusur untuk pembangunan infrastruktur IKN, termasuk sejumlah kerabat Syarariyah. Dia dan Sukini tinggal menunggu waktu.

Persoalannya, kata Syarariyah, proses penawaran ganti rugi disampaikan kepada warga satu per satu sehingga mereka kesulitan menggalang kekuatan untuk memperjuangkan hak-haknya.

Terkadang, dia bahkan tidak tahu kapan tetangganya pindah.

Ada yang terpaksa menjauh dari IKN karena uang ganti rugi yang mereka terima tidak sebanding dengan kenaikan harga tanah yang drastis.

“Sedih lah, dijauhkan dari keluarga kita yang tadinya dekat bisa ngumpul, bisa tahu kabar, dan lagi orang tua juga jauh. Sedikit-sedikit masyarakat di sini sudah tersingkir dengan IKN ini,” ujar Syarariyah.

Baca juga: PT SMI Sebut Ada 6 Investor Akan Masuk ke IKN, Bakal Bangun Perumahan

Hal serupa terjadi pada Rini dan Hamidah.

Rini, perempuan keturunan Suku Paser berusia 26 tahun, kini hidup terpisah dengan keluarganya setelah pindah ke Batu Engau yang jaraknya sekitar sembilan jam perjalanan dari IKN.

Sedangkan Hamidah kini tinggal di wilayah Waru yang berjarak dua jam perjalanan dari IKN. Dia membeli rumah baru dari uang ganti rugi, lalu membuka warung untuk bertahan hidup.

Kehidupan Hamidah memang relatif membaik secara ekonomi setelah berbulan-bulan meninggalkan IKN. Itu dia upayakan sendiri tanpa pendampingan pemerintah.

“Saya diusir suruh pindah, dipindah itu ke mana? Ndak ditunjukkan,” kata Hamidah.

“Kalau memang disuruh, ‘Kamu bangun di situ lagi, ndak usah jauh-jauh’. Ya, aku bikinkan di situ kan. Itu ndak banyak ngomong, diam. Yang penting disuruh pindah, sudah.”

Pasalnya, janji-janji Otorita IKN untuk membangunkan kampung adat atau memberikan lahan untuk relokasi warga yang tergusur sampai ini belum tampak wujudnya.

Baca juga: Pekerja Konstruksi IKN Bakal Mudik Lebaran Pake Hercules

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bunuh Anggota Polisi, Remaja di Lampung Campur Racun dan Obat Nyamuk ke Minuman Korban

Bunuh Anggota Polisi, Remaja di Lampung Campur Racun dan Obat Nyamuk ke Minuman Korban

Regional
Rayakan Tradisi Leluhur, 1.500 Warga Baduy 'Turun Gunung' pada 17 Mei 2024

Rayakan Tradisi Leluhur, 1.500 Warga Baduy "Turun Gunung" pada 17 Mei 2024

Regional
Menyoal Perubahan Status Kewarganegaraan Marliah yang Tiba-tiba Jadi WN Malaysia

Menyoal Perubahan Status Kewarganegaraan Marliah yang Tiba-tiba Jadi WN Malaysia

Regional
Susul Sekda Kota Semarang, Ade Bhakti Dijadwalkan Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada di PDI-P

Susul Sekda Kota Semarang, Ade Bhakti Dijadwalkan Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada di PDI-P

Regional
Pemuda di Sleman Lecehkan Mahasiswi, Awalnya Diajak Ngabuburit

Pemuda di Sleman Lecehkan Mahasiswi, Awalnya Diajak Ngabuburit

Regional
Kecelakaan Beruntun di Depan KIW Semarang, Satu Pengendara Tewas

Kecelakaan Beruntun di Depan KIW Semarang, Satu Pengendara Tewas

Regional
Dugaan Korupsi Lahan Hutan Negara, Keterlibatan Anak Bupati Solok Selatan Diselidiki

Dugaan Korupsi Lahan Hutan Negara, Keterlibatan Anak Bupati Solok Selatan Diselidiki

Regional
Tersangka Pembunuh Waria di Sukabumi Ditangkap di Bus Menuju Bogor

Tersangka Pembunuh Waria di Sukabumi Ditangkap di Bus Menuju Bogor

Regional
Banjir Rob Menyulap Hamparan Sawah di Pesisir Demak Menjadi Lautan

Banjir Rob Menyulap Hamparan Sawah di Pesisir Demak Menjadi Lautan

Regional
Daftar ke Partai Nasdem, Sinyal Deny Indrayana Kembali Bertarung di Pilkada Kalsel

Daftar ke Partai Nasdem, Sinyal Deny Indrayana Kembali Bertarung di Pilkada Kalsel

Regional
Jadi yang Terparah, Banjir Rob di Pesisir Jateng Diprediksi Terjadi hingga Akhir Mei

Jadi yang Terparah, Banjir Rob di Pesisir Jateng Diprediksi Terjadi hingga Akhir Mei

Regional
Dugaan TPPO di NTB, Jebolan Ajang Pencari Bakat Nasional Jadi Tersangka

Dugaan TPPO di NTB, Jebolan Ajang Pencari Bakat Nasional Jadi Tersangka

Regional
Kesaksian Tagana Lubuklinggau, Bukan soal Uang tapi Selamatkan Orang

Kesaksian Tagana Lubuklinggau, Bukan soal Uang tapi Selamatkan Orang

Regional
Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Dugaan Korupsi Lahan Hutan Negara, Bupati Solok Selatan Diperiksa 2 Jam

Dugaan Korupsi Lahan Hutan Negara, Bupati Solok Selatan Diperiksa 2 Jam

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com