DEMAK, KOMPAS.com - Sutini ingat betul, kampungnya di Dukuh Pangkalan, dulunya merupakan wilayah yang subur akan hasil pertanian.
Sebelum tahun 2012, masyarakat setempat hidup makmur dan berkecukupan dengan mengandalkan lahan sawah.
Baca juga: Jadi yang Terparah, Banjir Rob di Pesisir Jateng Diprediksi Terjadi hingga Akhir Mei
"Orang sini itu aslinya (petani) palawija, ya padi, ya jagung, singkong. Yang namanya pisang tidak pernah beli. (Hasil) panenan itu sisa-sisa, sawah banyak," kata Sutini (54) kepada Kompas.com, Selasa (7/5/2024).
Pada tahun 2009, Sutini masih sempat panen raya di lahan sawah seluas satu bahu. Hasil panen itu ia gunakan untuk pernikahan anaknya dan sisa banyak.
Namun setelah banjir rob mulai terjadi di tahun 2012, perlahan masyarakat mulai kehilangan mata pencaharian.
"Saya masih panen mau mantu tahun 2009 terus 2010 masih panen. Masih panen padi, tapi sekarang tidak bisa," ucapnya.
Sawah Sutini berlokasi di RT 01 RW 04 Dukuh Pangkalan, Kecamatan Sayung, Demak sempat dijadikan tambak oleh adiknya untuk budidaya ikan.
Ia tidak menyangka, banjir rob terus meluas hingga pemukiman.
Gara-gara banjir rob pula, masyarakat setempat terpaksa kerja pabrik untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
"Pernah jadi tambak, tapi tidak bisa digarap. Terus yang garap adik. Sekarang jadi segoro semua," tukasnya.
Ketua RT 01 RW 04 Dukuh Pangkalan, menambahkan, dalam sepuluh tahun terakhir masyarakat hanya bisa mengandalkan kerja di pabrik.
Problem lain, bagi masyarakat yang sudah lanjut usia tidak punya harapan kecuali kerja serabutan.
"Mayoritas pabrik kawula muda, tapi lansia di atas 50 kebanyakan nganggur. Kita di pabrik tidak laku," katanya.
Asmui menuturkan, sebelum banjir rob Dukuh Pangkalan merupaka lahan persawahan yang sangat subur. Setelah banjir rob, masyarakat hidup terlunta-lunta.
Saat ini, lahan tersebut juga tidak bisa difungsikan untuk tambak lantaran air laut sudah terlalu tinggi.
Baca juga: BMKG Peringatkan Ancaman Banjir Rob di Sejumlah Daerah di Maluku
"Sawah tidak ada, sekarang itu berubah jadi lautan. Dulunya produktif tempat menanam padi, kalau tegalan menanam ubi," terangnya.
Kondisi ini cukup menyulitkan bagi masyarakat Dukuh Pangkalan, belum lagi tiga bulan sekali harus membeli tanah padas untuk mengurug halaman rumah.
Jika itu tidak dilakukan, maka rumah akan diterjang banjir rob apabila gelombang air laut pasang.
"Sekarang harapannya ya gimana, pemerintah yang memperhatikan warga negara yang minus untuk usaha," tukas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.