SEMARANG, KOMPAS.com - Sebagian wilayah di Kabupaten Demak, Jawa Tengah menjadi langganan banjir dan rob setiap tahun. Alhasil bencana tahunan ini kerap merendam pemukiman warga hingga menghambat aktivitas mereka.
Ali-alih menguras biaya besar untuk meninggikan rumah yang tenggelam seiring naiknya permukaan air laut, Soegijapranata Catholic University (SCU) Semarang mengembangkan rumah adaptif bersama Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Dinperkim) Kabupaten Demak.
Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) SCU Trihoni Nalesti Dewi mengatakan, upaya ini menjadi solusi yang tepat untuk penanganan banjir jangka panjang.
"Kami sudah melakukan penelitian rumah adaptif bekerja sama dengan Dinperkim Demak. Kami sudah mulai, harapannya bisa memberikan solusi terhadap persoalan banjir di Demak," jelas Dewi, saat ditemui di Kampus Unika Bendan, Selasa (7/5/2024).
Baca juga: Usai Banjir Demak, Siti Panik Ketiga Anaknya Terkena DBD
Baca juga: Banjir Demak, Beban Ekonomi Masyarakat, dan Ancaman Utang...
Apalagi mengingat banjir yang melanda pada Februari 2024 lalu menimbulkan dampak besar dan kerugian hingga ratusan miliar rupiah bagi masyarakat dan infrastruktur setempat.
Untuk itu, Wakil Rektor Bidang Inovasi, Riset, dan Publikasi SCU Robertus Setiawan Aji menilai strategi mitigasi dan pemulihan yang relevan dengan kondisi Jateng sangat diperlukan untuk mengatasi masalah ini.
Pihaknya sebagai lembaga pendidikan mencoba memberi kontribusi nyata terhadap permasalahan banjir ini dengan merujuk pada konsep eco-settlement atau pemukiman berwawasan lingkungan dan sosial.
"Rumah adaptif tersebut adalah Omah Panggung Hidrolis (Ompalis). Di mana di bagian bawah rumah diberikan hidrolis. Jadi ketika air naik, rumah bisa ditinggikan," kata dia.
Baca juga: Update Banjir Demak: 4 Tanggul Jebol, 72 Desa Terdampak, dan Ribuan Orang Mengungsi
Melalui webinar bertema "Strategi Mitigasi dan Pemulihan Bencana Banjir Pembelajaran dari Jawa Tengah", ia berharap mampu meningkatkan kesadaran mahasiswa terhadap isu lingkungan.
"Ini sejalan dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, termasuk melibatkan peran perempuan dalam mitigasi dan rekonstruksi banjir, pembangunan kota yang berwawasan lingkungan, dan kebutuhan konsumsi yang berkelanjutan serta ramah lingkungan," tambahnya.
Meski saat ini rumah adaptif baru dikembangkan di Demak, dirinya berharap nantinya wilayah rawan banjir di Jateng dapat ikut menyusul. Termasuk wilayah Grobogan, dan daerah Pesisir Pantura lainnya.
Baca juga: Keluh Suriyah, Diterjang Banjir Demak Dua Kali, Rumah Kayu Busuk, Kasur Satu-satunya Hanyut
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.