Selang dua tahun menjadi marbut, dia mendapat beasiswa menempuh pendidikan di perguruan tinggi D2.
Selama pengabdian di Masjid Agung Demak, ia sempat mendapat tawaran tanah di Kalimantan untuk ditempati dan tawaran rumah di Ciputat dari orang berbeda apabila mau mengurus masjid di sana.
"Banyak yang minta saya waktu itu, di Kalimantan kalau saya mau sudah ada tanahnya," kata dia.
Baca juga: Soal Banjir di Jawa Tengah, Modifikasi Cuaca Diperpanjang, Tanggul Jebol di Demak Mulai Digarap
Kata Faturahman, berkah pengabdiannya sebagai marbut juga pernah keliling Asia. Untuk itu, ia menilai Masjid Agung Demak bukan sekedar masjid.
"Malaka Syekh Ismail, saya ke Singapura makamnya Habib Nuh sampai Thailand makamnya Kiai Demang ini berkah dari sini," katanya.
Untuk tahun ini, ia juga sudah dijadwalkan untuk berangkat ke tanah suci Mekkah. Dari uang pribadi dan bantuan jemaahnya.
"Alhamdulillah umrah sudah, InsyaAllah tahun ini akan pergi haji. Semuanya keberkahan sini. Jadi ini saya happy, senang banyak teman, banyak saudara saya ibadah," tuturnya.
Baca juga: Banjir Demak Meluas, Kampung Genggongan Terendam, Warga Mengungsi
Terpisah, Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Demak, Afief Mundzir mengatakan, sampai saat ini memang belum ada program khusus untuk menunjang kesejahteraan marbut masjid.
"Bicara kemampuan Demak itu kan tentu berbeda dengan Kemenag yang lain, artinya kami itu punya resosis yang cukup dalam konteks kesejahteraan masjid," katanya dihubungi melalui telepon, Senin (25/3/2024).
"Dari situlah kemudian kami berharap pembangunan berkelanjutan salah satu di antaranya peningkatan kesejahteraan para marbot itu bisa dilakukan dari sektor itu," sambung dia.
Untuk itu, perlunya revitalisasi Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) untuk peningkatan kesejahteraan marbut dan guru madrasah diniyah (Madin) atau nonformal.
Baca juga: Pak Tomo, Marbut yang Riang Gembira Beribadah dan Bekerja di Masjid Raya Medan
Dia menyebutkan, di Demak sebagian marbut juga berperan sebagai tenaga pendidik nonformal, baik itu guru Madin ataupun Taman Pendidikan Al Quran (TPQ).
Kata Afief, kini setiap tahunnya Pemerintah Kabupaten Demak menghibahkan anggaran Rp 5 miliar untuk 5.000 guru nonformal atau Rp 1,2 juta per orang setiap tahunnya.
Dengan demikian, beberapa marbut yang juga berprofesi sebagai tenaga pendidik turut ter-cover.
"Guru Madin ini mendapat Rp 1,2 juta anggaran Rp 5 miliar. Untuk Ramadhan ini akan kita cairkan di angka Rp 3 M," beber dia.
Baca juga: Mengunjungi Masjid Jami Pekojan yang Mempunyai Pohon Penyembuh, Usianya Hampir 2,5 Abad
Jumlah tersebut memang belum bisa meng-cover seluruh tenaga pendidik, mengingat banyak lembaga pendidikan nonformal di Demak.
Kendati demikian, ia menilai langkah ke depan marbut juga perlu dipikirkan sebagai salah satu bentuk memakmurkan masjid.
"Langkah ke depan memang harus ada kalau menurut saya, karena mau tidak mau salah satu pilar penting di dalam syiar memakmurkan masjid ya itu ada marbut," pungkasnya.
Baca juga: Cerita Marbut Masjid Wanita di Malang, Pekerjaan Warisan dari Sang Ayah
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.