PONTIANAK, KOMPAS.com - Dua ekor cumi atau sotong kering seukuran telapak tangan orang dewasa digantung rapi di gerobak.
Cumi tersebut lalu diletakkan di atas sebuah tungku arang bakar. Sambil dikipas, cumi dibolak-balik hingga matang sebelum digebuk atau ‘dipangkong’ menggunakan palu, baru selanjutnya ditiriskan.
Baca juga: Melihat Tradisi Roah, Perekat Rasa Persaudaraan Masyarakat Sasak Saat Ramadhan
Ipit (35) adalah salah satu pelopor penjual sotong pangkong di Jalan Merdeka Barat, Kota Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar). Ipit mengaku telah berjualan bersama ibunya sejak tahun 1996 silam.
Di tahun-tahun tersebut, orang-orang masih belum ramai berjualan. Menurut Ipit, sotong pangkong baru dikenal sekitar lima tahun terakhir.
Hingga kemudian kawasan jalan tersebut diresmikan sebagai "Kampung Sotong Pangkong" oleh Pemerintah Kota Pontianak.
Baca juga: Masjid Singaraja Bali Merawat Tradisi Bubur Kajanan untuk Buka Puasa Bersama
“Saat bulan puasa, saya jualan di pinggir Jalan Merdeka. Hari-hari lain, saya juga tetap jual sotong pangkong, tapi di dalam gang, dekat rumah,” kata Ipit saat ditemui, Kamis (21/3/2024) malam.
Selama bulan puasa, sotong pangkong Ipit mulai buka pukul 17.00 WIB hingga tengah malam. Lokasinya persis setelah Gang Murai, Jalan Merdeka Barat, Pontianak.
Harga sotong yang dijual Ipit bervariasi, ukuran paling kecil Rp 20.000 dan besar Rp 50.000. Dalam semalam di bulan puasa, Ipit bisa menjual 50 ekor cumi.
Baca juga: Ebatan Khas Sasak, Makanan Para Raja yang Paling Diburu Saat Berbuka
Khusus sambal, Ipit menyediakan dua jenis sambal. Perrtama berbahan kacang tanah dan yang kedua udang ebi. Kedua sambal diramu dan diracik hingga menciptakan kolaborasi rasa pedas, manis, asam, asin dan gurih.
“Yang paling khas di tempat saya adalah sambalnya. Resepnya dari orangtua,” ujar Ipit.
Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Kalbar Windy Prihastari mengatakan, jajanan sotong pangkong adalah ikon kuliner khas Kota Pontianak.
Makanan sela antara buka puasa dan menunggu sahur ini memiliki keunikan tersendiri, yakni cumi yang sudah kering dibakar dengan arang, digebuk, baru disajikan bersama kuah sambal.
"Sopang ini sudah dikeringkan lalu dibakar, kemudian dalam bahasa Pontianak dipangkong yang artinya dipukul, lalu dihidangkan bersama sambalnya,” kata Windy.
Menurut Windy, saat ini kawasan jualan sotong pangkong di Jalan Merdeka Barat Pontianak saat bulan puasa telah menjadi perhatian menarik wisatawan lokal maupun luar.
Baca juga: Masjid Singaraja Bali Merawat Tradisi Bubur Kajanan untuk Buka Puasa Bersama
Banyak orang-orang luar Pontianak, seperti Jakarta, yang ketika berkunjung saat bulan puasa, datang menikmati sotong pangkong. Kebanyakaan dari mereka menyukai karena rasanya yang khas.
“Jadi keberhasilan ini telah menjadi inspirasi bagi pemerintah untuk menggelar festival tahunan sotong pangkong, agar lebih dikenal luas,” ujar Windy.
Windy berencana menyelenggarakan Festival Sotong Pangkong dan Pasar Juadah pada tahun 2025. Acara ini akan menjadi ajang penilaian atas daya tarik setiap gerobak, cara penyajian, dan tentunya rasa dari sopang yang disajikan.
Baca juga: Berburu Bubur Samin untuk Buka Puasa, Kuliner Khas Banjar yang Ada di Masjid Darussalam Solo
"Dengan demikian, festival tersebut diharapkan dapat menarik kunjungan wisatawan dan mempromosikan kekayaan kuliner khas Pontianak," ujar Windy.