Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Muryati, Bertahan Berjualan Beras sejak 1980, Sempat Bangkrut dan Kiosnya Terbakar 2 Kali

Kompas.com - 06/03/2024, 15:48 WIB
Nur Zaidi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi


DEMAK, KOMPAS.com - Muryati (58), perempuan asal Kecamatan Demak ini menjadi pedagang beras tertua di pasar tradisional Bintoro, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.

Bertahan sejak 1980, tidak mudah bagi Muryati untuk tetap berjualan dan menjaga kepercayaan para pelanggan.

Bahkan, ia sempat mendapat cobaan dengan adanya kebakaran pasar sebanyak dua kali, yakni pada 1992 dan 2005, hingga bangkrut dan menjual sebidang tanah serta emas seberat 1 kilogram yang ditabungnya bertahun-tahun.

Baca juga: Beras Mahal, Petani di Demak Pungut Gabah Busuk untuk Konsumsi

Kata Muryati, pada 1980, ia mengeklaim menjadi penjual beras termuda.

Kini, para pedagang seangkatannya telah berpulang. Entah faktor usia maupun bangkrut dampak kebakaran.

"Hancur semua, tahun '80 saya jualan, masih muda sendiri yang lain sudah tidak ada semua," ujarnya kepada Kompas.com, Rabu (6/3/2024).

Baca juga: Pasar-pasar di Blora Kebakaran, Apa Penyebabnya?


Baca juga: Hindari Jalan Berlubang, Warga di Demak Tewas Terlindas Truk

Kebakaran besar pasar Bintoro pada 2005, menjadi momen terberat bagi Muryanti. Ruko dan dagangannya ludes dilalap si jago murah.

Untuk bisa berdagang lagi, Muryati terpaksa menjual emas simpanannya seberat 1 kilogram dan sebidang tanah.

Uang itu digunakan untuk membeli ruko kecil dan modal usaha beras.

"2005, jual emas, aku jual emas satu kilo, buat modal lagi, dibeli Rp 125 juta. Untuk membayar ini dan kiosku bawah jual tanah," beber dia.

Baca juga: Harga Beras Turun, Cabai di Demak Tembus Rp 100.000 per Kilogram

Konsep sukses berdagang

Salah satu pedagang beras di pasar tradisional Bintoro Demak, sedang melayani pelanggan, Senin (4/3/2024). (KOMPAS.COM/NUR ZAIDI)KOMPAS.COM/NUR ZAIDI Salah satu pedagang beras di pasar tradisional Bintoro Demak, sedang melayani pelanggan, Senin (4/3/2024). (KOMPAS.COM/NUR ZAIDI)

Muryati turut membagikan bagaimana ia bertahan dan sukses meski sekedar jualan beras di pasar.

Menurutnya, jujur dalam berdagang menjadi kunci utama dan biasa dipercaya para pelanggan.

Muryati mencontohkan, dalam 1 kilogram beras, ia hanya mengambil untung Rp 500.

"Orang jujur sejujur-jujurnya itu awet, untung beras Rp 500, sekarung paling Rp 5.000," paparnya.

Baca juga: Swasembada Beras Vs Impor Beras

Dalam kehidupan sehari-hari dan berdagang, Muryati menghindari utang. Meskipun dapat iming-iming modal besar tetap ia tolak.

"Jadi bakul beras untungnya sedikit kok utang ya, habis. Tidak usah mewah-mewah. Punya uang beli tidak ada ya sudah," terangnya.

Dia mencontohkan, kedua anaknya telah dibiayai hingga rampung kuliah dan kini telah menikah.

"Anakku kuliah, satu (jurusan) Bahasa Inggris, sudah lulus semua kerja, nikah semua," tandasnya.

Baca juga: Saat Panen Raya Disambut dengan Impor Beras...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

KPU Karawang Polisikan Pembuat SK Palsu Caleg Terpilih

KPU Karawang Polisikan Pembuat SK Palsu Caleg Terpilih

Regional
Diduga Lecehkan Santri, Ponpes di Sekotong Lombok Dirusak Warga

Diduga Lecehkan Santri, Ponpes di Sekotong Lombok Dirusak Warga

Regional
Didorong Maju Pilkada, Rumah Petani di Brebes Digeruduk Ribuan Warga

Didorong Maju Pilkada, Rumah Petani di Brebes Digeruduk Ribuan Warga

Regional
Kaget Ada Motor yang Melintas, Truk di Semarang Tabrak Jembatan Penyeberangan Orang

Kaget Ada Motor yang Melintas, Truk di Semarang Tabrak Jembatan Penyeberangan Orang

Regional
Tawuran Pelajar SMK di Jalan Raya Bogor, Satu Tewas akibat Luka Tusukan

Tawuran Pelajar SMK di Jalan Raya Bogor, Satu Tewas akibat Luka Tusukan

Regional
Kunjungi Banyuwangi, Menhub Siap Dukung Pembangunan Sky Bridge

Kunjungi Banyuwangi, Menhub Siap Dukung Pembangunan Sky Bridge

Regional
Berlayar Ilegal ke Australia, 6 Warga China Ditangkap di NTT

Berlayar Ilegal ke Australia, 6 Warga China Ditangkap di NTT

Regional
Video Viral Diduga Preman Acak-acak Salon di Serang Banten, Pelaku Marah Tak Diberi Uang

Video Viral Diduga Preman Acak-acak Salon di Serang Banten, Pelaku Marah Tak Diberi Uang

Regional
Tawuran 2 Kampung di Magelang, Pelaku Kabur, Polisi Amankan 5 Motor

Tawuran 2 Kampung di Magelang, Pelaku Kabur, Polisi Amankan 5 Motor

Regional
Dua Dekade Diterjang Banjir Rob, Demak Rugi Rp 30 Triliun

Dua Dekade Diterjang Banjir Rob, Demak Rugi Rp 30 Triliun

Regional
Rektor Universitas Riau Cabut Laporan Polisi Mahasiwa yang Kritik UKT

Rektor Universitas Riau Cabut Laporan Polisi Mahasiwa yang Kritik UKT

Regional
Pembuang Bayi di Semarang Tinggalkan Surat di Ember Laundry, Diduga Kenali Saksi

Pembuang Bayi di Semarang Tinggalkan Surat di Ember Laundry, Diduga Kenali Saksi

Regional
Pencuri Kain Tenun Adat di NTT Ditembak Polisi Usai 3 Bulan Buron

Pencuri Kain Tenun Adat di NTT Ditembak Polisi Usai 3 Bulan Buron

Regional
Duel Maut 2 Residivis di Temanggung, Korban Tewas Kena Tusuk

Duel Maut 2 Residivis di Temanggung, Korban Tewas Kena Tusuk

Regional
Tungku Peleburan di Pabrik Logam Lampung Meledak, 3 Pekerja Alami Luka Bakar Serius

Tungku Peleburan di Pabrik Logam Lampung Meledak, 3 Pekerja Alami Luka Bakar Serius

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com