Kepala Dinas Pertanian Kota Semarang Hernowo Budi Luhur mengaku sudah mempersiapkan antisipasi ancaman krisis pangan saat kemarau di 2023.
Dia menuturkan, saat ini, lahan untuk pertanian di Kota Semarang tinggal 1.600 hektar.
"Ada 40 persen luasan wilayah Kota Semarang ini merupakan lahan hijau. Itu yang kita optimalkan juga," ujar dia.
Untuk itu, Pemerintah Kota Semarang saat ini sedang mengembangkan urban farming karena dianggap lebih cocok untuk wilayah perkotaan.
"Sebelum ada peringatan itu kita sudah melakukan upaya budidaya urban farming juga," imbuh dia..
Urban farming menjadi salah satu solusi karena lahan pertanian di Kota Semarang terbatas.
"Kita sudah ada Peraturan Wali Kota Semarang atau Perwal soal urban farming juga," papar dia.
Melalui peraturan tersebut, warga bisa memanfaatkan semua potensi di lahan Kota Semarang untuk dilakukan gerakan urban farming secara masif.
"Kita sudah melakukan itu beberapa tahun yang lalu," ujarnya.
Baca juga: Petani Menjerit karena Tengkulak, Terjepit karena Lahan Menyempit
Dia menegaskan, untuk menghadapi ancaman inflasi dan krisis pangan pada 2023 mendatang tak cukup pemerintah saja yang bergerak.
"Harus ada sinergi semua elemen pemerintah dan warga," pesan dia.
Soal pupuk, lanjut dia, Pemerintah Kota Semarang tengah menggalakkan penggunaan pupuk organik di kalangan petani lokal.
Tujuannya untuk menangani penggunaan pupuk kimia secara berlebih yang selama ini sudah menjadi kebiasaan masyarakat.
“Karena selama ini kebiasan mereka menggunakan pupuk kimia yang berlebih. Upaya kita adalah menggelorakan penggunaan pupuk organik di kalangan petani,” imbuh dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.