Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Petani di Semarang, Terpaksa Menjadi Buruh Bangunan karena Padi Dibeli Murah

Kompas.com - 05/03/2024, 22:15 WIB
Muchamad Dafi Yusuf,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

 

Sulit mencari pupuk

Dia mengaku, kesulitan mendapatkan pupuk yang murah karena tidak mempunyai kartu tani. Biasanya, dia menitipkan pupuk ke temannya yang mempunyai kartu tani.

"Tapi, pupuk dari kelompok tani desa yang sampai ke teman saya juga telat. Akhirnya, padi saya seperti ini," keluh dia.

Beberapa waktu yang lalu, Sutrisno juga pernah bertanya kepada keluarga perihal pembuatan kartu tani itu. Namun, jawabannya kurang memuaskan.

"Katanya harus nunggu satu tahun," papar dia.

Baca juga: Petani Keluhkan Harga Gabah di Lamongan yang Kini Anjlok

Jika terpaksa, dia membeli pupuk yang bukan subsidi dari pemerintah demi padi yang dia tanam meski dengan harga yang lebih malah.

"Kalau tidak subsidi Rp 200.000 mendapatkan 50 kilogram pupuk. Tapi, kalau dari kartu tani Rp 160.000 bisa mendapatkan 50 kilogram pupuk," kata dia.

Tak ada yang beli

Kekhawatiran Sutrisno benar terbukti. Sampai saat ini tidak ada orang yang berniat membeli padi yang ditanamnya.

Biasanya, di Maret sudah banyak pembeli yang berdatangan untuk menawar padinya. Namun, saat ini benar-benar sepi karena kekurangan pupuk.

"Sampai sekarang ini belum ada pembeli yang masuk. Biasanya kalau seperti ini sudah ada dua-tiga orang ke sini," ujar dia.

Kesulitan air

Rasman (55), petani asal Tambangan, Mijen Semarang, Jawa Tengah. Selasa (5/3/2024)KOMPAS.COM/Muchamad Dafi Yusuf Rasman (55), petani asal Tambangan, Mijen Semarang, Jawa Tengah. Selasa (5/3/2024)
Rasman (55), petani asal Tambangan, Mijen, Semarangk mempunyai permasalahan yang berbeda.

Sudah beberapa tahun sawahnya kesulitan mendapatkan air. Hal itu membuat padinya terserang penyakit kuning yang dapat mempengaruhi bertumbuhnya bibit padi.

"Kalau kemarau kemarin, sempat kekurangan air. Hal itu membuat hasil panen berkurang," kata Rasman, saat ditemui di sawahnya.

Baca juga: Krisis Regenerasi Petani...

Hama yang menyerang tanamannya itu membuat harga jual padinya anjlok hingga jutaan rupiah.

"Biasanya sekali panen bisa dapat Rp 5 juta. Sekarang hanya Rp 2 juta," keluh dia.

Meski demikian, dia tetap bersyukur karana tanaman padinya tidak sampai gagal panen. Apalagi, menjadi petani adalah satu-satunya pekerjaannya.

"Kalau anak sudah besar-besar. Sudah cari uang sendiri-sendiri. Ini saya untuk hidup saja," ucap Rasman.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPU Karawang Polisikan Pembuat SK Palsu Caleg Terpilih

KPU Karawang Polisikan Pembuat SK Palsu Caleg Terpilih

Regional
Diduga Lecehkan Santri, Ponpes di Sekotong Lombok Dirusak Warga

Diduga Lecehkan Santri, Ponpes di Sekotong Lombok Dirusak Warga

Regional
Didorong Maju Pilkada, Rumah Petani di Brebes Digeruduk Ribuan Warga

Didorong Maju Pilkada, Rumah Petani di Brebes Digeruduk Ribuan Warga

Regional
Kaget Ada Motor yang Melintas, Truk di Semarang Tabrak Jembatan Penyeberangan Orang

Kaget Ada Motor yang Melintas, Truk di Semarang Tabrak Jembatan Penyeberangan Orang

Regional
Tawuran Pelajar SMK di Jalan Raya Bogor, Satu Tewas akibat Luka Tusukan

Tawuran Pelajar SMK di Jalan Raya Bogor, Satu Tewas akibat Luka Tusukan

Regional
Kunjungi Banyuwangi, Menhub Siap Dukung Pembangunan Sky Bridge

Kunjungi Banyuwangi, Menhub Siap Dukung Pembangunan Sky Bridge

Regional
Berlayar Ilegal ke Australia, 6 Warga China Ditangkap di NTT

Berlayar Ilegal ke Australia, 6 Warga China Ditangkap di NTT

Regional
Video Viral Diduga Preman Acak-acak Salon di Serang Banten, Pelaku Marah Tak Diberi Uang

Video Viral Diduga Preman Acak-acak Salon di Serang Banten, Pelaku Marah Tak Diberi Uang

Regional
Tawuran 2 Kampung di Magelang, Pelaku Kabur, Polisi Amankan 5 Motor

Tawuran 2 Kampung di Magelang, Pelaku Kabur, Polisi Amankan 5 Motor

Regional
Dua Dekade Diterjang Banjir Rob, Demak Rugi Rp 30 Triliun

Dua Dekade Diterjang Banjir Rob, Demak Rugi Rp 30 Triliun

Regional
Rektor Universitas Riau Cabut Laporan Polisi Mahasiwa yang Kritik UKT

Rektor Universitas Riau Cabut Laporan Polisi Mahasiwa yang Kritik UKT

Regional
Pembuang Bayi di Semarang Tinggalkan Surat di Ember Laundry, Diduga Kenali Saksi

Pembuang Bayi di Semarang Tinggalkan Surat di Ember Laundry, Diduga Kenali Saksi

Regional
Pencuri Kain Tenun Adat di NTT Ditembak Polisi Usai 3 Bulan Buron

Pencuri Kain Tenun Adat di NTT Ditembak Polisi Usai 3 Bulan Buron

Regional
Duel Maut 2 Residivis di Temanggung, Korban Tewas Kena Tusuk

Duel Maut 2 Residivis di Temanggung, Korban Tewas Kena Tusuk

Regional
Tungku Peleburan di Pabrik Logam Lampung Meledak, 3 Pekerja Alami Luka Bakar Serius

Tungku Peleburan di Pabrik Logam Lampung Meledak, 3 Pekerja Alami Luka Bakar Serius

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com