Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hidup Tertatih di Tengah Abrasi Pesisir Utara Semarang

Kompas.com - 29/02/2024, 05:01 WIB
Sabrina Mutiara Fitri,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

“Saya pindahan dari RT 05 RW 05 Mangkang Wetan. Kalau dulu masih ada elevasi untuk pondasi, sekarang sudah sama dengan jalan. Karena pembangunan infrastruktur yang tidak memperhatikan lingkungan sekitar,” ucap Jamal.

Akibat land subsidence yang terjadi di tempat tinggalnya kawasan Mangkang Wetan, akhirnya Jamal memilih untuk pindah rumah ke kawasan yang lebih aman di daerah Mangkang Kulon, Kecamatan Tugu, Kota Semarang.

“Makanya saya pindah ke sini, sudah ada satu tahunan. Kami tidak ingin bernasib seperti saudara-saudara kami di Demak, seperti di Timbulsloko, Bedono yang sampai hilang,” ucap Jamal.

Pembangunan pesisir yang tak ramah lingkungan

Sementara itu, pakar lingkungan dan tata kota Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, Mila Karmila menyebutkan, kawasan 3M (Mangkang Wetan, Mangkang Kulon, dan Mangunharjo) merupakan tiga wilayah terparah yang mengalami abrasi di Kecamatan Tugu, Kota Semarang.

Tentunya, abrasi tersebut disebabkan oleh sejumlah hal. Di antaranya, adanya pembangunan kawasan industri yang masif, aliran arus yang memusat ke timur, dan terkucurnya limbah industri pabrik.

“Karena di sana ada juga kegiatan industri di wilayah 3M. Mungkin arusnya itu yang mengarah ke timur. Sehingga kawasan yang ada di Mangunharjo kemudian tergerus oleh air laut. Itu yang paling parah mengalami abrasi,” ucap Mila.

Baca juga: Daerah Pesisir Paling Cepat Alami Penurunan Tanah, Wali Kota Semarang Minta Warga Beralih ke Air PDAM

Mila mengungkapkan, adanya pembangunan yang masif di daerah pesisir seperti Pelabuhan Kendal, Perumahan Marina, dan Kawasan Industri Kendal (KIW), berdampak banyak terhadap kehidupan warga setempat.

Mulai dari kehilangan pekerjaan, adaptasi dengan lingkungan baru, kesehatan, dan perekonomian warga.

“Jadi yang awalnya dulu wilayah pertanian, sekarang berubah jadi pesisir. Yang awalnya daratan tapi kemudian harus berpindah menanggung akibat pembangunan yang tidak ramah terhadap warga. Sehingga kehidupan mereka terganggu dan berubah,” ungkap Mila.

Soroti kesejahteraan nelayan

Kepala Dinas Perikanan Kota Semarang, Sih Rianung mengatakan, nasib nelayan kecil di pesisir Kota Semarang, khususnya wilayah Mangkang Wetan, Mangkang Kulon, dan Mangunharojo memang penuh perjuangan.

Pihaknya menyebutkan, kesejahteraan nelayan sangat perlu diperhatikan lantaran seluruh aspek kehidupannya bergantung pada alam.

“Memang, perubahan itu ada karena perubahan musim yang ada. Jadi tempat-tempat yang dulunya tambak, sekarang jadi sulit dibudidaya,” ucap Rianung kepada Kompas.com, Selasa (27/2/2024).

Rianung menyebutkan, musim paceklik menjadi salah satu perubahan musim yang sangat merugikan nelayan. Lantaran modal yang dikeluarkan untuk melaut tidak sebanding dengan hasil yang didapat.

Baca juga: BERITA FOTO: Kajian Penurunan Tanah di Pekalongan, Ancaman Putusnya Akses Jalan hingga Ubah Mata Pencaharian Warga

Para nelayan pun beradaptasi dengan pekerjaan lain ataupun membuka usaha sampingan  untuk bertahan hidup.

“Karena nelayan itu cari ikan, pas lagi musim ya ramai. Begitu pula sebaliknya, tergantung musimnya. Itu juga menjadi masalah kita. Mereka juga perlu adaptasi, misal jadi kerja di darat,” ucap Rianung.

Halaman:


Terkini Lainnya

Kembalikan Formulir di PDI-P, 3 Pendaftar Penjaringan Pilkada Kabupaten Semarang Bertemu

Kembalikan Formulir di PDI-P, 3 Pendaftar Penjaringan Pilkada Kabupaten Semarang Bertemu

Regional
Sempat Tak Sadarkan Diri, Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur Sadar Usai Operasi Otak

Sempat Tak Sadarkan Diri, Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur Sadar Usai Operasi Otak

Regional
BMKG Prediksi Sumbar Hujan Lebat, Masyarakat Diimbau Perhatikan Peringatan Dini

BMKG Prediksi Sumbar Hujan Lebat, Masyarakat Diimbau Perhatikan Peringatan Dini

Regional
Kepiluan Korban Banjir Lahar Dingin, Sawah dan Ladang Berubah Jadi Tumpukan Batu

Kepiluan Korban Banjir Lahar Dingin, Sawah dan Ladang Berubah Jadi Tumpukan Batu

Regional
Mayat Pria yang Ditemukan di Semarang Ternyata Sempat Dikeroyok hingga Tenggelam di Sungai

Mayat Pria yang Ditemukan di Semarang Ternyata Sempat Dikeroyok hingga Tenggelam di Sungai

Regional
Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Tolak Dipimpin Kades Mantan Napi TPPO, Warga di Lombok Timur Segel Kantor Desa

Tolak Dipimpin Kades Mantan Napi TPPO, Warga di Lombok Timur Segel Kantor Desa

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Dugaan Korupsi Insentif Pajak, 235 Dokumen BPKD Aceh Barat Disita

Dugaan Korupsi Insentif Pajak, 235 Dokumen BPKD Aceh Barat Disita

Regional
Ibu Kandungnya Divonis 8 Bulan Penjara, Norma Risma: Lega tapi Berat

Ibu Kandungnya Divonis 8 Bulan Penjara, Norma Risma: Lega tapi Berat

Regional
Gunung Lewotobi Laki-laki 2 Kali Meletus Pagi Ini, Disertai Gemuruh

Gunung Lewotobi Laki-laki 2 Kali Meletus Pagi Ini, Disertai Gemuruh

Regional
Komplotan Pembobol Rumah di Semarang Pura-pura Jualan Minyak Urut untuk Cari Target

Komplotan Pembobol Rumah di Semarang Pura-pura Jualan Minyak Urut untuk Cari Target

Regional
Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com