Lain halnya dengan Ainul, pasien sumbing lainnya yakni KA, yang berusia 17 tahun harus menjalani perbaikan operasi.
Remaja asal Kabupaten Kudus yang ditemani ibunya itu diketahui saat bayi sudah pernah dioperasi di salah satu RS di Semarang. Namun, penanganan saat itu belum tuntas seutuhnya.
Pelajar SMA ini mengaku selama ini menerima perundungan atau perlakuan kurang pantas dari teman-teman sebayanya.
Ia pun tumbuh menjadi laki-laki yang minder dan lebih memilih menghabiskan waktu di rumah.
Baca juga: Soal Presiden Bagi Bansos Jelang Pilpres, Puan: Pak Jokowi Sibuk Tuntaskan Kemiskinan
Kini, ia pun tampak semringah lantaran proses perbaikan operasinya dipimpin langsung oleh ahli bedah mulut dari Jepang, Prof. Norifumi Nakamura yang juga Staf Bedah Mulut Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Indonesia.
"Saya percaya medis semakin canggih. Saya berharap setelah ini kepercayaan diri saya kembali dan tidak ada lagi orang yang memandang sebelah mata," tutur KA.
Direktur Utama RSU Trimedika Ketapang Aris Setyawan, menyampaikan, dalam bakti sosial operasi bibir sumbing secara gratis didatangkan langsung profesional di bidangnya yaitu Prof. RM Coen Pramono Danudiningrat, Staf Bedah Mulut Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga dan Prof. Norifumi Nakamura, Staf Bedah Mulut Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Indonesia.
Baca juga: Nek Sapiah, Potret Kemiskinan di Pelosok Aceh Utara…
Dalam momen ini sekaligus peresmian "Prof. Coen Pramono Danudiningrat (CPD) Cleft Center" di RSU Trimedika Ketapang sebagai satu-satunya fasilitas kesehatan di Kabupaten Grobogan untuk pusat pelayanan bibir sumbing dan celah langit-langit.
"Sekarang tak perlu ke luar kota untuk operasi sumbing. Kami memiliki pelayanan bedah maksilofacial dengan fasilitas dan spesialis lengkap. Center ini saya sematkan nama guru besar saat di UNAIR sebagai bentuk penghormatan. Selasa ini lima penderita sumbing sudah dioperasi secara gratis dan akan berlanjut. Kami prihatin banyak kasus penderita sumbing dari keluarga tak mampu," terang Aris.
Prof. Norifumi Nakamura menjelaskan penanganan medis pasien bibir dan langit-langit sumbing tidak hanya dibutuhkan saat operasi melainkan juga pascaoperasi dilakukan.
Pada prinsipnya bertujuan untuk memaksimalkan fungsi bicara, berbahasa, makan/minum dan bentuk penampilan.
"Di jepang di-cover pemerintah secara komperehensif. Jadi dari lahir sampai dewasa ditangani satu tim, bukan hanya operasi saja," kata dia.
Baca juga: Penelitian: BLT dan Raskin Tak Bisa Bebaskan Anak dari Kemiskinan
Menurut Nakamura, hingga saat ini belum diketahui pasti penyebab bibir sumbing dan celah langit-langit. Namun sejumlah hipotesis menyebut kelainan ini dapat terjadi karena kombinasi genetika dan lingkungan sekitar (makan, minum dan obat-obatan).
"Belum jelas penyebab sumbing. Saya sejak 1995-1997 di Indonesia dan setelah saya pensiun jadi dosen di Jepang saya kembali ke Indonesia dan jadi dosen di UI. Saya suka Indonesia dan ingin mengabdi untuk penanganan sumbing," ungkap Nakamura.