Salin Artikel

Asa Baru Penderita Sumbing di RSU Trimedika Ketapang Grobogan

Rengekan bayi laki-laki berusia tiga bulan di lantai dua rumah sakit yang baru beroperasi satu tahun itu terdengar menyayat hati.

Meski beberapa perawat tampak hangat berupaya menenangkan, namun tangisan bayi mungil berselimut biru itu baru mereda ketika sang ibunda, Inarotul Ulwiyah (35) datang menghampirinya. 

Sentuhan tangan Ina yang terus mengusap rambut putra bungsunya sembari berucap sepatah dua kata itu secara ajaib memecah kebisingan. 

Dalam hitungan detik suasana pun kembali sunyi saat Ainul yang terbaring di atas ranjang pasien mendadak membisu setelah bertatap mata dengan ibunya. 

Salah satu bukti seorang ibu yang baru melahirkan memiliki naluri kuat terhadap anaknya. Ikatan keduanya adalah bagian dari perasaan cinta yang berevolusi melalui seleksi alam.

"Cemas menunggu operasi selama tiga jam. Alhamdulilah kelar. Semoga kelak putra saya tumbuh menjadi anak yang hebat," tutur Inarotul sembari menyeka air matanya yang sudah tak terbendung.

Warga Grobogan ini mengaku dirundung kegelisahan menyusul bayinya sebagai penderita sumbing kesulitan untuk minum.

Ia pun kelimpungan lantaran tidak ada fasilitas kesehatan di Kabupaten Grobogan yang melayani operasi bibir sumbing. Sekalipun ada harus ke luar kota yang tentunya menambah biaya. Apalagi suaminya hanya pekerja serabutan dengan penghasilan minim.

Sebelumnya ia pun tak menyangka karena tak ada faktor genetika penderita sumbing di keluarganya.

"Saat di kandungan tujuh bulan, sudah terdeteksi kalau putra saya sumbing. Hancur hati saya saat itu. Karena kesulitan minum terus saya bawa ke RSUD Purwodadi dan kemudian diarahkan operasi bibir sumbing gratis di sini. Alhamdulillah sudah ada pelayanan bibir sumbing di Grobogan," ungkap dia.

Ainul merupakan satu di antara anak-anak yang kurang beruntung lahir dengan cacat bawaan di area bibir dan langit-langit mulut.

Pada Selasa, ia dan empat penderita sumbing lainnya tengah menjalani proses operasi secara gratis di RSU Trimedika Ketapang. 

Kegiatan yang digagas RSU Trimedika Ketapang berkolaborasi dengan Universitas Airlangga ini sebagai wujud keprihatinan terhadap kasus sumbing yang sebagian besar penderita berasal dari keluarga tidak mampu.

Lain halnya dengan Ainul, pasien sumbing lainnya yakni KA, yang berusia 17 tahun harus menjalani perbaikan operasi.

Remaja asal Kabupaten Kudus yang ditemani ibunya itu diketahui saat bayi sudah pernah dioperasi di salah satu RS di Semarang. Namun, penanganan saat itu belum tuntas seutuhnya.

Pelajar SMA ini mengaku selama ini menerima perundungan atau perlakuan kurang pantas dari teman-teman sebayanya.

Ia pun tumbuh menjadi laki-laki yang minder dan lebih memilih menghabiskan waktu di rumah.

Kini, ia pun tampak semringah lantaran proses perbaikan operasinya dipimpin langsung oleh ahli bedah mulut dari Jepang, Prof. Norifumi Nakamura yang juga Staf Bedah Mulut Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Indonesia.

"Saya percaya medis semakin canggih. Saya berharap setelah ini kepercayaan diri saya kembali dan tidak ada lagi orang yang memandang sebelah mata," tutur KA.

Direktur Utama RSU Trimedika Ketapang Aris Setyawan, menyampaikan, dalam bakti sosial operasi bibir sumbing secara gratis didatangkan langsung profesional di bidangnya yaitu Prof. RM Coen Pramono Danudiningrat, Staf Bedah Mulut Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga dan Prof. Norifumi Nakamura, Staf Bedah Mulut Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Indonesia.

Pusat pelayanan bibir sumbing di Grobogan

Dalam momen ini sekaligus peresmian "Prof. Coen Pramono Danudiningrat (CPD) Cleft Center" di RSU Trimedika Ketapang sebagai satu-satunya fasilitas kesehatan di Kabupaten Grobogan untuk pusat pelayanan bibir sumbing dan celah langit-langit.

"Sekarang tak perlu ke luar kota untuk operasi sumbing. Kami memiliki pelayanan bedah maksilofacial dengan fasilitas dan spesialis lengkap. Center ini saya sematkan nama guru besar saat di UNAIR sebagai bentuk penghormatan. Selasa ini lima penderita sumbing sudah dioperasi secara gratis dan akan berlanjut. Kami prihatin banyak kasus penderita sumbing dari keluarga tak mampu," terang Aris.

Prof. Norifumi Nakamura menjelaskan penanganan medis pasien bibir dan langit-langit sumbing tidak hanya dibutuhkan saat operasi melainkan juga pascaoperasi dilakukan.

Pada prinsipnya bertujuan untuk memaksimalkan fungsi bicara, berbahasa, makan/minum dan bentuk penampilan.

"Di jepang di-cover pemerintah secara komperehensif. Jadi dari lahir sampai dewasa ditangani satu tim, bukan hanya operasi saja," kata dia.

Penyebab bibir sumbing

Menurut Nakamura, hingga saat ini belum diketahui pasti penyebab bibir sumbing dan celah langit-langit. Namun sejumlah hipotesis menyebut kelainan ini dapat terjadi karena kombinasi genetika dan lingkungan sekitar (makan, minum dan obat-obatan).

"Belum jelas penyebab sumbing. Saya sejak 1995-1997 di Indonesia dan setelah saya pensiun jadi dosen di Jepang saya kembali ke Indonesia dan jadi dosen di UI. Saya suka Indonesia dan ingin mengabdi untuk penanganan sumbing," ungkap Nakamura.

Sementara itu Prof. RM Coen Pramono Danudiningrat mengatakan, kasus bibir sumbing dan celah langit-langit masih krusial di Indonesia.

Data Kementerian Kesehatan mencatat insidensi hampir menyentuh 8.000 kasus. 

Dengan kata lain, sebanyak 8.000 bayi di seluruh penjuru Tanah Air terlahir dengan bibir sumbing setiap tahun.

Ia pun mengapresiasi terealisasinya "cleft center" yang rilis perdana di Kabupaten Grobogan yang otomatis mengurangi tingginya kasus.

"Bibir sumbing di Indonesia sangat luar biasa. Sehingga keberadaan cleft center di Grobogan ini dapat membantu penderita bibir sumbing dan langit-langit. Mengurangi jumlah yang selalu muncul setiap tahunnya," ujar Coen.

https://regional.kompas.com/read/2024/02/28/150000078/asa-baru-penderita-sumbing-di-rsu-trimedika-ketapang-grobogan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke