Sekitar sembilan jam perjalanan dari Pamekasan, terdapat seorang dukun bernama Abdul Fatah Hasan di Banyuwangi, Jawa Timur. Dia mengaku sudah tiga kali terlibat menyokong para calon anggota legislatif.
Praktisi spiritual ini mengatakan caleg-caleg itu datang untuk satu tujuan: menang!
Tapi masalahnya, kata dia, tak segampang itu memenuhi harapan mereka.
Dukun seperti dirinya tak bisa bekerja sendiri, para caleg harus benar-benar menyiapkan mental. Sebab masalah yang timbul saat berkampanye tak bisa ditebak.
"Mereka akan dihadapkan pada situasi yang bisa saja kehidupan mereka dibuka, jadi kesiapan mental harus dikuatkan," ucap Abdul Fatah yang mengenakan kaos putih dan berkacamata hitam.
Dari pengalamannya mendampingi caleg, persoalan yang muncul biasanya kurang percaya diri atau kendala komunikasi.
Baca juga: Membelot Dukung Prabowo-Gibran, 3 Caleg PPP Terancam Kena Sanksi
Itu mengapa selain mendukung secara spiritual, ia juga memberikan dukungan moral.
Untuk 'bantuan' spiritual dia menggunakan bacaan-bacaan yang mesti rutin dilakoni para caleg. Termasuk jimat dan beberapa ritual.
"Untuk aurod [wirid] harus cocok dengan karakteristik seseorang... bisa jadi aurod yang diberikan sama, tapi menyesuaikan kemampuan seseorang menjalani dengan istiqomah."
Soal ritual, ia enggan menjelaskan secara rinci pada kami. Dia khawatir kalau dibuka, akan memicu 'prasangka' di masyarakat.
Yang pasti, tegas Abdul, selama menjalani ritual ada pantangan yang boleh dan tidak dilakukan.
Pria yang tergabung di Persatuan Dukun Nusantara (Perdunu) ini terang-terangan berkata banyak dari calon anggota legislatif yang meminta pertolongannya, pada akhirnya kalah dalam kontes politik.
"Banyak yang tidak jadi [gagal] karena kita lihat fakta di lapangan. Misal dalam satu daerah pemilihan yang diperebutkan satu kursi, sementara yang datang sepuluh orang..."
"Tapi karena dorongan kuat untuk jadi [menang], kita tetap tidak boleh menolak meski potensinya tipis."
"Makanya kesiapan mental harus disiapkan dari awal."
Total caleg DPR RI mencapai 9.917 orang yang berasal dari 11 partai politik dan tersebar di 84 daerah pemilihan.
Mereka sudah pasti harus bertarung sengit demi memperebutkan 580 kursi di Senayan.
Adapun untuk caleg DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota yang angkanya diperkirakan mencapai 30.000 lebih, juga mesti bersaing ketat.
Kursi DPRD Provinsi yang tersedia sebanyak 2.372 dan DPRD Kabupaten/Kota ada 17.510 kursi.
Calon anggota legislatif di Daerah Pemilihan 1 Jawa Timur dari PDI Perjuangan, Badri, mengakui betapa beratnya persaingan.
Dia sudah dua kali bertarung, namun kalah terus. Kali ini, ia sesumbar bakal mengerahkan segala daya yang dimiliki.
Di masa kampanye, Badri berusaha keras agar dirinya dikenal publik.
Ia mendatangi rumah-rumah warga, mengunjungi tokoh masyarakat, dan kiai untuk menarik hati masyarakat.
Bahan kampanye seperti baliho, selebaran, dan korek bergambar mukanya disebar ke berbagai wilayah.
"Karena di Pamekasan Dapil 1 banyak yang belum tahu profil saya. Itu makanya kami door to door memperkenalkan diri ke masyarakat, termasuk visi dan misi."
Visi-misinya adalah menyejahterakan nelayan, petani, dan pedagang.
Baca juga: 5 Caleg dan Simpatisan PKB Purbalingga Membelot Dukung Prabowo-Gibran
Tapi ikhtiarnya untuk menang tak cuma dilakukan lewat pertemuan tatap muka dengan masyarakat, namun juga melibatkan kekuatan spiritual.
Meski dia tak mau terang-terangan membuka bentuk ritual yang dijalani, satu 'ibadah' yang kini wajib dilakoninya membaca shalawat.
Harapannya agar tenang dan tidak mudah emosi kala berhadapan dengan masyarakat.
"Untuk membentengi diri, saya sowan bukan khusus untuk apa yang akan saya capai atau menang. Akan tetapi karena ini pertarungan jadi setidaknya saya ada benteng untuk diri saya sendiri."
Badri mengaku percaya pada dunia spiritual karena tak lepas dari latar belakangnya yang pernah mengenyam pendidikan di pesantren.
Baca juga: Bantah Kabar Mundur, 8 Pegawai KSP yang Jadi Caleg Disebut Berstatus Cuti
Menjadi santri, katanya, harus percaya pada dawuh atau perintah kiai dan karena sepanjang hidupnya kerap mengalami banyak kejadian mistis.
Dengan segala usaha itu, ia mengaku siap kalah.
"Delapan puluh persen saya siap kalah, malah saya tidak siap menang. Kalau menang itulah takdir, kalah adalah bagian dari kita karena tak bisa melawan takdir."