Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bayu Dilarang Ikut Ujian karena Tunggak Biaya Kuliah, Diduga Dikeroyok Rektor dan Dosen Saat Unjuk Rasa

Kompas.com - 18/01/2024, 17:10 WIB
Junaidin,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

BIMA, KOMPAS.com - Bayu Saputra (21), mahasiswa Semester III Program Studi Ilmu Hukum Universitas Muhammadiyah Bima (UMB) di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) tidak bisa mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS).

Bayu mengaku, pihak kampus melarangnya ikut ujian lantaran menunggak Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) sebesar Rp 1 juta.

Bayu kemudian berunjuk rasa menuntut keadilan pada Rabu (17/1/2024). Namun, dia diduga dikeroyok oknum rektor dan dosen saat berdemonstrasi. 

Mahasiswa tersebut lantas melaporkan peristiwa yang dialaminya ke polisi, Rabu (17/1/2024) sore.

Baca juga: Mahasiswa UMB Bima Mengaku Dikeroyok Oknum Rektor dan Dosen Saat Demo

Sang ayah tak terima

Ayah Bayu Saputra, Afrad mengaku sangat menyesalkan tindakan oknum rektor dan dosen UMB yang diduga mengeroyok anaknya.

Menurutnya, hal itu tidak pantas dilakukan oleh mereka yang berpendidikan tinggi apalagi mengerti hukum.

"Mereka kan tahu hukum mengapa anak saya dianiaya seperti binatang. Saya sebagai orangtua tidak terima," ungkap dia saat ditemui di rumahnya, Kelurahan Jati Baru Timur, Kecamatan Asakota, Kota Bima, NTB, Kamis (18/1/2024).

Baca juga: Langgar Netralitas, 10 ASN di Bima Direkomendasikan Sanksi ke KASN

Afrad meyakinkan bahwa kasus akan diselesaikan melalui jalur hukum meski konsekuensinya sang anak akan dikeluarkan pihak kampus.

"Kami siap dengan konsekuensinya, Indonesia masih luas kalau enggak bisa kuliah di sini ada tempat lain yang mungkin masih toleransi untuk kami orang miskin ini," kata pria yang berprofesi sebagai sopir bus malam tersebut.

Penjelasan Bayu

Tampak aksi dugaan pengeroyokan mahasiswa oleh oknum rektor dan dosen di Universitas Muhammadiyah Bima (UMB), Rabu (17/1/2024).Kompas.com/ Doc. Serlin. Tampak aksi dugaan pengeroyokan mahasiswa oleh oknum rektor dan dosen di Universitas Muhammadiyah Bima (UMB), Rabu (17/1/2024).

Bayu mengakui bahwa dirinya memang memiliki tunggakan Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP).

"Kalau tunggakan SPP saya memang ada. Tapi memalsukan kartu ujian saya tidak pernah," kata Bayu Saputra saat ditemui Kompas.com, Kamis (18/1/2024).

Bayu menjelaskan, pada hari pertama pelaksanaan ujian Senin (15/1/2024) lalu, ia sempat meminta keringanan dari pihak kampus dengan mencicil tunggakan Rp 500.000 asalkan bisa mendapat kartu ujian.

Namun, saat itu pihak kampus hanya mengambil uang tetapi tidak memberikannya kartu sebagai syarat utama mengikuti ujian.

Lantaran tak menerima kartu ujian, Bayu Saputra lantas menarik kembali uang tersebut lalu mencoba masuk ruangan untuk ikut ujian.

Baca juga: Bermula Senggolan, Mahasiswa Baru dan Seniornya Saling Lapor Polisi, Semua Ditetapkan Tersangka

Setelah diperiksa dan panitia mendapatinya tidak memiliki kartu, pihak kampus langsung meminta Bayu keluar dari ruangan.

"Hari kedua saya tidak pergi karena merasa diri tidak punya kartu itu. Kemudian hari Rabu (18/1/2024) baru saya demo," ujarnya.

Bayu mengaku sudah berupaya meminta keringanan dan berjanji akan melunasi setelah orangtuanya memiliki uang, namun saat itu pihak kampus tetap meminta untuk melunasi tunggakan terlebih dahulu.

"Dari saya semester I dan II itu masih ada keringanan. Kalau memang tidak bayar ya sudah bisa (ujian), tapi dengan satu catatan akan dibayar nanti. Semester III tidak ada sedikit pun toleransi makanya kita melakukan aksi," jelasnya.

Kasubsi Humas Polres Bima Kota Aipda Nasrun membenarkan adanya laporan dari seorang mahasiswa yang diduga dikeroyok oknum rektor dan dosen.

"Kita baru saja menerima laporan dari pihak korban. Tindak lanjutnya sedang dilakukan pemeriksaan terhadap saksi dan korban," kata Nasrun, Rabu (18/1/2024).

Penjelasan kampus

Wakil Rektor I UMB Kota Bima, Syamsuddin yang dihubungi dan dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp belum memberikan jawaban.

Namun dalam video berisi klarifikasi yang diterima Kompas.com, Rabu (17/1/2024), Syamsuddin menjelaskan bahwa kejadian itu bermula saat Bayu Saputra dan sejumlah mahasiswa lainnya membawa senjata tajam sambil berorasi di depan kampus terkait persoalan SPP.

Atas sikap Bayu yang dianggap mengganggu pelaksanaan Ujian Akhir Semester (UAS), pihak kampus kemudian mengajak demonstran berdialog.

Namun, Bayu Saputra menolak dan justru melawan bahkan memprovokasi mahasiswa lain sampai memicu terjadinya keributan.

Baca juga: Mahasiswa UMY Ini Hadir Kuliah Online Sambil Melangsungkan Pernikahan, Begini Kisahnya

"Bayu dan kawan-kawan menunjukkan sikap perlawanan dan provokatif yang berpotensi memicu konflik," kata Syamsudin dalam video klarifikasinya.

Selain melakukan perlawanan yang berujung keributan, pihak kampus menemukan data bahwa Bayu ternyata memiliki tunggakan SPP.

Selain itu, panitia ujian juga menemukan upaya pemalsuan kartu UAS yang memaksanya harus dikeluarkan dari ruang ujian.

"Dikeluarkan dari ruang ujian sebagai bentuk tindakan pendisiplinan kampus UMB," jelas Syamsudin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Regional
Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Regional
Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Regional
Teka-teki Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur di Semarang, Korban Belum Sadarkan Diri

Teka-teki Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur di Semarang, Korban Belum Sadarkan Diri

Regional
Menikah Lagi, Pria di Sumsel Luka Bakar Disiram Air Keras oleh Istrinya

Menikah Lagi, Pria di Sumsel Luka Bakar Disiram Air Keras oleh Istrinya

Regional
Duduk Perkara Rektor Unri Laporkan Mahasiswa yang Kritik Soal UKT

Duduk Perkara Rektor Unri Laporkan Mahasiswa yang Kritik Soal UKT

Regional
Truk Dipalak Rp 350.000 di Jembatan Jalinteng, Polisi 'Saling Lempar'

Truk Dipalak Rp 350.000 di Jembatan Jalinteng, Polisi "Saling Lempar"

Regional
9 Orang Daftar Pilkada 2024 di PDIP, Tak ada Nama Wali Kota Semarang

9 Orang Daftar Pilkada 2024 di PDIP, Tak ada Nama Wali Kota Semarang

Regional
Patroli Geng Motor di Jalan Protokol, Polisi Bubarkan Balap Liar

Patroli Geng Motor di Jalan Protokol, Polisi Bubarkan Balap Liar

Regional
Jalan Rusak, Seorang Wanita di Ketapang Melahirkan Dalam Perjalanan ke Rumah Sakit

Jalan Rusak, Seorang Wanita di Ketapang Melahirkan Dalam Perjalanan ke Rumah Sakit

Regional
Diduga Depresi Usai Bunuh Perempuan di Kamar Kos, Lansia Ini Gantung Diri di Pantai Kejora

Diduga Depresi Usai Bunuh Perempuan di Kamar Kos, Lansia Ini Gantung Diri di Pantai Kejora

Regional
Polisi Tangkap Pemuda Bawa Senjata Tajam saat Nongkrong di Solo

Polisi Tangkap Pemuda Bawa Senjata Tajam saat Nongkrong di Solo

Regional
Akui Tidak Punya Uang, Bernadus Ratu-Albertus Ben Bao Deklarasi Maju Pilkada Sikka dari Jalur Independen

Akui Tidak Punya Uang, Bernadus Ratu-Albertus Ben Bao Deklarasi Maju Pilkada Sikka dari Jalur Independen

Regional
3 Kader Demokrat Berebut Restu AHY di Pilkada Sumsel, Cik Ujang Klaim Sudah Kantongi Rekomendasi

3 Kader Demokrat Berebut Restu AHY di Pilkada Sumsel, Cik Ujang Klaim Sudah Kantongi Rekomendasi

Regional
Eks Komisioner KPU Konsultasi Calon Independen Pilkada Magelang

Eks Komisioner KPU Konsultasi Calon Independen Pilkada Magelang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com