Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa yang Dikeroyok Rektor dan Dosen UMB Bantah Bawa Sajam saat Demo

Kompas.com - 17/01/2024, 22:26 WIB
Junaidin,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BIMA, KOMPAS.com - Bayu Saputra (21), mahasiswa korban dugaan pengeroyokan oknum rektor dan sejumlah dosen Universitas Muhammadiyah Bima (UMB) di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), membantah tuduhan membawa senjata tajam saat demonstrasi, Rabu (17/1/2024).

Menurutnya, tuduhan itu merupakan upaya pembelaan diri pihak kampus setelah rekaman video pengeroyokan beredar luas di media sosial.

"Itu hanya opini, kita tidak pernah membawa sajam," kata Bayu Saputra saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp, Rabu malam.

Baca juga: Mahasiswa UMB Bima Mengaku Dikeroyok Oknum Rektor dan Dosen Saat Demo

Mahasiswa dari Kelurahan Jatibaru Timur, Kecamatan Asakota, Kota Bima, itu mengaku setelah dipukul dan dijambak oknum rektor dan sejumlah dosen, ia lalu menghindar dan berlari keluar area kampus untuk menyelamatkan diri.

Saat itu ia sempat dikejar oleh sejumlah orang yang menenteng senjata tajam, namun ia tak mengenal orang tersebut.

"Bahkan saya dikejar pakai sajam sampai cabang Ranggo. Saya ndak tahu itu siapa, tapi ada," jelasnya.

Mahasiswa semester III Ilmu Hukum ini juga tegas membatah tuduhan telah memalsukan kartu Ujian Akhir Semester (UAS).

Menurutnya, pada hari pertama ujian, pihak kampus mengusirnya dari ruangan karena masih memiliki tunggakan Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) di UMB Kota Bima.

"Ujian hari pertama saya diusir, saya patuhi karena masih ada tunggakan. Namun dalam persoalan pendidikan setidaknya ada keringanan kampus dalam masalah ini," harapnya.

Berita sebelumnya, oknum rektor dan sejumlah dosen Universitas Muhammadiyah Bima (UMB) di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), diduga melakukan aksi pengeroyokan terhadap seorang mahasiswa bernama Bayu Saputra (21).

Mahasiswa Semester III Ilmu Hukum tersebut dikeroyok saat melakukan aksi demonstrasi di halaman kampus, Rabu (17/1/2024) siang.

Mereka memprotes terkait kenaikan SPP dan kebijakan kampus yang melarang mahasiswa ikut ujian ketika tak mampu melunasi SPP.

"Tuntutan kita itu terkait kenaikan SPP dan yang tidak lunas SPP tidak bisa masuk ujian," kata Bayu Saputra saat ditemui usai melaporkan kasus itu ke Mapolres Bima Kota, Rabu.

Klarifikasi kampus

Wakil Rektor I Universitas Muhammadiyah Bima, Syamsudin membenarkan adanya insiden keributan antar-mahasiswa dan civitas akademika siang tadi.

Menurutnya, kejadian itu bermula saat Bayu Saputra bersama sejumlah mahasiswa lainnya membawa senjata tajam sambil berorasi di depan kampus terkait persoalan SPP.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com