Selain dipengaruhi oleh pandemi Covid, epidemiolog Riris melihat dinamika politik dan sosial ternyata juga berkontribusi atas rendahnya imunisasi, seperti terjadinya keterbelahan politik pascapemilu 2014 dan 2019 di masyarakat.
Baca juga: [KLARIFIKASI] Vaksinasi Tidak Menyebabkan Penularan Polio
“Kalau dilihat daerah-daerah di mana wilayahnya tidak cukup tinggi dukungan ke presiden maka itu juga berdampak pada cakupan imunisasi. Ada penolakan cukup kuat terhadap program-program pemerintah, terutama vaksinasi. Daerah-daerah itu [rendah imunisasi] juga kalau dlihat relatif secara religius lebih kuat dibandingkan yang lainnya,” kata Riris.
Kemudian, tambah Riris, juga dipengaruhi semakin berkurangnya program Pekan Imunisasi Nasional (PIN) untuk polio.
“Di tahun 1990 dan 2000an, kita mengenal PIN yang fokus mengejar cakupan polio. Sekarang ini bukan menjadi rutin lagi karena kita memang pernah dinyatakan bebas polio. Ketiadaan kampanye rutin itu mempengaruhi coverage,” ujarnya.
Penyebab kedua mengapa polio kembali muncul, menurut Hinky dari Komnas PP KIPI, adalah karena perilaku bersih hidup sehat tidak dilaksanakan secara memadai.
“Nomor satu cakupan makin lama makin turun, kemudian perilaku bersih hidup sehat tidak dilaksanakan secara mantap. Akhirnya ditemukan kasus di wilayah barat hingga sekarang sampai ke tengah, Jawa Timur,” ujarnya.
Baca juga: Jenis-jenis Penyakit Polio, dari Ringan hingga Menyebabkan Kelumpuhan
Epidemiolog Riris menegaskan bahwa imunisasi adalah alat yang paling utama untuk terhindar dari polio.
Setiap anak harus mendapatkan empat kali vaksin oral dan dua kali vaksin suntik, sebelum usia satu tahun, sehingga kekebalan tubuh melawan polio terbentuk.
Untuk itu, Dirjen P2P Kemenkes Maxi berharap agar setiap orang tua di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur dan Kabupaten Sleman, Yogyakarta membawa anaknya menerima imunisasi dalam sub-PIN yang digelar dalam dua putaran, yaitu pada 15 Januari 2024 dan 19 Januari 2024..
“Sasaran adalah anak usia 0-7 tahun tanpa memandang status imunisasi sebelumnya, sekalipun sudah lengkap harus diberikan lagi imunisasi. Tempat pelayanan di puskesmas, posyandu, PAUD, TK, SD, dan pos imunisasi lainnya di bawah koordinasi puskesmas,” kata Maxi.
Selain itu, masyarakat juga diminta untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, termasuk buang air besar di jamban, cuci tangan dengan sabun sebelum makan serta setelah buang air.
Baca juga: Gejala dan Tanda-tanda Polio pada Anak yang Harus Diwaspadai Orangtua
Ketua Komnas PP KIPI Hinky Hindra Irawan Satari mengatakan vaksin yang digunakan dalam Sub-PIN ini bernama Novel Oral Polio Vaksin tipe 2 atau nOPV2.
Hinky mengatakan, data keamanan vaksin ini telah dikaji oleh oleh Global Advisory Committee on Vaccine Safety (GACVS) dan Global Polio Eradication Initiative (GPEI).
“Vaksin nOPV2 telah dikembangkan sejak tahun 2011 dan mulai diberikan sejak 2021 dengan izin WHO Emergency Use Listing setelah dibuktikan efikasi dan keamanannya,” kata Hinky, yang menambahkan vaksin ini juga telah mendapat izin edar dari BPOM.
Hingga Desember 2023, Hinky mengatakan, kurang lebih satu miliar dosis vaksin telah diberikan di lebih dari 35 negara dan tidak ada resiko berbahaya pasca-pemberian vaksin.
Baca juga: Pamekasan KLB Polio, 30 Anak Diperiksa
Di Indonesia, sekitar tujuh juta dosis vaksin telah diberikan sejak KLB polio di Aceh, Sumatra Utara, dan Jawa Barat.
“Ada beberapa laporan KIPI serius, namun ternyata tidak terkait vaksin, tapi karena campak, demam dengue, dan infeksi bakteri. Jadi vaksin ini aman,” katanya.
Reaksi dari vaksin, ujarnya, berlangsung singkat dan dapat sembuh tanpa pengobatan. Menurut data berdasarkan uji klinik oleh produsen vaksin, efek yang muncul adalah menangis, mengantuk, demam, revel, hilang nafsu makan, dan muntah.
“Ini berlangsung 1-2 hari setelah pemberian dan menghilang dengan atau tanpa pengobatan,” ujarnya.
Laporan tambahan oleh Furqon Ulya Himawan di Yogyakarta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.