KOMPAS.com - Anyaman pandan merupakan salah satu hasil kerajinan tangan dari Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau.
Anyaman pandan Natuna berasal dari Kecamatan Serasan dan Kecamatan Serasan Timur.
Kerajinan tangan anyaman pandan dibuat menjadi tikar yang dikenal sebagai alas untuk duduk.
Masyarakat lokal menyebut tikar pandan dengan sebutan Tika Paca.
Kerajinan tangan anyaman pandan telah dikenal secara turun-temurun. Kini, kegiatan tersebut juga menjadi muatan lokal peserta didik setempat.
Anyaman pandan tersebut dapat diperoleh di wilayah Natuna maupun Tanjung Pinang.
Anyaman pandan yang digunakan untuk membuat tikar tampil dalam beragam motif yang cukup dikenal, yaitu bunga cengkeh, palak paku, bunga perepat, dan bunga mattahari.
Ada lagi motif bunga telepuk, dua beradik, empat beradik, jermalik, iris lue, rabun 9, dan berbagai motif lainnya.
Baca juga: Melestarikan Budaya Anyaman Pandan Turun Menurun di Pantai Cermin Kanan Sumatera Utara...
Anyaman pandan tampil dengan warna-warna cerah yang dipadukan satu dengan yang lainnya.
Bagi masyarakat Natuna, tikar Serasan memiliki makna dan peran yang tinggi.
Masyarakat selalu menggunakan tikar dalam kehidupan kesehariannya, yaitu mulai dilahirkan, dibaringkan, dan dibersihkan.
Tikar juga akan digunakan untuk kegiatan lainya, seperti makan, duduk, sholat, hingga seseorang tersebut meninggal dunia.
Tikar digunakan untuk membungkus jenazah yang akan diantarakan ke pemakaman.
Selain digunakan sehari-hari, anyaman pandan juga digunakan sebagai dekorasi, motif batik, rancangan busana, dan gaya hidup lainnya.
Untuk membuat anyaman pandan, bahan yang digunakan berupa pandan duri (Pandanus tectorius) dan pandan jenis lain yang banyak tumbuh di wilayah Natuna, salah satunya Kecamatan Serasan.