Kemaliq adalah bangunan suci atau tempat yang tidak sembarangan dimasuki orang, harus masuk ke kemaliq dengan niat-niat yang baik. Kemudian muncullah Pura Gaduh yang dibangun oleh orang Bali setelah mereka menguasai Sasak yang saat itu pusat pemerintahannya ada di Cakra.
Hal ini berkaitan dengan sejarah kedatangan ekspedisi Raja Anak Agung Ngurah dari Karangasem, Bali, ke Pulau Lombok.
Pura gaduh di Lingsar berdampingan dengan kemaliq, didirikan setelah mendapatkan petunjuk untuk menemukan mata air, setelah Anak Agung melakukan semedi.
Kompleks Pura dibangun sekitar tahun 1759 atau abad ke-17. Di dalam areal itu terdapat Pura Gaduh di bagian atas menghadap ke arah barat, sementara di sebelah selatan telah berdiri kemaliq.
Baca juga: Rayakan Maulid Nabi dengan Makan Bajamba, Tradisi Minangkabau yang Dibawa Para Perantau...
"Berdasarkan alur sejarahnya kemaliq itu lebih dulu ada, baru kemudian muncul bangunan pura, kedua bangunan itu memadukan tradisi suku Sasak yang kebetulan banyak beragama Islam dan orang Bali yang beragama Hindu, mereka hidup rukun dalam kebersamaan," katanya.
Perang topat merupakan tradisi Suku Sasak yang saling merakit kebersamaan dengan umat Hindu dan umat-umat lainnya di Pulau Lombok.
Baca juga: Ini Makna Tradisi Memasak Pepaya Muda Saat Aktivitas Gunung Slamet Meningkat
Perang Topat menurut Kepala Desa Lingsar, Sahyan, telah menjadi ciri khas suku Sasak dalam menandai rasa syukurnya pada Tuhan Yang Maha Esa.
"Perang Topat merupakan tradisi masyarakat agraris, karena melalui ketupat yang dipakai berperang itulah masyarakat Lombok percaya kesuburan dan panggilan rezeki akan datang dalam kehidupan mereka” kata Sahyan.
Menjelang senja, perang pun usai meskipun saling lempar perang berakhir dalam suasana harmonis. Untuk mengantisipasi suasana tetap aman, aparat kepolisian turun menjaga jalannya perang damai tersebut.
Mardiyah (76), warga Lingsar nampak bahagia membawa beberapa biji ketupat dari sisa perang. Dia akan menggantungnya di pepohonan atau melemparkannya ke sawah garapannya agar mendapat berkah dan kesuburan.
"Senang saya dapat ketupat, nanti akan saya gantung di pohon dan lemparkan ke sawah agar subur dan hasilnya melimpah," harapnya.
Masyarakat di Lombok membawa harapan besar bahwa cara paling ampuh menghadapi perubahan zaman dengan menjaga tradisi warisan leluhur, terlebih membawa perdamaian bagi umat manusia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.