Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Topat, Cara Masyarakat Lombok Merawat Keberagaman

Kompas.com - 28/11/2023, 16:42 WIB
Fitri Rachmawati,
Andi Hartik

Tim Redaksi

Kemaliq adalah bangunan suci atau tempat yang tidak sembarangan dimasuki orang, harus masuk ke kemaliq dengan niat-niat yang baik. Kemudian muncullah Pura Gaduh yang dibangun oleh orang Bali setelah mereka menguasai Sasak yang saat itu pusat pemerintahannya ada di Cakra.

Hal ini berkaitan dengan sejarah kedatangan ekspedisi Raja Anak Agung Ngurah dari Karangasem, Bali, ke Pulau Lombok.

Pura gaduh di Lingsar berdampingan dengan kemaliq, didirikan setelah mendapatkan petunjuk untuk menemukan mata air, setelah Anak Agung melakukan semedi.

Kompleks Pura dibangun sekitar tahun 1759 atau abad ke-17. Di dalam areal itu terdapat Pura Gaduh di bagian atas menghadap ke arah barat, sementara di sebelah selatan telah berdiri kemaliq.

Baca juga: Rayakan Maulid Nabi dengan Makan Bajamba, Tradisi Minangkabau yang Dibawa Para Perantau...

"Berdasarkan alur sejarahnya kemaliq itu lebih dulu ada, baru kemudian muncul bangunan pura, kedua bangunan itu memadukan tradisi suku Sasak yang kebetulan banyak beragama Islam dan orang Bali yang beragama Hindu, mereka hidup rukun dalam kebersamaan," katanya.

Perang topat merupakan tradisi Suku Sasak yang saling merakit kebersamaan dengan umat Hindu dan umat-umat lainnya di Pulau Lombok.

Baca juga: Ini Makna Tradisi Memasak Pepaya Muda Saat Aktivitas Gunung Slamet Meningkat

Perang Topat menurut Kepala Desa Lingsar, Sahyan, telah menjadi ciri khas suku Sasak dalam menandai rasa syukurnya pada Tuhan Yang Maha Esa.

"Perang Topat merupakan tradisi masyarakat agraris, karena melalui ketupat yang dipakai berperang itulah masyarakat Lombok percaya kesuburan dan panggilan rezeki akan datang dalam kehidupan mereka” kata Sahyan.

Perang berakhir bahagia

Menjelang senja, perang pun usai meskipun saling lempar perang berakhir dalam suasana harmonis. Untuk mengantisipasi suasana tetap aman, aparat kepolisian turun menjaga jalannya perang damai tersebut.

Mardiyah (76), warga Lingsar nampak bahagia membawa beberapa biji ketupat dari sisa perang. Dia akan menggantungnya di pepohonan atau melemparkannya ke sawah garapannya agar mendapat berkah dan kesuburan.

"Senang saya dapat ketupat, nanti akan saya gantung di pohon dan lemparkan ke sawah agar subur dan hasilnya melimpah," harapnya.

Masyarakat di Lombok membawa harapan besar bahwa cara paling ampuh menghadapi perubahan zaman dengan menjaga tradisi warisan leluhur, terlebih membawa perdamaian bagi umat manusia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Alasan Milenial hingga Pelaku UMKM Dukung Mbak Ita Kembali Pimpin Semarang

Alasan Milenial hingga Pelaku UMKM Dukung Mbak Ita Kembali Pimpin Semarang

Regional
Rektor Unri Ternyata Belum Cabut Laporan Polisi terhadap Mahasiswa Pengkritik UKT

Rektor Unri Ternyata Belum Cabut Laporan Polisi terhadap Mahasiswa Pengkritik UKT

Regional
Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Jumat 10 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Jumat 10 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Regional
Maju Pilkada 2024, Petani di Sikka Daftar Cawabup di 2 Partai

Maju Pilkada 2024, Petani di Sikka Daftar Cawabup di 2 Partai

Regional
Jelang Penutupan Pendaftaran Pilkada Semarang di PDI-P, Mbak Ita Bertolak ke Jakarta

Jelang Penutupan Pendaftaran Pilkada Semarang di PDI-P, Mbak Ita Bertolak ke Jakarta

Regional
Pelajar SMK Ditemukan Tewas di Pinggir Jalan, Awalnya Dikira Korban Kecelakaan, Ternyata Dibunuh Teman

Pelajar SMK Ditemukan Tewas di Pinggir Jalan, Awalnya Dikira Korban Kecelakaan, Ternyata Dibunuh Teman

Regional
Pernah Viral karena Nasi Goreng, Ade Bhakti Akan Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada Semarang di PDI-P

Pernah Viral karena Nasi Goreng, Ade Bhakti Akan Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada Semarang di PDI-P

Regional
Awal Mula Rektor Unri Laporkan Mahasiswanya ke Polisi karena Kritik UKT hingga Laporan Dicabut

Awal Mula Rektor Unri Laporkan Mahasiswanya ke Polisi karena Kritik UKT hingga Laporan Dicabut

Regional
Sempat Dihentikan akibat Protes Kenaikan, Registrasi Mahasiswa Baru Unsoed Kembali Dibuka

Sempat Dihentikan akibat Protes Kenaikan, Registrasi Mahasiswa Baru Unsoed Kembali Dibuka

Regional
Bawa Bendara RMS Saat Nobar Timnas di Ambon, Anak di Bawah Umur Diamankan

Bawa Bendara RMS Saat Nobar Timnas di Ambon, Anak di Bawah Umur Diamankan

Regional
Cerita Bripka Leonardo, Polisi yang Ubah Mobil Pribadi Jadi Ambulans Gratis

Cerita Bripka Leonardo, Polisi yang Ubah Mobil Pribadi Jadi Ambulans Gratis

Regional
Kisah Relawan Tagana di Banten, Minim Fasilitas, Sering Pakai Uang Pribadi untuk Tugas

Kisah Relawan Tagana di Banten, Minim Fasilitas, Sering Pakai Uang Pribadi untuk Tugas

Regional
Soal Mutilasi di Ciamis, Apakah Orang dengan Gangguan Jiwa Berpotensi Melakukan Tindak Kejahatan?

Soal Mutilasi di Ciamis, Apakah Orang dengan Gangguan Jiwa Berpotensi Melakukan Tindak Kejahatan?

Regional
Sempat Laporkan Mahasiswanya ke Polisi, Rektor Unri: Tak Ada Maksud Mengkriminalisasi

Sempat Laporkan Mahasiswanya ke Polisi, Rektor Unri: Tak Ada Maksud Mengkriminalisasi

Regional
Punya 2 Profesi, Lurah di Prabumulih Jadi Bidan Diduga Malapraktik hingga Pasien Meninggal

Punya 2 Profesi, Lurah di Prabumulih Jadi Bidan Diduga Malapraktik hingga Pasien Meninggal

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com