"Kalau jualan ini tidak mesti dapatnya, sehari kadang ramai kadang sepi, paling bisa dapat Rp 50.000, kadang Rp 80.000," tutur Sukarti.
Sukarti mengatakan, sebelum tinggal di kolong jembatan, dirinya dan sembilan saudaranya pernah memiliki rumah di Jalan Tambak Dalam.
Bahkan, dirinya juga pernah bekerja menjadi buruh pabrik.
Seiring berjalannya waktu, kedua orangtuanya menua dan meninggal dunia. Lantas, dirinya mendapat warisan berupa rumah tersebut.
Hanya saja, dalam pembagian warisan itu, Sukarti mendapatkan uang Rp 15 juta.
Baca juga: Banyak Sampah Menghambat Drainase, Mbak Ita Larang Warga Semarang Buang Sampah ke Sungai
"Saudara-saudara saya itu mampu-mampu, yang tidak mampu cuma saya. Kalau nengok ke sini, kadang pada malu, nangis karena melihat nasib kakaknya," ucap Sukarti.
Meski bertahan di tengah keterbatasan, Sukarti tak henti mengucap syukur lantaran masih bisa menjalankan aktivitas dengan keadaan sehat.
"Saya miskin tidak apa-apa, yang penting sehat," pungkas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.