BANDA ACEH, KOMPAS.com - Keterbatasan tak menjadi penghalang untuk menggapai cita-cita seperti layaknya anak anak normal lainnya.
Hal itulah yang terjadi pada Syifa Urrahman, gadis penyandang disabilitas kelahiran Kota Lhokseumawe yang mampu meraih segudang prestasi, sejak kecil.
“Saya mengalami keterbatasan pandangan sejak kecil, tetapi semangat dan keinginan saya sangat tinggi untuk belajar menghadapi tantangan bersaing dengan teman teman saya yang tidak berkebutuhan khusus.”
Begitu kata Syifa Urrahmah, yang menjadi guru di SLB Negeri di Banda Aceh saat ditemui Kompas.com, Rabu (08/11/2023) kemarin.
Meski menjadi tuna netra sejak lahir, Syifa tetap bisa sekolah dan bahkan kuliah sama seperti anak normal lainnya.
Baca juga: Kisah Hidup Ari, Penyandang Disabilitas Kompleks dari Bangka Barat
Bahkan, dia berhasil menyelesaikan kuliah dengan predikat cumlaude di Universitas Syiah Kuala.
“Pendidikan saya hanya SD yang sekolah di tempat luar biasa. Setelah itu saya masuk SMP, SMA hingga kuliah itu di tempat umum atau reguler,” kata dia.
Syifa mengaku mampu menyelesaikan pendidikan berkat pembekalan dari gurunya saat sekolah di SD luar biasa, Kota Lhokseumawe.
“Guru saya itu selalu memberikan materi pembelajaran kepada saya setera dengan anak normal lainnya,” kata dia.
Namun demikian, Syifa tetap harus melewati berbagai tantangan saat menempuh pendidikan di sekolah umum sejak SMP, SMA hingga kuliah.
“Banyak tantangan saya lewati, bahkan saat masuk SMP umum saya sempat dijadikan sebagai murid percobaan."
Baca juga: Kisah Muthia, Gadis Disabilitas Wicara Asal Pekanbaru yang Berprestasi
"Kalau tiga bulan dikasih waktu saya tidak bisa mengikuti pembelajaran pihak sekolah akan mengembalikan saya ke sekolah luar biasa," kenang dia.
Saat sekolah hingga kuliah, Syifa mengaku mendapatkan materi pelajaran seperti anak normal lainnya. Alhasil, dia kadang terkendala saat harus mengikuti materi yang harus melihat gambar.
"Nah, di situ guru memberikan waktu kepada saya lebih untuk menjelaskan gambarnya apa, bentuknya apa. Makanya saya harus berperan aktif untuk meberitahukan guru atau dosen,” ungkap dia.