BANGKA, KOMPAS.com - Ari kini telah berusia 27 tahun. Ia tinggal di sebuah rumah semi permanen di Desa Sinar Manik, Parittiga Jebus, Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung.
Terlahir dalam kondisi disabilitas kompleks, Ari tidak bisa melakoni aktivitas secara normal.
Indra pendengaran Ari tidak berfungsi sehingga ia juga tidak bisa berbicara. Selain itu matanya tidak bisa melihat secara jelas.
"Matanya hanya melihat seperti sedikit bayangan saja, kalau ada sinar biasanya merespons," kata Mulyadi (48), ayah kandung Ari saat berbincang dengan Kompas.com, Rabu (8/11/2023).
Mulyadi menuturkan, Ari adalah anak pertama dari istri pertamanya Rinta. Mereka menikah muda saat Rinta masih berumur 15 tahun.
Kemudian Ari lahir secara normal, namun kondisinya prematur. Saat lahir beratnya hanya 1,7 kilogram.
Baca juga: Kisah Muthia, Gadis Disabilitas Wicara Asal Pekanbaru yang Berprestasi
"Sekitar umur tiga bulan Ari mulai terlihat tidak normal. Ia sulit merespons. Kadang demam dan muntah berak," ujar Mulyadi.
Hingga kini Mulyadi tak bisa memastikan penyebab sakitnya Ari. Sebagai orangtua, Mulyadi bertekad untuk terus membesarkan anak sulungnya itu.
Sebelum menikah sampai anak-anaknya lahir, Mulyadi bekerja sebagai penambang timah inkonvensional (TI).
Pekerjaan yang dilakoni Mulyadi tergolong berisiko tinggi. Sebab, ia harus bekerja di tengah laut dengan cara menyelam, berbekal selang kompresor.
Cara kerjanya, pasir timah di dasar laut dengan kedalaman sekitar tiga meter disedot menggunakan selang dan dipilah pada ponton di permukaan laut.
Dari pekerjaan itulah Mulyadi mencukupi kebutuhan anggota keluarganya, termasuk biaya perawatan Ari.
Waktu terus berjalan. Mulyadi tak lagi bekerja sebagai penambang timah selam. Ia kini melakoni pekerjaan sebagai sopir mobil dinas.
Sementara itu, Ari secara fisik juga tumbuh besar. Ari juga menjadi pemuda yang beranjak dewasa. Ia memiliki tiga orang adik.
Baca juga: Saat Toni Smash Disabilitas....