Tahap berikutnya, anak dimandikan dengan air dari sumur di Masjid Agung Batang, yang terletak di sisi barat alun-alun.
Anak kemudian diberi pakaian baru dan diajak kembali ke alun-alun untuk melakukan sawuran, yaitu membuang sejumlah uang sebagai tanda syukur.
Sayangnya, ritual tradisi Kliwonan tersebut semakin jarang dilakukan.
Pada perkembangannya, tradisi Kliwonan berubah fungsi menjadi pasar malam di Alun-alun Batang, atau yang disebut sebagai pasar Kliwonan.
Berkembang mitos, dimana jika dagangan tidak laku di pasar Kliwonan, maka akan laris di tempat yang lain.
Berbagai barang ditawarkan dalam pelaksaan pasar Kliwonan, seperti makanan, wahana permainan, tanaman, maupun berbagai barang.
Pasar Kliwonan membantu menggerakkan ekonomi masyarakat. Banyak juga pedagang yang datang dari luar daerah untuk memperoleh rezeki.
Makanan khas Kliwonan adalah campuran antara klepon, gemblong, dan ketan yang diberi santan kental dan gula jawa cair.
Baca juga: Daftar Pemain Film Suzzanna: Malam Jumat Kliwon
Kliwonan dilakukan setiap 35 hari sekali atau selapanan dalam perhitungan Jawa, pada malam Jumat Kliwon atau Kamis Wage.
Malam Jumat Kliwon dianggap sebagai malam yang sakral oleh masyarakat Jawa.
Kliwonan bertujuan untuk mengenang jasa leluhur yang telah membangun daerah Batang.
Tradisi dilakukan dengan ritual sederhana dan kemudian berkembang menjadi pasar Kliwonan.
Sumber:
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.