KOMPAS.com - Tradisi Wetonan adalah tradisi masyarakat Jawa yang masih lestari hingga saat ini.
Tradisi Weton adalah tradisi untuk memperingati hari lahir seseorang berdasarkan kalender Jawa dengan pasarannya, seperti Legi, Pon, Pahing, Wage, dan Kliwon.
Pada saat hari Weton, keluarga akan menyiapkan berbagai suguhan sebagai bentuk syukur.
Selain bentuk rasa syukur, tradisi wetonan dilakukan untuk menghormati sedulur papat (saudara empat).
Yang dimaksud dengan sedulur papat terdiri dari empat elemen, yaitu:
Baca juga: Tedak Siten, Upacara Adat Jawa Tengah, Tujuan, Latar Belakang, dan Prosesi
Keempat elemen tersebut dianggap sebagai saudara bayi pada saat berada di dalam kandungan.
Masyarakat Jawa menghormati sedulur papat tersebut. Sebab jika diperhatikan, empat elemen tersebut akan berdampak pada sang bayi sepanjang hidupnya.
Tradisi wetonan disebut juga wedalan.
Makna tradisi wetonan adalah untuk mendoakan bayi supaya terhindar dari marabahaya dan diberi umur yang panjang serta keberkahan.
Tradisi wetonan umumnya dilaksanakan pada saat bayi berusia 35 hari. Dalam perhitungan kalender Jawa, 35 hari sama dengan satu bulan. Orang Jawa menyebutnya selapan.
Perhitungan dalam kalender Jawa juga didasarkan pada kombinasi perhitungan kalender Masehi dan perhitungan hari di penanggalan Jawa.
Kombinasi perhitungan tersebut akan menghasilkan penyebutan "Senin Pon."Rabu Wage," dan lain sebagainya.
Selanjutnya tradisi wetonan kan dilakukan setiap 35 hari sekali. Namun saat ini, masyarakat sudah jarang yang melakukan tradisi ini setiap 35 hari sekali.
Tradisi wetonan dilakukan berbeda-beda di setiap wilayah, namun tradisi tersebut memiliki tujuan yang sama yaitu memohon keselamatan.
Peringatan wetonan ada yang dilakukan dengan meditasi, mengheningkan diri, dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Baca juga: Kayanya Tradisi Jawa pada Semangkuk Bubur