SEMARANG, KOMPAS.com - Kopi menjadi salah satu tanaman hasil pertanian yang banyak diminati dan digandrungi masyarakat Kota Semarang, Jawa Tengah.
Siapa sangka, di balik menjamurnya kedai kopi di Kota Lumpia ini, masih tersisa sejumlah penjual kopi giling tradisional yang bertahan. Salah satunya Suroso.
Senyum rekah terpancar dari wajah laki-laki paruh baya itu. Teriknya matahari di Kota Semarang siang itu, seolah tak menghalangi semangat Suroso dalam menjajakan kopi giling buatannya.
Berbekal gerobak kayu dan beberapa kaleng kopi di atasnya, Suroso tampak semangat menawarkan kopi giling demi menyambung hidup.
Baca juga: Hargai Cabai Tembus Rp 80.000 Per Kilogram, Pemkot Semarang Minta Warga Tak Panic Buying
Setiap hari, dirinya menjual kopi di pinggir jalan, tepatnya di sebelah Jembatan Mrican, Jalan Tentara Pelajar, Jomblang, Kecamatan Candisari, Kota Semarang.
Suroso menyebut, dirinya sudah berjualan kopi giling sejak 38 tahun lalu, tepatnya sekitar tahun 1985.
"Setelah lulus SMP, waktu itu kan ada penyakit jadi tidak bisa lanjut sekolah. Lalu dibelikan alat sama kakak saya, dibiayai dikasih semua modalnya," ucap Suroso kepada Kompas.com, Kamis (2/11/2023).
Lebih jelas Suroso mengatakan, alat giling kopi yang digunakannya itu dulunya diperoleh dari Pasar Peterongan.
Alat giling tersebut merupakan alat peninggalan Belanda yang usianya lebih dari satu abad.
Baca juga: 10 Warga Terima Sertifikat Tanah dari Menteri ATR, Wali Kota Semarang: Jangan Digunakan untuk Pinjol
Tak heran, jika saat ini alat untuk menggiling kopi itu kerap mendapati beberapa kendala saat digunakan.
"Bawa peralatan obeng juga, buat benerin alat giling pas rusak. Ini timbangannya juga kuno, masih peninggalan dari kakak, pokoknya masih tradisional semua," tutur dia.
Saat berjualan, Suroso menawarkan tiga jenis kopi. Di antaranya, robusta, arabica, dan kopi lanang. Harga yang dipasang pun juga terjangkau.
Mulai dari Rp 6.000 hingga Rp 16.000 per ons.
Untuk menggiling satu ons kopi, Suroso membutuhkan waktu sekitar 2 hingga 3 menit. Sehingga, saat banyak pelanggan datang, kerap menimbulkan antrean yang panjang.
"Kalau saya seringnya baru menggiling saat ada pesanan. Dari situ mereka tahu kalau kopi ini asli, yang baru melewati proses giling kopi," ungkap dia.
Baca juga: Selebgram Asal Semarang yang Viral karena Buang Bayinya di Bali Ternyata DO dari Unika
Suroso bercerita dirinya berjualan setiap hari pada pukul 08.00 hingga 12.30 WIB. Dalam satu hari, Suroso bisa menghabiskan 1 hingga 2 kilogram kopi.
Kendati demikian, dirinya mengaku, bahwa omzet yang diterima tidak menentu dan tidak dapat dipastikan.
"Kadang kalau pas laku, ya laku banget. Kadang tidak, ada yang belinya cuma setengah ons, tapi yang beli sampai satu kilogram ya ada," ujar laki-laki asal Semarang itu.
Menurut Suroso, kehadiran media sosial sangat berpengaruh terhadap hasil penjualannya.
Pasalnya, dia mengaku, banyak pelanggan yang datang ke lapak miliknya lantaran melihat video viral yang mengunggah aktivitas Suroso berjualan kopi di media sosial.
"Udah lama jualan di sini, tapi akhir-akhir ini baru ramai banget. Mungkin dulunya tidak tau kalau ini jualan kopi," ucap dia.
Baca juga: Berkunjung ke Pantai Maron, Hidden Gem Asik dan Murah yang Digandrungi Anak Muda Semarang
Hebatnya, hasil penjualan kopi yang dibangun sejak puluhan tahun itu dapat menguliahkan anak semata wayangnya di salah satu universitas di Kota Semarang.
"Ya semoga ke depan semakin banyak orang yang tau kalau di sini jualan kopi," pungkas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.