KARANGANYAR, KOMPAS.com - Gas rawa atau Biogenic Shallow Gas (BSG) di Dusun Ngrawan, Desa Krendowahono, Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar, Jawa Tengah, yang disalurkan ke rumah-rumah penduduk dihentikan sementara.
Penghentian suplai bahan bakar gas untuk keperluan dapur 30 keluarga di RT 006, RW 001 Dusun Ngrawan berlangsung sejak musim kemarau.
Ketua RT 006, RW 001, Dusun Ngrawan, Sholihin (57) menjelaskan, dihentikannya suplai bahan bakar gas ke rumah-rumah warga di Dusun Ngrawan untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran.
Baca juga: Pemerintah Bakal Bagikan Rice Cooker Gratis, Warga Sebut Tetap Butuh Kompor Gas
Pasalnya, pipa instalasi yang digunakan untuk menyalurkan gas ke rumah-rumah penduduk bahannya mudah terbakar.
Di samping itu, Sholihin menambahkan, banyak saluran pipa gas yang diputus karena ada pembangunan infrastruktur berupa betonisasi jalan di wilayah setempat.
"Suplai gas berhenti mulai kemarau. Karena banyak diputus jaringan pipanya untuk penggalian jalan. Terus kemarau ini terlalu panas. Kemarin tidak sengaja pipanya kebakar," kata Sholihin ditemui Kompas.com di instalasi gas rawa di Dusun Ngrawan, Desa Krendowahono, Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar, Jawa Tengah, Rabu (11/10/2023).
Sholihin mengungkapkan, selama jaringan pipa rawa gas dihentikan, warga sementara menggunakan elpiji 3 kilogram untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Sebelum diputus, warga bisa memanfaatkan gas rawa tiga kali sehari, yakni pagi, siang dan sore. Warga belum bisa menikmati bahan bakar gas rawa selama 24 jam karena terkendala biaya listrik.
"Ini digunakan tiga kali sehari. Kalau dihidupkan 24 jam itu bisa. Cuma pengaruhnya bayar listriknya. Kita tiga kali operasi untuk menekan biaya listrik," ungkap Sholihin.
Sholihin mengaku, setiap bulan rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk membeli token listrik mencapai Rp 600.000. Jika instalasi gas rawa itu dioperasionalkan selama 24 jam diperkirakan biaya listrik yang dikeluarkan mencapai dua kali lipat.
Karena itu, pihaknya berharap ada bantuan dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk menggunakan listrik tenaga surya dalam mengoperasionalkan instalasi gas rawa tersebut.
"Mudah-mudahan kalau bisa saya kemarin minta listrik tenaga surya. Kalau dikabulkan kan tidak terlalu berat di pembayaran listriknya," terang dia.
Lebih jauh, Sholihin mengungkap, Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo pada tahun 2022 menyerahkan bantuan berupa unit instalasi Biogenic Shallow Gas senilai Rp 199 juta.
Baca juga: TPA Jatibarang Kembali Terbakar, Diduga karena Gas Metan
"Dapat bantuan dari Bapak Gubernur, Bapak Ganjar 2022 dibangun instalasi termasuk tangki-tangki (menyimpan gas) semua dikasih (Pak Ganjar)," ungkap pria yang juga pengelola gas rawa itu.
Diketahui, fenomena sumber air bisa terbakar ketika disulut api di Dusun Ngrawan terjadi pada September 2019. Tempat keluarnya gas rawa oleh warga setempat disebut sumur api.