Bungo Lado berasal dari bahasa Minang, yaitu kata ‘bungo” berarti bunga dan “lado” berarti lada atau cabai.
Namun alih-alih menggunakan bunga cabai, masyarakat setempat justru membuat pohon yang dihias dengan uang-uang kertas.
Pembuatan pohon uang ini didapat dari iuran masyarakat yang dikoordinir oleh kapalo mudo atau ketua para pemuda/Karang Taruna.
Bungo Lado yang sudah jadi akan diarak menuju ke surau atau masjid setempat yang kemudian digunakan dalam berbagai kegiatan keagamaan.
Selain arak-arakan Bungo Lado, warga juga akan menyajikan makanan khas berupa Jamba yang dimasak bersama-sama.
Nyiram Gong adalah tradisi perayaan Maulid Nabi di Keraton Kanoman di Cirebon.
Ritual pembersihan gamelan sekaten di kompleks Keraton Kanoman yang menjadi bagian dari rangkaian perayaan Maulid Nabi ini bermakna membersihkan diri menyambut Maulid Nabi.
Selanjutnya, air bekas cucian biasanya akan diperebutkan warga untuk membasuh wajah dan tubuh.
Rangkaian tradisi Maulid Nabi akan dilanjutkan dengan ritual lainnya, yakni memayu Keraton Kanoman, tawurji, hingga puncaknya adalah panjang jimat.
Tradisi Panjang Jimat adalah tradisi perayaan Maulid Nabi di Cirebon.
Tradisi ini dilakukan serentak oleh tiga keraton, yaitu Keraton Kanoman, Kasepuhan dan Kacirebonan.
Panjang Jimat juga digelar di makam Sunan Gunung Jati, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon.
Acara dilakukan dengan pembacaan riwayat Nabi, pembacaan barzanji, kalimat Thayyibah, sholawat Nabi, dan ditutup dengan berdoa bersama.
Panjang Jimat berasal dari kata panjang yang bila ditafsirkan secara harfiah adalah bentuk piring dan perabotan dapur peninggalan sejarah yang diisi dengan makanan yang dianalogikan dengan prosesi kelahiran Nabi.
Sedangkan Jimat merupakan akronim dari kata diaji dan dirumat yang berarti dipelajari dan diamalkan yang merujuk pada meneladani Nabi Muhammad dalam malaksanakan ajaran-ajaran Islam.
Endog-endogan adalah tradisi perayaan Maulid Nabi di Banyuwangi.
Tradisi Endog-endogan berasal dari kata endog yang berarti telur, yang merupakan simbol dari kelahiran.
Telur ayam yang telah direbus hingga matang diletakkan pada tusukan bambu da dihiasdengan kertas warna-warni dan disebut kembang endog.
Sejarawan lokal Banyuwangi, Suhailik mengatakan bahwa tradisi endog-endogan ini telah ada sejak akhir abad ke-18.
Menariknya, tradisi ini tidak dilakukan serentak namun dilaksanakan bertahap selama sebulan penuh di seluruh kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Banyuwangi.
Ampyang Maulid adalah tradisi perayaan Maulid Nabi di Desa Loram Kulon dan Desa Loram Wetan, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Tradisi Ampyang Maulid berasal dari kata ampyang yang merupakan jenis kerupuk dan maulid yang berarti kelahiran.
Konon tradisi ini telah berlangsung sejak akhir abad 15 pada masa Tjie Wie Gwan, seorang pendakwah Islam keturunan Tiongkok berada di